"LEPASKAN, NATHAN!" bentak Syafa lebih keras lagi.
"Tidak semudah itu, sayang." Nathan kembali menarik tangan Syafa lebih keras lagi.
Syafa terus saja memberontak, namun yang namanya tenaga perempuan itu tidak sebanding dengan tenaga laki-laki.
***
Devan sedang menunggu Syafa di ruangan rapat. Namun, sampai sekarang Syafa belum datang juga. Bagaimana dengan Devan? Jangan di tanya lagi.
Devan sudah menahan amarahnya dari tadi. Kalau bukan karena ada klien nya, maka sudah di pasti Devan akan mengomel tidak tentu.
Waktu rapat pun sudah di mulai, namun Syafa belum juga datang. Devan sudah sangat marah rasanya. Dia juga akan memarahi Syafa setelah rapat ini selesai.
Rapat terpaksa di lakukan tanpa kehadiran Syafa. Devan terpaksa harus menghandle rapat ini sendirian, karena ia tidak mau pertemuan ini di batalkan hanya karena Syafa. Apa lagi ini adalah proyek yang sangat p
Syafa baru saja terbangun dari tidurnya. Ia melihat kesekeliling nya."Loh, ini kan kamar aku? Siapa yang bawa aku kesini?" Ketika sedang sibuk dengan pikirannya, Bi inah masuk kedalam kamarnya."Eh, non Syafa udah bangun?" ujar bi Inah."Siapa yang bawa aku kesini, bi? tanya Syafa."Oh, itu tadi tuan Devan yang gendong non Syafa kesini." Mata Syafa pun langsung melebar."Apa bi? Jadi pak Devan gendong aku kesini?""Iya, non." Sumpah demi apa, Syafa rasanya ingin tenggelam saja saat ini. Itu semua karena Devan. Berani nya laki-laki itu menggendongnya, mau di letakkan di mana mukanya.Tapi ya mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi. Syafa hanya bisa menerima saja, jangan sampai ada orang yang melihat Devan yang menggendong dirinya. Kalau tidak bisa timbul masalah baru lagi.***"Halo, kirim orang untuk menjaga Syafa!" ujar Devan pada s
"Pak Devan!" Panggil salah satu anak buah Devan. Devan pun langsung menoleh."Bagaimana? Sudah ketemu siapa pelakunya?" tanya Devan langsung."Sudah pak. Dan pelakunya ini masih orang yang sama," ujar anak buahnya itu. Devan mengernyit bingung."Siapa?""Nathan!" Tebakan Devan pun benar. Dari awal dia memang sudah mengira kalau ini semua adalah rencana nya Nathan. Devan mengepalkan tangannya kuat. Bahkan buku-buku tangannya terlihat memutihkan saking kuatnya kepalan tangan Devan."Yasudah, sekarang kamu bisa pergi!""Baiklah, pak."Kemudian, Devan pun kembali menghampiri Syafa."Syafa!" Syafa pun langsung menoleh."Ada apa pak Devan?""Saya cuma mau pamit pergi dulu, maaf karena saya tidak bisa membantu kamu," ujar Devan."Tidak apa-apa pak. Terima kasih karena sudah mampir ya pak." Devan pun mengangguk.
Devan sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Namun pekerjaan nya terhenti karena menerima telepon."Hallo.""......""Apa! Baiklah, kalian awasi mereka, saya akan kesana!"Devan langsung keluar dari ruangannya dan langsung mencari keberadaan Syafa."Dimana Syafa?" Tanya Devan pada Fina."Dia baru saja pulang, pak," jawab Fina. Devan mengusap wajahnya kasar."Sial!" ujar Devan tanpa sadar membuat para karyawan yang masih ada disana terlihat bingung. Devan terlihat sangat khawatir saat ini."Apa yang terjadi pak?" Fina memberanikan diri untuk bertanya."Tidak ada apa-apa," jawab Devan. Fina kembali diam. Walaupun dia tau bahwa ada yang tidak baik-baik saja, namun dia tidak berani menanyakan nya. Sekarang ini, yang ada di pikiran Fina sekarang adalah Syafa. Apa sebenarnya yang terjadi, kenapa pak Devan sampai terlihat khawat
"hayoo, ngapain itu senyum-senyum sendiri," ujar seseorang yang langsung saja masuk kedalam kamar Devan. Devan yang sudah tertangkap basah pun kembali mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali"Kamu ngapain disini?" Tanya Devan pada Aurel."Ya cuma mau mampir aja kok," jawab Aurel. Devan hanya bisa mengangguk saja.Sebagai informasi, Aurel adalah adik semata wayangnya Devan.. semenjak orang tuanya meninggal, Devan hanya tinggal berdua bersama adiknya ini. Tidak disangka, walaupun di luaran sana Devan terkenal dingin dan cuek tapi berbeda ketika berada didekat adiknya. Dia begitu menyayangi adiknya ini.Oke, lanjutkan."Ngomong-ngomong, ini siapa kak?" Tanya Aurel kepo."Bukan siapa-siapa.""Beneran bukan siapa-siapa? Ini pertama kalinya loh kak Devan bawa perempuan kerumah, cantik lagi.""Terus, kenapa emangnya kalau dia kakak b
