Devan sedari tadi melihat gelagat aneh Syafa. Wanita itu terlihat sangat gelisah, di tambah lagi Nathan yang selalu melirik ke arah Syafa.
"Baiklah, saya menyetujui kerjasama kita ini," ujar Nathan. Dapat Syafa rasakan kalau Nathan emang sengaja menyetujui kerja sama ini hanya agar bisa menganggu dirinya.
"Baiklah pak Nathan, terima kasih atas kerjasamanya," ujar Devan.
"Sepertinya, pertemuan kita kali ini cukup sampai disini, kami permisi dulu," pamit Devan. Syafa akhirnya bisa bernapas lega karena Devan seperti tahu dengan kondisi Syafa.Devan memasuki mobilnya diikuti oleh Syafa. Devan merasa sedikit heran, pasalnya kenapa wanita cerewet yang ada disampingnya ini mendadak jadi pendiam seperti ini. Devan hanya mengangkat bahunya acuh.
***
Syafa sudah kembali kekantor nya. Namun Syafa tidak seperti biasanya. Ia lebih banyak diam membuat para karyawan disana menjadi bertanya-tanya.
"Kamu kenapa Fa, kok dari tadi kami perhatiin kamu diam aja sih?" tanya Fina mewakili pertanyaan teman-temannya yang lain.
"Ak...aku gak papa kok," jawab Syafa. Namun terlihat jelas dari mata wanita itu kalau dia sepertinya lagi ada masalah.
"Beneran kamu gak papa?" tanya Fina lagi.
"Iya Fin, aku gak papa kok." Lagi dan lagi Syafa mencoba untuk meyakinkan Fina.
"Hmm yaudah deh, aku lanjut kerja dulu ya." Syafa pun mengangguk.
Syafa kembali menatap komputer nya dengan pandangan kosong. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang.
Kenapa dia kembali lagi?
***
Devan sedari tadi memikirkan apa yang terjadi sama Syafa. Devan menyadari bahwa perubahan Syafa itu terjadi setelah bertemu dengan Nathan.
Arrgh, kenapa gue malah mikirin wanita itu sih, ujar Devan tanpa sadar.
Sadar atau tidak, Devan tiba-tiba mengkhawatirkan keadaan Syafa. Walaupun ia sudah menolak untuk memikirkan nya, namun ada yang mendorong nya untuk selalu memikirkan wanita itu.
Devan merongoh sakunya dan mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang.
"Halo pak,"
"Keruangan saya, sekarang!"
"Baik pak, saya akan segera kesana."
Tut.
Devan mematikan ponselnya dan kembali mendudukkan dirinya.
"Permisi pak," ujar seseorang dari arah pintu.
"Masuk!"
"Kenapa bapak memanggil saya kesini?"
Tanpa menjawab, Devan memberikan sebuah foto wanita Kepada orang tersebut."Cari tau tentang wanita itu, dan kabari saya secepatnya!"
"Baik pak, saya akan segera memberikan laporan nya kepada pak Devan."
"Bagus, mulai bekerja sekarang!"
"Baik pak, saya permisi dulu."
Orang tersebut langsung keluar dari ruangan Devan.Devan mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja.
Sebentar lagi saya akan mengetahui semuanya, ujar Devan.
Di lain tempat, Syafa sedang bersiap-siap untuk pulang. Hari ini pekerjaannya begitu banyak, jadi dia terpaksa pulang terlambat.
"Aku duluan ya Fa," ujar Fina.
"Iya Fin, hati-hati ya," balas Syafa yang diangguki oleh Fina."Kami duluan ya Fa," ujar beberapa karyawan lainnya.
Syafa menanggapi dengan senyuman.Setelah selesai bersiap-siap, Syafa pun langsung keluar dari kantor dan masuk kedalam mobilnya. Syafa mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari sudah gelap, karena memang hari sudah hampir malam.
Namun Syafa merasakan ada yang aneh dengan mobil nya. Ia pun turun dan melihat apa yang terjadi. Dan benar saja, ban mobilnya bocor.
"Aduh, gimana ini. Mana disini sepi banget lagi," ujar Syafa yang bingung harus melakukan apa.
"Kalau kayak gini, gimana caranya aku mau pulang."
