Gio menarik tubuh Kirey. Membawa gadis cantik itu ke dalam pelukannya. Sontak saja, Kirey terkejut. Dia membelalak saat tubuhnya kini sudah berada di atas Gio. Satu posisi yang mengejutkan keduanya.
“Apa yang kamu lakukan, Kirey?” tanya Gio.
“A-aku mau membangunkanmu, Presdir Gio,” Kirey gelagapan.
“Membangunkanku dengan cara seperti ini?”
“Ah, tidak. Maksudku tidak seperti ini.” Kirey jadi kikuk dan salah tingkah di depan Gio.
“Jadi, kamu sudah menandatanganinya?” Gio mengalihkan pembicaraan.
Kirey mengangguk pelan. “Iya, sudah.”
“Bagus. Aku akan mengeceknya terlebih dahulu.”
“Iya, itu harus,” Kirey canggung sekali. Agar Kirey segera pulang ke rumahnya.
“Lalu, sampai kapan kamu mau berada di atas tubuhku, Kirey?” goda Gio.
“Jika sudah seperti ini keadaannya, aku tidak mudah mengendalikan diriku. Apa kamu sanggup menghindariku?”
Deg!
Ups! Maaf. Kirey segera menyingkir dari tubuh Gio. “Maaf, Presdir Gio,” Kirey menyesal.
Ketika dia hendak bangkit, tiba-tiba saja ada sesuatu yang nyangkut di kakinya hingga Kirey sulit bergerak dan malah terjatuh lagi mengenai tubuh Gio.
Kali ini, kejadian tak terelakan pun terjadi. Tak sengaja Kirey mendaratkan bibirnya tepat di mulut Gio. Kirey membelalakan matanya. Begitu pula dengan Gio. Ketidaksengajaan itu justru sangat menguntungkan bagi Gio. Bukannya menghindar, Gio malah membalas dengan melumat bibir Kirey. Sudah Gio bilang jika dia tidak bisa mengendalikan dirinya.
“Presdir Gio?! Apa yang dia lakukan padaku?” Kirey bertanya-tanya dalam hati. Kenapa kejadiannya jadi seperti ini?
Kirey masih terbengong-bengong menghadapi situasi saat ini. Namun, keduanya malah terbawa suasana di malam hari yang begitu sunyi ini. Kirey memejamkan matanya, menikmati khilafnya. Bibir keduanya saling berpagutan. Begitu mesra dan membangkitkan gairah keduanya.
Gio semakin rakus mengulum bibir Kirey. Tangannya mulai menjelajah di sekitar wajah Kirey. Tidak. Jangan menyentuhnya!
Sesaat, Kirey tersadar. Lalu, dia mendorong tubuh Gio menjauhinya. Kirey mengelap bibirnya dengan tangan. Seolah dia merasa jijik dengan perbuatannya sendiri. Tidak percaya jika mereka sudah saling bersentuhan.
“Apa yang Presdir Gio lakukan padaku?” Kirey masih syok menyadarinya.
Gio tersenyum sinis. “Bukankah kamu duluan yang sudah menciumku? Jadi, kamu mau menyangkalnya?”
“Maksudku bukan seperti itu. I-itu… hanya ketidaksengajaan,” sangkal Kirey. jantungnya terus saja berdebar. Ada getaran aneh merasuki seluruh tubuhnya, juga hatinya.
“Bohong! Dia sangat menikmatinya barusan,” batin Gio. Pria tampan yang sudah mencium Kirey itu merasakannya. Buktinya, Kirey membalas ciumannya.
“Aku harus pergi,” Kirey pamit.
“Jangan pergi dulu!” cegah Gio.
“Aku belum memeriksa kontrak yang sudah kamu tanda tangani itu,” alasan Gio.
Aish! Kirey harus bertahan sebentar lagi. Padahal, dia malu sekali dengan kejadian mendadak tadi. Di mana Kirey harus menyembunyikan wajahnya? Sepertinya rona wajahnya sudah sangat memerah saat ini karena menahan malu.
Hah, menyebalkan sekali! Kirey mendumel dalam hati. Dia sudah tidak sabar. Ingin segera pergi dari kamar hotel Presdir Gio.
“Kapan Anda akan mentransfer uangnya?” tanya Kirey hati-hati.
“Setelah aku selesai memeriksa kontrakmu,” sahut Gio datar. Dia masih fokus melihat-lihat iPadnya.
Oke, baiklah. Kirey akan menunggu. Semoga saja Gio segera menepati janjinya. Agar Bapaknya bisa segera keluar dari jeratan utang yang membelenggunya.
