Share

Bab 5 - Antara Pergi Dan Kembali

Setengah jam berlalu, seorang perempuan berambut panjang berlari memasuki teras instalasi gawat darurat, itu adalah Lara.

Dia mendekat pada guru playground yang baru saja dia sapa sebagai Lily, yang memberi tahunya bahwa anaknya yang bernama Shenina sedang ditangani oleh tenaga medis.

"Maaf kami lalai, Bu Lara," ucap Lily seraya menunduk di depan Lara yang kedua bahunya jatuh.

Lara tidak serta-merta memberinya jawaban karena kedua matanya mengarah lurus pada pintu ruang IGD yang tertutup. Di dalam sana, Lara yakin Shenina kecil sedang kesakitan.

"Apa yang terjadi, Miss Lily?" tanya Lara pada Lily dengan suara yang gemetar.

"Shenina tadi bertengkar dengan teman-temannya."

"Shen bertengkar?" ulangi Lara, dia tidak percaya karena baginya Shenina adalah anak yang cenderung pendiam.

"Iya. Dia bertengkar dengan teman-temannya karena mereka bilang kalau ...." 

Ada jeda yang menjadi pertimbangan Lily, mimik wajahnya seperti bicara, 'Haruskah aku katakan ini?'

Namun, akhirnya Lily mengaku, "Mereka bilang kalau Shenina anak haram yang tidak punya ayah sejak lahir."

Gemuruh petir yang ada di luar terasa sampai di puncak kepalanya, air mata Lara seketika luruh. Dia hampir jatuh ke lantai jika Lily tidak menahan kedua bahunya dengan gegas.

Dia meremas dadanya yang dipenuhi sesak. Menyadari Shenina mengalami perundungan verbal membuat setiap inci tubuhnya terasa nyeri. Lara merutuki dirinya sendiri, marah karena dia tidak tahu jika anak gadisnya menanggung luka seperti ini.

Tapi apa yang bisa dia lakukan? Lara memang tidak bisa mengatakan kepada gadis kecil itu siapa ayahnya karena pernikahannya dengan Alex tidak pernah diakui.

Dari kursi tunggu IGD, Alex mendengar percakapan Lara dan Lily. Alex menyaksikan kedua bahu Lara yang merosot dan tangisnya yang penuh isak.

Saat itu, Lara melihat keberadaannya di sini.  Seolah keberadaannya semula tidak tampak, sekarang Lara memutar kepalanya menghadap Alex. Perlahan, jarum jam seperti melambat menunggu saat-saat manik mata mereka bersambut pandang.

Setelah belakangan ini menghantui angan dan pikirannya, tak bisa ditemukan, menghilang tanpa kabar dan menyiksa Alex dalam rasa bersalah, sekarang mereka dipertemukan.

Kedua kaki Lara rasanya kebas saat dia mengambil satu langkah mundur mengetahui siapa lelaki yang dia temukan ada di sana, duduk dan mengawasinya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lara dengan air mata yang masih bermuara di pipinya.

Riak kebencian menyeruak menyerang Alex yang perlahan bangun dari duduk dan mengayunkan langkah kakinya mendekat pada Lara.

"Pergi kamu dari sini!" usirnya dengan kebencian yang hebat saat Alex hanya bergeming.

"Pergi kamu dari sini, Alex!" jeritnya tersirat putus asa.

Lara hampir mendorong Alex enyah dari depan pucuk hidungnya sebelum Lily mengatakan, "Tapi Tuan ini yang membawa Shenina ke sini, Bu Lara."

Lara tidak menduga akan hal itu. Ucapan Lily sejenak membuatnya tercenung di tempatnya berdiri, dia menelan salivanya dengan pelan, tidak suka dengan kebetulan yang datang menghampirinya.

Lara yang tadinya tak sudi memandang Alex kini terpaksa melakukannya.

"Kamu yang membawanya ke sini?" tanya Lara lirih.

"Iya, Lara. Aku tadi melihatnya jadi korban—"

"Dia sudah dapat perawatan dari dokter. Kamu bisa pergi dari sini sekarang!"

Lara enggan mengatakan terima kasih. Dia tidak ingin berlama-lama berbincang dengan Alex dan ingin lelaki itu sebaiknya pergi saja dari sini.

"Aku tidak akan pergi, Lara. Aku akan di sini sampai mendengar kabar dari dokter."

"Kenapa kamu tidak ingin pergi? Aku tidak butuh kamu, Alex! Kamu bisa tinggalkan kami. Tidak perlu—"

"Apa dia anakku?"

Tanya dari Alex membuat Lara sirap hati.