Syafa teringat sesuatu. Ia pun mengambil ponselnya di dalam mobil dan berniat untuk menelpon sopir nya."Yah, baterainya habis lagi." Syafa menghela napasnya. Syafa pun terlihat celingukan kesana-kemari untuk melihat jika ada orang lewat disini.
Namun Syafa sama sekali tidak melihat adanya tanda-tanda orang yang lewat.Syafa memijit kening nya. Ia bingung memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang.
Dari jauh, terlihat sebuah sinar yang berasal dari mobil seseorang. Syafa pun langsung berupaya menghentikan mobil orang tersebut agar bisa membantu nya.
"Pak! Tolong berhenti pak!" teriak Syafa sambil melambaikan tangannya kearah mobil tersebut.
Mobil itu pun langsung berhenti tepat di dekat Syafa berdiri. Syafa pun bernapas lega, setidaknya masih ada orang yang bisa membantu nya.
Mobil tersebut sudah berhenti, tapi pemilik nya belum juga menampakkan dirinya keluar dari mobil.
Syafa pun mengetuk kaca tersebut. " Pak! Bisa bantu saya pak? Mobil saya bocor apa bapak bisa bantu saya buat ganti ban serep nya?" tanya Syafa seraya terus mengetuk kaca mobil tersebut.
Tak lama setelah itu, terlihat si pemilik mobil tersebut keluar dari mobilnya.
Tampak seorang laki-laki tinggi, tegas dan tentunya tampan keluar dari mobil tersebut.Orang itupun menoleh ke arah Syafa.
Saat orang tersebut berbalik arah ke arah Syafa, Syafa pun langsung membulatkan matanya."Ka...kamu," ujar Syafa terbata. Sungguh kondisi saat ini sangat tidak mendukung untuk nya.
"Nga... ngapain ka...kamu disini?" tanya Syafa. Orang pun tersenyum pada Syafa. Lebih tepatnya memberikan senyum devilnya.
"Seperti nya kita emang di takdirkan untuk bertemu." Dia pun tersenyum sinis. Laki-laki itupun berjalan mendekati Syafa.
Melihat itu, Syafa semakin cemas dan memundurkan langkahnya."Kenapa? Kamu takut sama saya?"
"Mau ngapain kamu?!"
"Mau bermain sama kamu, sayang."
"Gak usah panggil saya sayang! saya bukan kekasih kamu!" balas Syafa.
"Oh, jadi gitu. Bagaimana kalau kamu jadi kekasih saya saja? atau kalau tidak, jadi istri saya saja langsung." Lelaki itupun kembali menampilkan senyum devilnya.
Ya Allah, tolong bantu selamatkan Syafa dari laki-laki bejat ini. Doa Syafa dalam hati.
Sungguh, Syafa benar-benar merasa takut. Ia takut kejadian beberapa tahun lalu terulang lagi. Tak terasa, air mata Syafa mengalir di pipinya.
"PERGI KAMU! JANGAN PERNAH GANGGU SAYA LAGI!" Teriak Syafa.
"Jangan teriak-teriak gitu, sayang. Santai aja," ujar laki-laki tersebut dan ingin membelai pipi Syafa. Namun gadis itu dengan cepat mencekal tangan pria tersebut.
"Jangan berani sentuh saya!" Peringat Syafa. Pria itu pun langsung tertawa keras.
"Kamu pikir saya takut dengan ucapan kamu itu? Hahaha." Pria itupun kembali tertawa.Seseorang tolong selamatkan aku.
Syafa tersentak ketika tiba-tiba tangannya ditarik dengan kasar oleh pria itu.
"Lepasin! Lepasin tangan saya!" Syafa mencoba memberontak. Tapi percuma saja, tenaga pria itu tidak sebanding dengan tenaganya. Syafa terus saja ditarik oleh pria itu menuju mobilnya. Ia pun memaksa Syafa untuk masuk kedalam mobilnya. Namun Syafa terus saja memberontak membuat pria tersebut mendorong tubuh Syafa dengan keras kedalam mobilnya.Namun, setelah pria itu mendorong Syafa dengan kasar, seseorang memukul nya dari belakang. Seketika tubuh pria itu langsung tersungkur ke tanah karena menerima serangan mendadak tersebut.