“Kamu sudah tahu kan konsekuensinya jika melanggar aturan kerja sama ini?” Gio mengingatkan Kirey lagi.
Kirey mengangguk pasrah. Sialan! Di perjanjian tertulis itu menyebutkan bahwa Kirey harus tunduk dan patuh mematuhi semua perintah Gio. Tidak dijelaskan secara rinci memang. Dia hanya menulis beberapa point saja.
Yang Kirey tidak mengerti itu yaitu semua perintah Gio dalam hal apa pun. Tidak ada batasan-batasannya tertentu di sana. Hanya tertulis syarat dan ketentuan berlaku. Mirip iklan provider saja, pikirnya.
Kirey tidak memedulikan lagi hal itu. Yang penting, keluarganya bisa selamat dari maut saja sudah sangat bersukur dia. Tenang. Kirey harus bisa menenangkan diri saat ini. Tidak lama lagi Gio akan membebaskannya dari semua utang-utang rentenir itu.
Gio mengambil ponselnya kemudian dia mengetik sesuatu. Seperti pesan singkat. Kirey jadi penasaran. Apa Gio sudah mentransfer uangnya?
“Besok pagi uangnya sudah sampai di rekeningmu. Nania yang akan mengurusnya,” kata Gio memberitahu.
Senyum mengembang di wajah putus asa Kirey. “Benarkah?”
Rasanya tidak percaya. Malam ini, Kirey bisa tidur nyenyak. Kalau begitu, dia pamit pulang dulu.
“Aku akan pulang, Pak Presdir,” pamit Kirey. Gio menatap wajahnya.
“Tidak boleh,” tegas Gio.
“Apa?” Mata Kirey membulat. Kenapa tidak boleh pulang?
Deg!
Apa jangan-jangan isi perjanjian itu… yang mengharuskan Kirey menuruti semua perintah Gio adalah termasuk bermalam dengan Presdirnya? Kirey tidak berpikir sampai ke arah sana. Bahkan, itu tidak terpikirkan sama sekali olehnya.
“Kamu… menginap saja di sini. Ini sudah malam,” perintah Gio.
Tuh, kan benar! Kirey sudah menduganya. Presdir playboy itu menginginkan dirinya. Lalu, Kirey harus bagaimana menghadapinya?
“Maaf, Pak Presdir… untuk yang satu itu… aku tidak sanggup memenuhi perintahmu,” tolak Kirey meski pun bicaranya agak terbata-bata.
“Jadi, kamu menolak menginap di sini?” Gio memastikannya lagi.
Kirey mengangguk mantap. Untuk bermalam dan menemani Presdir Gio tidur, Kirey tidak bisa melakukannya. Jadi, dia akan menolaknya secara terang-terangan.
“Aku minta maaf, Presdir Gio. Aku akan melakukan apa saja sesuai perintahmu tetapi tidak untuk yang satu itu.”
“Memangnya aku mau melakukan apa sama kamu?” Gio terheran-heran menanggapi Kirey.
“Hah, apa?” Kirey salah paham sama Gio.
“Dengar, Kirey! Aku hanya menyuruhmu menginap di sini saja. Karena malam sudah larut. Aku akan pulang sebentar lagi. Jadi, kamu tidur di kamar ini saja. Besok pagi baru pulang,” jelas Gio.
“Ah, begitu rupanya.” Kirey langsung mengerti.
Kirey sudah berpikir yang tidak-tidak. Ya ampun! Pikiran Kirey sudah melayang entah ke mana. Dia mengira jika Presdir Gio menginginkannya bermalam dengannya di hotel bintang lima ini. Sukurlah jika perkiraannya selama ini salah besar. Kirey bisa bernapas lega sekarang.
“Memangnya apa yang kamu pikirkan tentangku?” Gio jadi penasaran. Kirey buru-buru menyangkalnya.
“Ti-tidak, Pak Presdir! Aku tidak berpikir yang macam-macam tentang Anda. Beneran, suwer!” sangkal Kirey.
Gio memajukan langkahnya mendekati Kirey. “Aku tahu yang ada di otakmu saat ini, Kirey?”
Kirey menelan ludah lagi. Ah, itu hanya salah paham saja. Kirey mana berani membayangkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi kepadanya.
“Selama ini tidak ada wanita yang berani menolakku. Tetapi kamu…” pikir Gio. Dia jadi semakin dibuat penasaran oleh Kirey.
Kirey satu-satunya wanita yang berani menolak pria tampan macam Gio. Entah apa alasannya, Gio belum tahu hal itu.
“Kirey!” seru Gio.
“Iya?” Kirey buru-buru menyahutnya.
“Apa kamu mau bersamaku malam ini?” tawar Gio.
