Share

Bab 4 Menjalankan Tugas

Alexa benar-benar harus berpikir keras, tentang bagaimana caranya dia bisa menjalankan tugas dari Ef.

"Bagaimana ini? CEO muda itu, jarang sekali keluar dari ruangannya. Bahkan makan siang saja di ruangannya." Alexa tampak berpikir di dalam kamarnya.

"Kira-kira ada masalah apa sebenarnya Tuan Ef dan Tuan Arley? Sepertinya sangat serius, dan apa yang diinginkan Tuan Ef, hingga memintaku meng-copy file yang ada di dalam laptop Tuan Arley?"

Alexa mendaratkan bokongnya di ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana. Matanya mulai terpejam.

"Kenapa aku harus berada di antara kedua Om-om itu?" kekeh Alexa.

Perlahan Alexa mulai merilekskan tubuh dan pikirannya. Tak butuh waktu lama, dia pun tertidur setelahnya.

****

Sejak Alexa mulai bekerja, Steve dan Daisy tak pernah lagi sarapan bersama dengan putrinya. Alexa selalu membawa bekal dan memakannya di mobil.

"Bekerja di mana sebenarnya anak itu?" tanya Steve pada istrinya.

"Katanya sih perusahaan besar penyedia jasa design interior," jawab Daisy.

Steve tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari sang istri.

"Lexa! Duduk sini," pinta Steve saat melihat putrinya berada di sana.

"Maaf Dad, aku tidak bisa sarapan bersama. Seperti biasa saja aku sarapan di mobil," jawab Alexa, kemudian memasukkan roti yang sudah diberi selai coklat ke dalam wadah.

"Kamu ini, sudah tahu bekerja, seharusnya bangun lebih awal, Lexa. Supaya tetap bisa sarapan bersama di rumah!" ucap Daisy setengah kesal.

Sementara, Alexa. Dia hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidaklah gatal. Jujur saja sebenarnya wanita itu belum bisa bangun pagi sendiri. Meski sudah memasang alarm dengan jeda waktu 5 menit dan terus berulang, tetap saja dia akan bangun di jam yang sama saat hari sudah terang.

"Aku akan berusaha lagi untuk bangun pagi," jawab Alexa santai.

"Kenapa kamu bekerja di perusahaan jasa desain interior? Kenapa tidak bekerja di perusahaan fashion saja, atau lebih baik kerja di perusahaan keluarga kita?" tanya Steve.

"Duduk sebentar dan habiskan susumu," pinta Daisy, Alexa pun menurut.

"Dad, aku mendapatkan penawaran dengan gaji yang cukup besar di perusahaan itu, menurutku itu sangat sayang untuk dilewatkan," kata Alexa, dia terpaksa berbohong.

Steve hanya menggeleng. "Ya terserah saja. Kamu sudah dewasa dan sudah bisa menentukan pilihanmu sendiri. Jangan lupa, bertanggung jawablah pada setiap keputusan yang kamu ambil," ucap Steve.

Alexa menggigit bibir bagian dalamnya, dan mengangguki ucapan Steve.

"Memangnya apa nama perusahaan tempatmu bekerja?" tanya Daisy.

Alexa memekik saat bibirnya tergigit sendiri, akibat pertanyaan Daisy yang membuatnya terkejut. Bagaimana tidak, sampai saat ini orang tuanya tidak ada yang mengetahui di mana tepatnya Alexa bekerja.

Sesuatu yang belum bisa Alexa jelaskan secara jujur kepada orang tuanya bahwa dia bekerja di perusahaan yang sudah membuat rugi perusahaan yang dipimpin oleh Steve.

"Mom, Dad lain kali kita bicara lagi ya. Aku tidak mau telat datang ke kantor, aku kan masih baru dan harus menunjukkan semangat kerjaku," kata Alexa kemudian menyalami kedua orang tuanya.

****

Sesampainya di kantor, Alexa langsung datang ke pantry dan langsung membuatkan kopi untuk Arley. Pagi ini dia sudah mulai menyiapkan sarapan untuk atasannya itu. Namun sayangnya dia terlalu lambat datang, hingga tak membeli apapun untuk Arley.

Setelah membuatkan kopi dia segera menuju ruangan Arley.

"Semoga saja Tuan Arley mau menerima sarapan ini," gumam Alexa.

Setelah berada di depan ruangan Arley, Alexa segera membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Tepat perkiraannya, Lelaki itu sudah berada di sana lebih dulu darinya.

"Permisi." Alexa berjalan mendekat pada meja Arley dan menyimpannya di sana.