Devan pun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dilihatnya dari kaca Aurel dan Syafa saling bercanda tawa.Tak lama kemudian, mobil Devan pun masuk ke pekarangan rumah Syafa."Aurel mau mampir dulu gak?" tawar Syafa."Udah malam kak, lain kali aja aku main kesini ya kak?" ujar Aurel."Yaudah, gak apa-apa. Kapan pun kamu mau main kesini boleh kok," ujar Syafa. Dan Aurel pun tersenyum yang langsung dibalas oleh SyafaSetelah itu Syafa pun langsung keluar dari mobil Devan."Makasih ya pak, udah mau mengantarkan saya," ujar Syafa pada Devan."Iya sama-sama."Setelah itu, Syafa pun langsung masuk kedalam rumah nya dan mobil Devan pun langsung pergi dari sana."Kak Devan!" panggil Aurel pada Devan."Apa?""Kak Syafa itu cantik ya kak, baik lagi," puji Aurel."Hemm.""Kalau
Devan masih duduk disamping Syafa yang masih tertidur. Namun, tiba-tiba sebuah bayangan hitam melintas dari arah jendela. Devan semakin menajamkan pandangan nya.Dan benar saja, dia melihat bayangan seseorang disana.Untuk memastikan nya, Devan menarik tangannya yang di peluk oleh Syafa secara perlahan dan kemudian Syafa dia tidurkan dengan meletakkan kepalanya di atas tas jinjing milik Syafa.Setelah itu, Devan pun langsung memeriksa keluar untuk melihat bayangan siapa itu.Devan memeriksa disekitar rumah itu, tapi dia tidak menemukan siapapun. Ketika Devan ingin memeriksa bagian samping kanan bangunan tersebut, dia melihat bayangan seseorang disana. Devan pun kemudian berjalan mendekat. Dan Devan pun melihat seseorang yang sedang berdiri disana. Awalnya Devan tak menghiraukan nya, tapi tiba-tiba saja dia mendengar pembicaraan orang tersebut di ponselnya.Devan pun menghampiri orang tersebut dan menariknya kasar.
Syafa yang sedang berjalan kearah dapur tiba-tiba saja tidak sengaja menabrak seseorang."Eh, kak Syafa? Kok bisa disini kak?" tanya Aurel. Orang yang ditabrak oleh Syafa adalah Aurel."Ya ampun Aurel, bikin kakak kaget aja," ujar Syafa sambil mengusap dadanya."Hehe maaf kak, Aurel gak terlalu perhatiin jalan tadi," ujar Aurel yang hanya cengengesan saja. Syafa pun hanya mengangguk saja."Oh, ya kak Syafa belum jawab pertanyaan aku tadi loh. Kak Syafa kenapa bisa ada disini? Pagi-pagi gini lagi. Kak Syafa menginap disini?" tanya Aurel yang sudah penasaran."Kamu itu kalau nanya satu-satu dong, bingung nih kakak mau jawab yang mana dulu," balas Syafa gemas pada Aurel."Hehe maaf kak. Kenapa kak Syafa bisa ada disini pagi-pagi gini?" tanya Aurel lagi."Kakak tadi malam nginap disini.""Apa! Kok bisa? Kenapa Aurel gak tahu?" balas Aurel kaget.
Rapat untuk proyek itu pun selesai. Sharul sedari tadi selalu berada di dekat Syafa karena dia ingat dengan pesan Devan beberapa hari yang lalu. Apa lagi Nathan terlihat sangat marah ketika mendengar bahwa perusahaan Syafa lah yang memenangkan proyek ini. Nathan tidak akan tinggal diam dengan semua ini, dia pasti akan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti Syafa."Om, aku permisi ke toilet bentar, om," ujar Syafa pada Sharul setelah keluar dari ruang rapat tersebut."Silahkan, Fa," balas Sharul. Syafa pun pergi dari sana. Setelah Syafa masuk ke dalam toilet wanita,Setelah selesai, Syafa pun langsung keluar dari toilet. Ketika Syafa hendak pergi dari sana, ternyata ada Nathan yang berdiri sambil menatap tajam kearah Syafa.Syafa pun berniat berbalik arah, namun Syafa kurang bergerak cepat. Nathan berhasil meraih tangan Syafa dan menariknya secara paksa.Syafa berusaha untuk menarik tanganny