“Hah?!” Kirey terlonjak kaget.
***
“Menemani Anda?” Kirey memastikannya lagi. Dia tidak bisa mencerna kata-kata Presdir Gio dengan baik.“Apa itu salah? Bukankah di perjanjian tertulis itu kamu sudah bersedia menuruti semua perintahku?” Gio mengingatkan Kirey lagi. Ah, iya. Kirey meringis.“Oh, God!” Tentu saja Kirey ingat. Lalu, apa sekarang? Gio pasti akan menuntut haknya. Bagaimana ini?Kirey ketakutan setengah mati ketika Presdir Gio menginginkannya menginap malam ini. Tidak boleh. Tidak bisa. Kirey sudah pasti akan menolaknya. Dia harus mencari alasan untuk menghindarinya. Ya. Dia harus segera melarikan diri dari Presdir Gio. Secepatnya.“Aku harus pergi, Pak,” pamit Kirey. Tiba-tiba, tangan Gio memeganginya.“Mau ke mana? Ini sudah malam,” cegah Gio.“Justru ini sudah malam. Makanya, aku harus pulang,” Kirey beralasan.“Sudah kubilang, kamu menginap saja di sini. Apa kata-kataku kurang
“Presdir Gio, hentikan!” hardik Kirey.Gio masih melancarkan aksinya pada Kirey. Dia tidak memedulikan ucapan Kirey yang sudah menolaknya. Pria itu gelap mata dan berusaha melucuti semua pakaian Kirey.“Diamlah, Ellena. Aku akan melakukannya dengan cepat. Aku tidak tahan lagi dan sangat merindukanmu sayang. Kenapa kamu pergi secepat itu dariku?” racau Gio. Sambil melepas kancing blouse Kirey dengan kasar.“Bukankah kamu sangat mencintaiku?” Gio meyakinkan.Apa? Kirey mengerutkan keningnya. Gio membuka kemejanya di hadapan Kirey. Terlihat jelas sekali otot-otot kekar dari tangan juga perutnya yang kotak-kotak itu.“Malam ini kamu milikku, Ellena,” ucap Gio mantap. Seraya mencium bibir Kirey kembali.Perkataan Gio benar-benar tidak dimengerti oleh Kirey. Wanita itu masih berusaha melawan pada Gio. Dia harus segera menyadarkan Gio. Jika tidak, habislah Kirey malam ini. Kirey melepas ciuman panas P
“Maaf, Mbak. Ada kucing lewat barusan,” sahut Abang ojek online memberitahu.Kirain Kirey ada apaan. Harusnya kalau mau ngerem itu bilang-bilang dulu dong. Jadinya kan, Kirey bisa ancang-ancang dulu. Biar nggak berbenturan ke tubuhnya Abang ojek itu.Kirey jadi sensitif sekali pada pria. Sejak dirinya dan Presdir Gio menghabiskan waktu semalaman. Bahkan, tidur bersamanya. Ya, meski pun tidak ada yang mereka lakukan semalam. Alias tidak terjadi apa-apa malam tadi, pikirnya.Tidak lama waktu berselang, Kirey sampai di rumahnya. Keadaan rumah begitu sepi. Tumben? Apa mungkin adik dan bapaknya sudah pergi beraktifitas masing-masing? Sukurlah jika begitu. Kirey bergegas masuk ke kamarnya.Deg!Jantungnya masih berdebar-debar jika teringat peristiwa semalam. Kirey harus segera membersihkan tubuhnya. Mandi terus sarapan pagi. Tetapi, ciuman semalam itu begitu panas.Kirey melihat dirinya sendiri di cermin. Dia mengingat semua kejadian s
“Jika sudah tidak ada lagi yang ingin Anda bicarakan, apa aku boleh keluar, Pak?” Kirey meminta izin Gio.“Silakan. Tapi, jangan lupa nanti sore kita pergi ke butik. Oke?” Gio menjanjikan. Kirey mengangguk lesu.Setelah berbicara dengan Presdir Gio, Kirey segera pergi meninggalkan ruangannya. Secara perlahan-lahan, Kirey menutup pintu ruangannya. Kemudian, tiba-tiba saja ada yang menarik lengannya dan membawanya pergi dari situ.“Ikut aku!” perintah Sammy.“Ada apa Sam?” tanya Kirey mencari tahu.Mereka berhenti di sebuah ruangan tertutup. Sammy menyalakan lampu ruangan tersebut. Dia juga melepas lengan Kirey. Mau ngapain Sammy membawa Kirey ke ruang meeting?“Kirey, kamu menyembunyikan sesuatu dariku ya?” tebak Sammy. Kirey mengerutkan kening.“Menyembunyikan apa?” ulang Kirey malah balik bertanya pada Sammy.“Ada apa antara kamu dengan Presdir Gio?