***
***Devan yang baru saja hendak pulang, tidak sengaja melihat mobil Syafa yang keluar dari area kantor. Entah hasutan dari mana, Devan mengikuti mobil Syafa tersebut dari belakang.Namun, di tengah perjalanan, ia melihat mobil Syafa yang tiba-tiba saja berhenti. Hal itu membuat Devan juga ikut menghentikan mobilnya, tapi dari jarak yang cukup jauh.Dari kejauhan, terlihat Syafa yang keluar dari mobilnya. Seperti nya ada masalah pada mobil Syafa pikir Devan. Devan hanya mengamati dari mobilnya saja, tanpa berniat menghampiri wanita itu.Namun tidak berselang lama, sebuah mobil berhenti di dekat Syafa. Seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut. Devan mengernyit kan keningnya dan memperhatikan siapa pria tersebut.Nathan?Devan terlihat berpikir. Untuk apa Nathan menghampiri Syafa? Apa hubungan di antara keduanya? Dan kenapa dia itu seolah-olah sudah mengenal Syafa seja
"apa maksudnya ini om?" tanya Syafa."Seperti yang kamu lihat, Fa. Perusahaan Nathan ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita," jawab om Sharul."Apa dia tahu kalau perusahaan ini milik keluarga Sanjaya?" Tanya Syafa lagi."Sepertinya tahu, soalnya dia juga mencantumkan nama kamu sebagai pemilik perusahaan ini." Syafa memijit kening nya.Apa lagi ini, kenapa semuanya malah menjadi rumit seperti ini."Jadi, menurut om kita harus bagaimana?" tanya Syafa."Sebaiknya kita tolak saja. Om takut dia ada berniat jahat sama kamu," usul om Sharul.Syafa pun mengangguk."Baiklah om. Semuanya Syafa serahkan sama om," ujar Syafa lagi."Baiklah, Syafa. Om akan berusaha mengurus nya sebaik mungkin.""Terima kasih om. Kalau gitu Syafa pamit pulang dulu.""Kamu pulang nya sama siapa Fa? Apa perlu di antar?" tanya om Sharul la
"LEPASKAN, NATHAN!" bentak Syafa lebih keras lagi."Tidak semudah itu, sayang." Nathan kembali menarik tangan Syafa lebih keras lagi.Syafa terus saja memberontak, namun yang namanya tenaga perempuan itu tidak sebanding dengan tenaga laki-laki.***Devan sedang menunggu Syafa di ruangan rapat. Namun, sampai sekarang Syafa belum datang juga. Bagaimana dengan Devan? Jangan di tanya lagi.Devan sudah menahan amarahnya dari tadi. Kalau bukan karena ada klien nya, maka sudah di pasti Devan akan mengomel tidak tentu.Waktu rapat pun sudah di mulai, namun Syafa belum juga datang. Devan sudah sangat marah rasanya. Dia juga akan memarahi Syafa setelah rapat ini selesai.Rapat terpaksa di lakukan tanpa kehadiran Syafa. Devan terpaksa harus menghandle rapat ini sendirian, karena ia tidak mau pertemuan ini di batalkan hanya karena Syafa. Apa lagi ini adalah proyek yang sangat p
Syafa baru saja terbangun dari tidurnya. Ia melihat kesekeliling nya."Loh, ini kan kamar aku? Siapa yang bawa aku kesini?" Ketika sedang sibuk dengan pikirannya, Bi inah masuk kedalam kamarnya."Eh, non Syafa udah bangun?" ujar bi Inah."Siapa yang bawa aku kesini, bi? tanya Syafa."Oh, itu tadi tuan Devan yang gendong non Syafa kesini." Mata Syafa pun langsung melebar."Apa bi? Jadi pak Devan gendong aku kesini?""Iya, non." Sumpah demi apa, Syafa rasanya ingin tenggelam saja saat ini. Itu semua karena Devan. Berani nya laki-laki itu menggendongnya, mau di letakkan di mana mukanya.Tapi ya mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi. Syafa hanya bisa menerima saja, jangan sampai ada orang yang melihat Devan yang menggendong dirinya. Kalau tidak bisa timbul masalah baru lagi.***"Halo, kirim orang untuk menjaga Syafa!" ujar Devan pada s
"Pak Devan!" Panggil salah satu anak buah Devan. Devan pun langsung menoleh."Bagaimana? Sudah ketemu siapa pelakunya?" tanya Devan langsung."Sudah pak. Dan pelakunya ini masih orang yang sama," ujar anak buahnya itu. Devan mengernyit bingung."Siapa?""Nathan!" Tebakan Devan pun benar. Dari awal dia memang sudah mengira kalau ini semua adalah rencana nya Nathan. Devan mengepalkan tangannya kuat. Bahkan buku-buku tangannya terlihat memutihkan saking kuatnya kepalan tangan Devan."Yasudah, sekarang kamu bisa pergi!""Baiklah, pak."Kemudian, Devan pun kembali menghampiri Syafa."Syafa!" Syafa pun langsung menoleh."Ada apa pak Devan?""Saya cuma mau pamit pergi dulu, maaf karena saya tidak bisa membantu kamu," ujar Devan."Tidak apa-apa pak. Terima kasih karena sudah mampir ya pak." Devan pun mengangguk.
