Alexa benar-benar harus berpikir keras, tentang bagaimana caranya dia bisa menjalankan tugas dari Ef.
"Bagaimana ini? CEO muda itu, jarang sekali keluar dari ruangannya. Bahkan makan siang saja di ruangannya." Alexa tampak berpikir di dalam kamarnya."Kira-kira ada masalah apa sebenarnya Tuan Ef dan Tuan Arley? Sepertinya sangat serius, dan apa yang diinginkan Tuan Ef, hingga memintaku meng-copy file yang ada di dalam laptop Tuan Arley?"Alexa mendaratkan bokongnya di ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana. Matanya mulai terpejam."Kenapa aku harus berada di antara kedua Om-om itu?" kekeh Alexa.Perlahan Alexa mulai merilekskan tubuh dan pikirannya. Tak butuh waktu lama, dia pun tertidur setelahnya.****Sejak Alexa mulai bekerja, Steve dan Daisy tak pernah lagi sarapan bersama dengan putrinya. Alexa selalu membawa bekal dan memakannya di mobil."Bekerja di mana sebenarnya anak itu?" tanya Steve pada istrinya."Katanya sih perusahaan besar penyedia jasa design interior," jawab Daisy.Steve tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari sang istri."Lexa! Duduk sini," pinta Steve saat melihat putrinya berada di sana."Maaf Dad, aku tidak bisa sarapan bersama. Seperti biasa saja aku sarapan di mobil," jawab Alexa, kemudian memasukkan roti yang sudah diberi selai coklat ke dalam wadah."Kamu ini, sudah tahu bekerja, seharusnya bangun lebih awal, Lexa. Supaya tetap bisa sarapan bersama di rumah!" ucap Daisy setengah kesal.Sementara, Alexa. Dia hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidaklah gatal. Jujur saja sebenarnya wanita itu belum bisa bangun pagi sendiri. Meski sudah memasang alarm dengan jeda waktu 5 menit dan terus berulang, tetap saja dia akan bangun di jam yang sama saat hari sudah terang."Aku akan berusaha lagi untuk bangun pagi," jawab Alexa santai."Kenapa kamu bekerja di perusahaan jasa desain interior? Kenapa tidak bekerja di perusahaan fashion saja, atau lebih baik kerja di perusahaan keluarga kita?" tanya Steve."Duduk sebentar dan habiskan susumu," pinta Daisy, Alexa pun menurut."Dad, aku mendapatkan penawaran dengan gaji yang cukup besar di perusahaan itu, menurutku itu sangat sayang untuk dilewatkan," kata Alexa, dia terpaksa berbohong.Steve hanya menggeleng. "Ya terserah saja. Kamu sudah dewasa dan sudah bisa menentukan pilihanmu sendiri. Jangan lupa, bertanggung jawablah pada setiap keputusan yang kamu ambil," ucap Steve.Alexa menggigit bibir bagian dalamnya, dan mengangguki ucapan Steve."Memangnya apa nama perusahaan tempatmu bekerja?" tanya Daisy.Alexa memekik saat bibirnya tergigit sendiri, akibat pertanyaan Daisy yang membuatnya terkejut. Bagaimana tidak, sampai saat ini orang tuanya tidak ada yang mengetahui di mana tepatnya Alexa bekerja.Sesuatu yang belum bisa Alexa jelaskan secara jujur kepada orang tuanya bahwa dia bekerja di perusahaan yang sudah membuat rugi perusahaan yang dipimpin oleh Steve."Mom, Dad lain kali kita bicara lagi ya. Aku tidak mau telat datang ke kantor, aku kan masih baru dan harus menunjukkan semangat kerjaku," kata Alexa kemudian menyalami kedua orang tuanya.****Sesampainya di kantor, Alexa langsung datang ke pantry dan langsung membuatkan kopi untuk Arley. Pagi ini dia sudah mulai menyiapkan sarapan untuk atasannya itu. Namun sayangnya dia terlalu lambat datang, hingga tak membeli apapun untuk Arley.Setelah membuatkan kopi dia segera menuju ruangan Arley."Semoga saja Tuan Arley mau menerima sarapan ini," gumam Alexa.Setelah berada di depan ruangan Arley, Alexa segera membuka pintu dan masuk ke dalamnya. Tepat perkiraannya, Lelaki itu sudah berada di sana lebih dulu darinya."Permisi." Alexa berjalan mendekat pada meja Arley dan menyimpannya di sana."Hanya kopi?" tanya Arley."Maaf, pagi ini aku benar-benar tidak sempat membeli sarapan untukmu, Tuan, tapi