"Itu bukan urusanmu, Alex!"

"Tentu itu ada hubungannya, Lara. Kita menikah dan saat itu kamu bilang padaku kalau kamu hamil. Kalau hari itu kamu mengatakan kebenaran, dan dilihat dari umurnya, aku bisa pastikan dia benar anakku."

"Jangan mengatakan omong kosong! Shenina bukan anakmu, dan tidak akan menjadi anakmu."

"Lalu anak siapa?" desak Alex masih tak ingin menyerah.

"Bukannya aku bilang itu bukan urusanmu?"

"Kalau bukan anakku, lalu di mana ayahnya, Lara?"

"Kamu tidak perlu tahu hidup kami, Alex!"

"Aku dengar dia diejek sebagai anak haram karena tidak memiliki ayah sejak lahir. Artinya benar kalau dia anak yang kamu katakan padaku hari itu, 'kan?"

Kedua bibir Lara terpasung saat Alex menunggu jawabannya. Rahang kecilnya terasa sakit saat dia terjebak di dalam situasi yang mempertemukannya sekali lagi dengan masa lalu.

Sesak, kenapa saat Lara mulai menata hidupnya Alex tiba-tiba kembali? Padahal ini telah lebih dari setengah dekade berlalu.

"Keluarganya anak Shenina?"

Seorang dokter keluar dari ruang IGD dan menyapa Lara dengan wajah yang sedikit tidak tenang.

"Saya ibunya Shenina, Dokter. Bagaimana keadaannya?"

"Dia mengalami retak tulang kaki, pendarahannya sedikit parah dan sekarang kami butuh donor darah seperti golongan darah Shenina. O rhesus negatif. Kami harap, Ibu memiliki golongan darah yang sama dengannya karena golongan darah itu langka dan tidak ada stok di rumah sakit ini."

Lara menutup bibir dengan menggunakan sebelah tangannya saat menjawab dokter yang bertugas dengan sebuah gelengan penuh kekecewaan.

"Golongan darah saya tidak sama dengannya, Dokter."

Lara tidak tahu harus melakukan apa karena rasanya kepalanya berhenti bekerja. Kepanikan melandanya karena dia takut ... dia takut akan kehilangan Shenina.

Sebagai seorang ibu, siapa yang tidak ikut merasa sakit jika dihadapkan di keadaan seperti ini?

Lara dengan putus asa satu langkah mendekat pada dokter dan merapatkan kedua tangannya memohon, "Tolong lakukan apapun untuk menyelamatkan Shenina, Dokter. Apa darah saya ini tidak bisa menggantikan yang Dokter perlukan? Dokter bisa ambil darah saya, Dokter boleh ambil semau Dokter, saya akan lakukan apapun tapi tolong—"

"Bu Lara, tolong tenang dan jangan panik!"

Dokter di hadapannya itu meraih kedua bahu Lara, mencoba menenangkannya. Karena siapapun bisa melihat jika Lara sedang kehilangan kontrol diri. 

"Kalau bukan Ibu, apa ada anggota keluarga yang punya golongan darah yang sama dengan Shenina?"

Dengan hati yang retak, Lara menunduk, "Saya tidak punya keluarga, Dokter. Hanya ada saya dan anak-anak saya saja."

Lara berpikir dirinya tidak berguna karena tidak bisa menyelamatkan nyawa Shenina, darah dagingnya sendiri.

Saat keputusasaan menyelimuti Lara dari segala sisi, suara dalam milik Alex membuatnya membuka mata.

"Aku O rhesus negatif. Aku bisa jadi pendonor untuk Shenina."

Tidak ada beban saat dia mengatakan demikian. Matanya menatap lurus pada Lara alih-alih menghadap pada dokter yang sedang menunggu mereka.

"Kalau begitu mari, Bapak tolong ikut kami!"

Namun, Alex tidak melakukannya, dia tidak ikut dengan dokter itu tetapi satu langkah mendekat pada Lara dengan senyum yang terkembang.

"Aku bisa menjadi pendonor untuk Shenina tapi ada syaratnya."

"Syarat?" ulangi Lara seraya meremas jari-jari tangannya yang jatuh di atas lutut.

"Iya, aku akan jadi pendonor untuk Shenina tapi dengan syarat kamu harus kembali ke rumahku. Kembalilah padaku, Lara!"

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Sitiwaniza Siti
sudah dia menyakit kan mau lgi balik best cerita ini novel
goodnovel comment avatar
Tuya
penyesalan mmng datangnya sll terlambat tuan alec
goodnovel comment avatar
Susan Zahra
apa dia bilang????? kembali????
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status