Devan sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Namun pekerjaan nya terhenti karena menerima telepon."Hallo.""......""Apa! Baiklah, kalian awasi mereka, saya akan kesana!"Devan langsung keluar dari ruangannya dan langsung mencari keberadaan Syafa."Dimana Syafa?" Tanya Devan pada Fina."Dia baru saja pulang, pak," jawab Fina. Devan mengusap wajahnya kasar."Sial!" ujar Devan tanpa sadar membuat para karyawan yang masih ada disana terlihat bingung. Devan terlihat sangat khawatir saat ini."Apa yang terjadi pak?" Fina memberanikan diri untuk bertanya."Tidak ada apa-apa," jawab Devan. Fina kembali diam. Walaupun dia tau bahwa ada yang tidak baik-baik saja, namun dia tidak berani menanyakan nya. Sekarang ini, yang ada di pikiran Fina sekarang adalah Syafa. Apa sebenarnya yang terjadi, kenapa pak Devan sampai terlihat khawat
"hayoo, ngapain itu senyum-senyum sendiri," ujar seseorang yang langsung saja masuk kedalam kamar Devan. Devan yang sudah tertangkap basah pun kembali mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali"Kamu ngapain disini?" Tanya Devan pada Aurel."Ya cuma mau mampir aja kok," jawab Aurel. Devan hanya bisa mengangguk saja.Sebagai informasi, Aurel adalah adik semata wayangnya Devan.. semenjak orang tuanya meninggal, Devan hanya tinggal berdua bersama adiknya ini. Tidak disangka, walaupun di luaran sana Devan terkenal dingin dan cuek tapi berbeda ketika berada didekat adiknya. Dia begitu menyayangi adiknya ini.Oke, lanjutkan."Ngomong-ngomong, ini siapa kak?" Tanya Aurel kepo."Bukan siapa-siapa.""Beneran bukan siapa-siapa? Ini pertama kalinya loh kak Devan bawa perempuan kerumah, cantik lagi.""Terus, kenapa emangnya kalau dia kakak b
Devan pun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dilihatnya dari kaca Aurel dan Syafa saling bercanda tawa.Tak lama kemudian, mobil Devan pun masuk ke pekarangan rumah Syafa."Aurel mau mampir dulu gak?" tawar Syafa."Udah malam kak, lain kali aja aku main kesini ya kak?" ujar Aurel."Yaudah, gak apa-apa. Kapan pun kamu mau main kesini boleh kok," ujar Syafa. Dan Aurel pun tersenyum yang langsung dibalas oleh SyafaSetelah itu Syafa pun langsung keluar dari mobil Devan."Makasih ya pak, udah mau mengantarkan saya," ujar Syafa pada Devan."Iya sama-sama."Setelah itu, Syafa pun langsung masuk kedalam rumah nya dan mobil Devan pun langsung pergi dari sana."Kak Devan!" panggil Aurel pada Devan."Apa?""Kak Syafa itu cantik ya kak, baik lagi," puji Aurel."Hemm.""Kalau