tenang jangan khawatir. Aku masih memiliki bekal sarapan, aku belum memakannya tadi. Aku rasa ini cocok untuk sarapan Tuan Arley pagi ini, kopi dan roti selai cokelat," jawab Alexa dengan wajah yang sumringah sembari mengeluarkan bekal sarapannya dari dalam tas."Permisi, Tuan." Seorang lelaki yang terlihat usianya lebih muda dari Arley, baru saja masuk ke dalam ruangan itu."Ya, Alvin," jawab Arley."Saya hanya mengingatkan, 30 menit lagi ada meeting dengan client kemarin, mengenai perubahan desain yang mereka minta," kata Alvin."Ya.""Kalau begitu saya permisi." Setelahnya Alvin keluar dari ruangan itu.Alexa kembali menatap Arley dengan tatapan yang bingung. Sebagai asisten Arley di kantor, dia sama sekali tidak tahu jadwal meeting atasannya."Sopankah menatapku seperti itu?"Pertanyaan Arley membuat Alexa sedikit kikuk."Maaf Tuan, apa pekerjaanku hanya seperti ini? Kenapa aku tidak mengetahui jadwal meeting Tuan, aku bisa loh menyiapkan berkas-berkas pekerjaan Tuan?" ucap Alexa."Itu bukan tugasmu!"Alexa tergemap memandang Arley. Tugasnya bukan mengurus masalah pekerjaan, lalu apa pekerjaan yang sebenarnya?"Bukankah aku asisten pribadi Tuan di kantor, tetapi kenapa rasanya seperti seorang baby sitter?" gerutu Alexa."Kau pikir aku bayi? Sudah jangan mengganggu awal hariku, lebih baik kamu kembali ke ruang kerjamu," pinta Arley.Meskipun, rasanya Alexa sangat dongkol dengan Arley yang mengusirnya, tetapi dia tetap saja menuruti perintah Arley. Dia akan membalas semua yang sudah pernah lelaki itu lakukan pada perusahaan keluarganya.Ya dengan cara memberikan semua informasi yang dia ketahui pada Ef, tidak naif Alexa pun berpikir bahwa Ef menginginkan kehancuran Arley. Meskipun, sebenarnya dia tidak mengerti permasalahan di antara kedua lelaki itu.Alexa hanya mencoba menikmati perannya sebagai mata-mata. Dia juga ingin tahu, mengapa lelaki itu tega menipu perusahaan JN Corp.****Tiba saatnya di mana Arley sudah keluar dari ruangannya menuju ruang meeting, lelaki itu membawa langkah lebarnya melewati ruangan Alexa.Di mana tanpa Arley ketahui, Alexa tengah mengintip untuk memastikan bahwa Arley sudah keluar dari ruangannya. Pada akhirnya dia memiliki kesempatan yang sejak kemarin dia tunggu-tunggu."Aku harus menjalankan tugas dari Tuan Ef," gumamnya.Alexa keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ruangan Arley, sebelum masuk dia melihat situasi di sekitarnya dan memastikan bahwa sudah aman.Setelah dirasa aman Alexa segera masuk ke dalam ruangan CEO tersebut. Berkali-kali wanita itu menghela napas dalam-dalam dan membuangnya kasar. Dengan tangan yang menggenggam flashdisk, dia membawa langkahnya menuju meja kerja Arley."Itu dia laptopnya," gumam Alexa.Perlahan-lahan Alexa mulai membuka benda persegi tersebut, senyumnya terus terbit dari bibirnya yang berwarna nude akibat polesan lipstik.Alexa menyalakan laptop tersebut, dengan penuh kewaspadaan, dia terus mengawasi arah pintu."Cepat Alexa ... cepat," gumamnya.Dia mulai menghubungkan flashdisk yang dia bawa pada laptop milik Arley."Di mana data-data penting yang Tuan Arley simpan?" Alexa masih berselancar mencari file penting yang harus ia copy.Alexa buru-buru menutup laptop tersebut, saat mengetahui ada yang masuk ke dalam ruangan itu. Secepat mungkin dia mencabut flashdisk yang terhubung di sana."Alexa! Sedang apa kau di sini?" Suara setengah berteriak itu, rasanya membuat jantung Alexa hendak melompat."Aku ....""Kau bodoh sekali Alexa! Hanya pekerjaan kecil seperti itu kamu tidak becus!" Ef menatap Alexa penuh kemarahan. Baru tugas pertama saja Alexa sudah gagal dan membuatnya kesal. "Itu di luar dugaanku, Tuan. Aku sudah hampir berhasil, tetapi Alvin masuk ke dalam ruangan CEO Arley. Itu sangat mendadak, aku tidak sempat bersembunyi," ungkap Alexa. Lagi, ada saja yang membuat