“Cukup, Kirey, Presdir Gio!” Editor itu menghentikan pertengkaran antara Gio dan Kirey dengan suaranya setengah membentak.Gio menoleh ke arahnya. Berani-beraninya editor itu membentak Presdir Gio, atasannya. Editor itu menelan ludahnya sendiri. Tangan dan kakinya gemetaran saat Gio menatapnya. Dia merasa bersalah. Gawat!“Kamu barusan membentakku?” Tatapan Gio terlihat galak.“Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud membentak Anda,” sesal editor itu. Dia menundukkan pandangannya penuh penyesalan.“Saya hanya ingin memberitahu kalau pekerjaan Kirey saat ini sedang ditunggu oleh klien, Pak,” editor itu memberitahu.“Apa? Klien yang mana?” Gio terkejut.“Klien iklan pasta gigi, Pak,” jawab editor itu. Tangannya gemetaran, ketakutan.“Kamu tahu ini jam berapa?” tanya Gio.“Tahu, Pak. Pukul 17.30 WIB,” sahutnya.“Sudah jam p
“Ellena,” Gio mendekati Kirey.Refleks, Kirey menoleh ke belakang, arah Presdir Gio yang tengah memandanginya. Lagi-lagi Gio memanggil Kirey dengan nama Ellena.“Namaku Kirey, Presdir Gio,” Kirey menegaskan.“Sadarlah, Gio. Dia itu Kirey. Bukan wanita pujaanmu yang bernama Ellena,” Ivan meraih tangan Gio.Gio menyadari hal itu. Tetapi, setelah melihat penampilan Kirey bak seorang ratu, itu benar-benar menghipnotis pandangan Gio. Di bayangannya hanya ada Ellena. Apa itu alasannya Gio mengubah penampilan Kirey agar terlihat seperti wanita misterius itu?“Kamu terlihat cantik,” puji Gio. Kirey jadi merasa tersanjung mendengar kata-kata pujian yang terlontar dari mulut Gio.“Terima kasih, Presdir Gio.” Kirey malu-malu menanggapi pembicaraannya.Gio tertegun cukup lama. Wajahnya tersenyum memerhatikan penampilan Kirey yang nyaris sempurna malam itu.Tidak lama kemudian, mer
Kirey menoleh ke arah Gio. Apa yang pria itu lakukan? Berani sekali dia mengumumkan Kirey sebagai calon istrinya di depan banyak orang? Kenapa dia begitu gegabah? pikir Kirey.“Presdir Gio, apa yang Anda katakan barusan?” bisik Kirey sambil pasang wajah mesam-mesem. Dia malu sekali ketika semua mata memandang ke arahnya.“Giovanny!” hardik Tuan Gilberto, Kakeknya.Gio tidak menghiraukan panggilan kakeknya. Dia berbalik. Kini, dia berhadap-hadapan dengan Kirey. Di depan semua orang dia akan melakukan pertunjukkan yang sangat memukau. Spektakuler menurutnya. Entahlah, Gio sangat percaya diri malam itu. Dia akan melakukan sesuatu pada Kirey.Gio maju satu langkah di depan Kirey. Dia meraih tangan Kirey sambil mengatakan sesuatu.“Ellena, maukah kamu menikah denganku?” tanya Gio, secara tidak langsung dia melamarnya.Kirey terontak kaget. Pria ini sudah gila rupanya. Bagaimana mungkin dia melamar Kirey pada sa
“Minggu depan katamu?” Kirey menelan ludahnya sendiri.Sulit dipercaya bahwa dia akan menikah dengan Presdir Gio secara mendadak. Ini semua karena wanita yang bernama Ellena itu, Kirey menyalahkan. Seharusnya wanita itulah yang menikah dengan Presdir Gio, bukan dirinya. Sekarang, Kirey terjebak dalam masalah pribadi Gio dan mungkin akan terikat selamanya dengan Presdirnya itu.“Aku butuh jawabanmu sekarang, Kirey,” desak Gio.“Apa yang harus kulakukan Presdir Gio?” Kirey bingung. Dia kembali disudutkan dalam situasi terdesak dan diburu-buru.“Kamu tinggal bilang iya. Itu saja. Mudah, kan?” Gio meyakinkan. Dia sangat tidak sabaran menanti jawaban Kirey.“Itu tidak mudah bagiku,” ujar Kirey dalam hati.“Atau kamu lebih suka utang-utang keluargamu…” ancamnya.Kirey melirik sinis ke arah Gio. “Anda mengancamku?”Gio menyunggingkan senyum lici