"Hanya kopi?" tanya Arley.

"Maaf, pagi ini aku benar-benar tidak sempat membeli sarapan untukmu, Tuan, tapi tenang jangan khawatir. Aku masih memiliki bekal sarapan, aku belum memakannya tadi. Aku rasa ini cocok untuk sarapan Tuan Arley pagi ini, kopi dan roti selai cokelat," jawab Alexa dengan wajah yang sumringah sembari mengeluarkan bekal sarapannya dari dalam tas.

"Permisi, Tuan." Seorang lelaki yang terlihat usianya lebih muda dari Arley, baru saja masuk ke dalam ruangan itu.

"Ya, Alvin," jawab Arley.

"Saya hanya mengingatkan, 30 menit lagi ada meeting dengan client kemarin, mengenai perubahan desain yang mereka minta," kata Alvin.

"Ya."

"Kalau begitu saya permisi." Setelahnya Alvin keluar dari ruangan itu.

Alexa kembali menatap Arley dengan tatapan yang bingung. Sebagai asisten Arley di kantor, dia sama sekali tidak tahu jadwal meeting atasannya.

"Sopankah menatapku seperti itu?"

Pertanyaan Arley membuat Alexa sedikit kikuk.

"Maaf Tuan, apa pekerjaanku hanya seperti ini? Kenapa aku tidak mengetahui jadwal meeting Tuan, aku bisa loh menyiapkan berkas-berkas pekerjaan Tuan?" ucap Alexa.

"Itu bukan tugasmu!"

Alexa tergemap memandang Arley. Tugasnya bukan mengurus masalah pekerjaan, lalu apa pekerjaan yang sebenarnya?

"Bukankah aku asisten pribadi Tuan di kantor, tetapi kenapa rasanya seperti seorang baby sitter?" gerutu Alexa.

"Kau pikir aku bayi? Sudah jangan mengganggu awal hariku, lebih baik kamu kembali ke ruang kerjamu," pinta Arley.

Meskipun, rasanya Alexa sangat dongkol dengan Arley yang mengusirnya, tetapi dia tetap saja menuruti perintah Arley. Dia akan membalas semua yang sudah pernah lelaki itu lakukan pada perusahaan keluarganya.

Ya dengan cara memberikan semua informasi yang dia ketahui pada Ef, tidak naif Alexa pun berpikir bahwa Ef menginginkan kehancuran Arley. Meskipun, sebenarnya dia tidak mengerti permasalahan di antara kedua lelaki itu.

Alexa hanya mencoba menikmati perannya sebagai mata-mata. Dia juga ingin tahu, mengapa lelaki itu tega menipu perusahaan JN Corp.

****

Tiba saatnya di mana Arley sudah keluar dari ruangannya menuju ruang meeting, lelaki itu membawa langkah lebarnya melewati ruangan Alexa.

Di mana tanpa Arley ketahui, Alexa tengah mengintip untuk memastikan bahwa Arley sudah keluar dari ruangannya. Pada akhirnya dia memiliki kesempatan yang sejak kemarin dia tunggu-tunggu.

"Aku harus menjalankan tugas dari Tuan Ef," gumamnya.

Alexa keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ruangan Arley, sebelum masuk dia melihat situasi di sekitarnya dan memastikan bahwa sudah aman.

Setelah dirasa aman Alexa segera masuk ke dalam ruangan CEO tersebut. Berkali-kali wanita itu menghela napas dalam-dalam dan membuangnya kasar. Dengan tangan yang menggenggam flashdisk, dia membawa langkahnya menuju meja kerja Arley.

"Itu dia laptopnya," gumam Alexa.

Perlahan-lahan Alexa mulai membuka benda persegi tersebut, senyumnya terus terbit dari bibirnya yang berwarna nude akibat polesan lipstik.

Alexa menyalakan laptop tersebut, dengan penuh kewaspadaan, dia terus mengawasi arah pintu.

"Cepat Alexa ... cepat," gumamnya.

Dia mulai menghubungkan flashdisk yang dia bawa pada laptop milik Arley.

"Di mana data-data penting yang Tuan Arley simpan?" Alexa masih berselancar mencari file penting yang harus ia copy.

Alexa buru-buru menutup laptop tersebut, saat mengetahui ada yang masuk ke dalam ruangan itu. Secepat mungkin dia mencabut flashdisk yang terhubung di sana.

"Alexa! Sedang apa kau di sini?" Suara setengah berteriak itu, rasanya membuat jantung Alexa hendak melompat.

"Aku ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status