Ef kesal. Wanita yang ia tugaskan untuk memata-matai Arley, nyatanya sangat ngeyel, ada saja jawaban yang keluar dari bibir wanita itu. "Apa saja informasi yang kamu ketahui hari ini?" tanya Ef. "Itu ... CEO Arley hari ini ada meeting dengan perusahaan ...." Alexa terdiam tidak bisa melanjutkan ucapan. "Perusahaan apa?" "Aku tidak tahu, aku belum sempat menanyakan," jawab Alexa. Ef meremas rambutnya sendiri. "Keluar dari ruanganku, kembali ke kantormu dan berikan informasi apa pun padaku mengenai Arley dan perusahaannya, dan ingat. Jika kamu tidak bisa memberi informasi dari Arley ataupun ruangannya, kamu tentu
Sesuai dengan keinginannya, pagi ini Alexa datang ke kantor bukan untuk bekerja, melainkan untuk mengajukan pengunduran dirinya. Wanita itu langsung berjalan ke ruangan Arley dengan memegang berkas pengunduran diri yang akan dia serahkan kepada CEO di sana. "Selamat pagi," sapa Alexa. Arley memerhatikan kedatangan Alexa yang tak membawa sarapan untuknya bahkan secangkir kopi pun tidak terlihat di tangan wanita itu. "Kau tidak membawakan sarapan untukku?" Arley menatap Alexa penuh kebingungan. Tidak menjawab. Alexa justru menyerahkan berkas yang berada di tangannya pada atasannya itu. "Silakan dibaca! Itu surat pengunduran diriku, mulai saat ini aku tidak lagi bekerja di sini dan aku bukan teman kencanmu lagi!" kata Alexa. Wanita itu menatap Arley seakan ingin menenggelamkan Arley di dasar lautan. Dia merasa terhina, dijadikan mata-mata dan diperintahkan seenaknya. Dengan Ef saja, sejujurnya dia muak. Apalagi kini dibohongi dan dijanjikan bekerja sebagai asisten, nyatanya justru
"Tidak! Aku tidak mau menuruti kontrak konyol ini!" "Kalau begitu kau tidak bisa memutuskan kerjasama kita secara sepihak, di sini aku yang berhak. Tugasmu hanya menurut!" Ef menatap tajam pada Alexa. Baik Alexa maupun Ef, mereka saling berpegang pada keinginannya sendiri. Cukup lama tatapan elang mereka terkunci, sampai Alexa memutusnya lebih dulu dan hendak meninggalkan ruangan Ef. Dengan sigap, Ef menahan lengan Alexa dan tak membiarkan wanita itu dengan sangat mudah meninggalkan ruangannya. "Apa? Lepaskan!" Setengah berteriak, Alexa tak suka Ef menyentuhnya. "Aku minta tarik kembali ucapanmu yang menginginkan memutuskan kerjasama kita!" pinta Ef penuh penekanan. Mendengar itu, napas Alexa naik turun. Dengan penuh keterpaksaan, Alexa menarik kembali ucapannya, karena dia tidak akan bisa memenuhi syarat untuk memutuskan kerjasama tersebut. "Aku minta maaf sudah membuatmu marah dan aku akan tetap bekerja sebagai mata-matamu, Tuan," ucap Alexa dengan wajah yang menunduk. Ef, se
Siang ini Alexa langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Arley, setelah mengetahui penghuni ruangan tersebut sudah pergi untuk makan siang dengan para klien. "Akhirnya aku bebas di sini," gumam Alexa sembari tersenyum puas. Alexa segera mendekati meja kerja Arley dan memeriksa laptop sang atasan. "Kali ini aku harus mendapatkan semua yang penting dari laptop tuan Arley." Alexa segera menghubungkan flash disk yang dia bawa, saat laptop Arley berhasil dihidupkan sempurna. Tidak membutuhkan waktu lama, Alexa mendapatkan beberapa file penting yang ada di sana. Buru-buru wanita itu meng-copy-nya. "Oh, aku pintar sekali." Alexa bergumam saat berhasil mendapatkan file penting itu. Merasa masih memiliki waktu yang banyak, dia memeriksa beberapa tumpukan berkas. Berharap bisa menemukan apa yang menjadi alasan menipu perusahaan keluarganya. "Seharusnya di sini masih ada kontrak kerjasama atau semacamnya dengan perusahaan daddy," imbuh Alexa. Sayangnya Alexa tak menemukan apapun di sana,
Suara teriakan Arley terdengar hingga ke ruangan Alexa. Teriakan itu terdengar menyeramkan di telinga Alexa, dia tahu bahwa atasannya pasti sedang ada masalah mengenai pekerjaannya.Didorong rasa penasaran, Alexa segera keluar dari ruangannya dan sedikit menguping dari luar ruangan Arley. Tidak! Tidak hanya itu. Alexa juga mengintip dari celah pintu.Ada beberapa staf dan juga Alvin di sana, Arley tampak begitu marah pada mereka. Alexa menajamkan pendengarannya, agar bisa mengetahui apa yang sedang terjadi pada Arley."Jangan berpura-pura lagi di hadapanku! Kalian pasti tahu kenapa desain yang seharusnya aku berikan untuk Moon Grup, bisa sama persis dengan perusahaan lain! Siapa di antara kalian yang membocorkannya?"Arley menatap bawahannya sangat tajam rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Dia tidak menyangka desain yang seharusnya dibeli oleh perusahaan Moon Group, nyatanya malah dituduh mencuri ide dari perusahaan desain lain. Dan membuatnya menjadi batal mendapatkan keuntungan d
Arley memeriksa ke bawah meja kerjanya saat mendengar teriakkan seorang wanita. Betapa terkejutnya dia, mendapati Alexa berada di sana."Kau? Sedang apa kau di sini?" Arley menggapai lengan Alexa dan menariknya keluar dari bawah meja tersebut."Apa yang kau lakukan di sini Alexa!" bentak Arley sekali lagi."Emm, aku ... aku—"Belum sempat Alexa menjawab, Arley merampas benda kecil di tangan Alexa, yang tak lain adalah alat penyadap."Apa ini?" tanya Arley sudah penuh kabut kemarahan di matanya.Alexa hanya diam membisu. Melihat kemarahan Arley, nyalinya menjadi ciut."Katakan! Apa kau tidak punya mulut?" hardik Arley.Dia hanya menunduk. Lagi-lagi Alexa tak bisa menjawab pertanyaan Arley, tetapi dia tidak ingin Arley menganggapnya lemah dan takut."Apa kau bisu, Alexa?" Terdengar kembali kemarahan Arley, membuat Alexa mengangkat wajahnya dan menatap Arley dengan beraninya."Siapa kau sebenarnya?" tanya Arley.Alexa tersenyum sinis menanggapi pertanyaan yang baru saja Arley lontarkan. "
Alexa sudah berbaring di atas ranjang dengan pakaian yang sudah berganti piyama tidur. Setelah wanita itu jujur pada Arley, Alvin mengeluarkan ular dari kamar dan Arley juga meminta asisten rumah tangga mengurus Alexa beserta kekacauan yang sudah dibuat wanita itu di dalam kamar."Apa dia sudah makan?" tanya Arley pada Mika — ART."Sudah, Tuan," jawab Mika."Kau bisa pergi istirahat."Setelah kepergian Mika. Arley langsung berdiri di sisi ranjang di mana Alexa terlelap."Bangun!"Alexa membuka matanya dengan sedikit terkejut."Arley. Emm, maksudku Tuan—""Aku tidak mengetahui siapa itu Ef, tetapi sekarang aku memintamu untuk menjadi mata-mataku!" pinta Arley.Alexa hanya menampilkan matanya yang membulat, dia sangat terkejut mendengar permintaan Arley. Mana mungkin, Alexa menjadi mata-mata dua orang sekaligus."Aku adalah mata-mata Tuan Ef dan aku tidak bisa mengundurkan diri begitu saja dari dia. Aku sudah pernah mencobanya, tetapi dia licik! Dia menjebakku dengan memintaku untuk tand
Malam ini Alexa benar-benar mengikuti Ef ke Club malam. Dia datang seorang diri, sejujurnya ada rasa takut dengan keadaan di sekitar sana.Banyak lelaki dan perempuan berpasangan dan berjoget tidak karuan. Sudah bisa dipastikan mereka mabuk."Ya Tuhan di mana Tuan Ef, tadi aku melihatnya di sana," gumam Alexa.Alexa semakin masuk ke dalam club tersebut demi mencari keberadaan Ef. Namun, kantung kemihnya terasa penuh. Dia memutuskan untuk ke toilet yang berada di dalam club tersebut.Setelah selesai menuntaskan hasrat buang air kecilnya, Alexa tak segera kembali ke tempat sebelumnya."Itu bukankah Tuan Ef? Sedang apa dia di sana?" batin Alexa."Wanita? Astaga! Apa dia ke sini hanya untuk bersenang-senang bersama wanita itu? Jika iya, sia-sia aku mengikutinya ke sini," kata Alexa.Alexa melihat pakaian para wanita di sana benar-benar seksi dan membuatnya tak percaya diri, sementara Alexa datang ke tempat tersebut mengenakan celana jeans dengan atasan crop.Langkah wanita itu semakin mend