Share

Rencana perjodohan

🌺 Happy Reading 🌺

Di sebuah rumah mewah milik keluarga Victorus, terlihat para pekerja telah sibuk menyiapkan makan malam keluarga sekaligus menyambut kepulangan putri pertama mereka, Kurenai. Waktu telah menunjukkan pukul 6.00 sore.

Tap... tap... tap....

"Nona Azura sudah pulang?" tanya Bi Eva padanya.

"Iya, Bi. Di mana Kakak, Bi?" tanyanya penasaran, sebab dari awal masuk di dalam rumah, dia tidak menemukan kakak kesayangannya yang baru saja pulang.

"Nona Kurenai berada di dalam kamarnya, Nona. Sedari pulang tadi, dia masuk kamar dan beristirahat. Dan Nona Kurenai juga berpesan untuk membangunkannya jika Nona Azura sudah pulang dari kantor."

"Apa perlu saya membangunkanya, Nona?" tanya bi Eva ketika mengingat pesan dari anak majikannya tadi.

"Ah, tidak perlu, Bi. Biar saya sendiri yang membangunkannya."

"Baik, Nona. Jika tidak ada lagi yang Nona butuhkan  saya permisi." Bibi menunduk hormat.

"Hm, pergilah."

Bi Eva langsung masuk ke dapur untuk mengawasi para pekerja untuk menyiapkan makan malam keluarga.

Di lain sisi, di sebuah perusahaan, di dalam ruangan, Kaiso terlihat telah menyelesaikan pekerjaannya.

"Apakah Anda akan pergi ke pertemuan keluarga bersama mamah Anda, Tuan?" tanya asisten pribadinya yang bernama Rangga.

Rangga adalah asisten pribadi Kaiso. Begitu lama Rangga mengikuti dan berada di sisi Kaiso sebagai tangan kanannya. Dia yang akan mengurus semua kebutuhan dan keperluan Kaiso. Semenjak papahnya meninggal dia tidak begitu mudah percaya kepada siapapun. Dia hanya selalu mengandalkan Rangga, bahkan bagi Kaiso, Rangga sudah dianggap sebagai saudara dengannya.

"Hm, terpaksa aku harus mengikutinya. Aku tidak ingin membuat mamah bersedih atas sikapku yang selalu menolaknya."

"Lalu bagaimana hubungan Anda dengan Nona Arine, Tuan?" tanyanya penasaran

Sebenarnya Rangga juga tidak menyukai sikap pasangan tuannya. Bahkan dia mencari tahu tentang wanita milik tuannya itu secara diam-diam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan wanita itu. Dan, ya, benar saja, beberapa bulan terakhir dia mendapatkan semua informasi tentang Arine. Tapi masih dia rahasiakan. Dia tidak ingin memberitahu Kaiso karena jika itu terjadi, Kaiso akan berpikir bahwa ini hanyalah akal-akalan Rangga  dan mamahnya saja yang tidak menyukai Arine.

"Entahlah, aku sangat mencintainya tapi aku juga tidak bisa melawan Mamah. Kau tahu, bukan, mamah adalah orang tua sekaligus keluarga terakhir yang  kupunya."

"Iya, saya tahu, Tuan."

"Suatu saat nanti, Anda akan menyesali karena Anda telah mencintai wanita gila itu, Tuan. Entah kapan Tuhan akan membuka mata Anda," ucap Rangga di dalam hati.

Setelah papahnya meninggal, Kaiso mengusir dan memutuskan hubungan dengan semua keluarganya, karena tidak ingin mamahnya merasakan sakit hati akibat mulut beracun milik keluarganya.

"Ya sudah kalo begitu, saya akan balik sekarang, karena saya tidak ingin terlambat dan mengecewakan Mamah," ucap Kaiso pada asistennya.

"Baik, Tuan. Apakah perlu saya antarkan, Tuan?" tanya Rangga kepadanya.

"Tidak perlu. Kamu pulanglah dan beristirahat. Malam ini saya akan pergi berdua dengan mamah saya," ucapnya tidak ingin dibantah.

"Baik, Tuan. Jika begitu, saya permisi."

"Hm," ucap Kaiso dingin.

Lalu berjalan keluar ruangannya menuju lift untuk turun ke basement untuk mengambil mobilnya. Ketika sudah sampai di basement dan mengarah ke mobilnya....

Drt... drt.. .drt....

Suara ponsel yang memecahkan keheningan di sore itu, menandakan panggilan masuk.

LMY LOVE"

Nama yang tertulis mendadakan panggilan dari wanita yang dia cintai. Siapa lagi kalo bukan Arine.

"Halo, Sayang," ucap Arine manja.

"Ya, Honey," balas Kaiso dengan tersenyum seakan-akan sudah lama tidak mendengar suara wanita kesayangannya.

"Aku merindukanmu, Kaiso."

"Aku pun merindukanmu, Honey. Cepatlah pulang! Agar kita bisa bersama," ucap Kaiso karena sudah menahan rindu lima bulan lamanya yang ditinggalkan Arine karena harus menjalankan kontrak kerjanya di Thailand.

"Tenang, Sayang, dua bulan lagi kontrakku akan selesai dan setelah itu aku akan cuti panjang yang akan kuhabiskan hanya denganmu," ucapnya dengan semangat.

Arine adalah seorang model papan atas yang sedang melakukan pekerjaannya di Thailand. Tiga bulan lamanya dia telah pergi untuk bekerja dan 2 bulan lagi dia akan pulang ke Indonesia, negara  asalnya.

"Baiklah, Honey. Cepatlah pulang, aku merindukanmu."

"Iya, Sayang. I miss you."

"I miss you more, Honey," balas Kaiso dengan senyuman di bibirnya yang hanya dia perlihatkan jika dia berada di dekat kekasihnya, karena Kaiso adalah sosok yang dijuluki manusia hidup tapi mati.

Bagaimana tidak? Dia hidup tapi dengan tanpa ekspresi apapun di wajahnya, membuat dia seperti mayat hidup yang berjalan,

Setelah panggilan selesai, dia menutup panggilan dan membuka pintu mobilnya dan segera melajukan pulang ke rumahnya.

****

Tok... tok... tok....

Azura mengetuk kamar Kurenai, kakaknya.  Namun tidak ada jawaban, lalu Azura mulai membuka pintunya karena dia merasa jenuh mengetuk kamar kakaknya namun tak kunjung ada jawaban.

Klek.

Menandakan sebuah pintu terbuka, langsung saja Azura masuk melihat kakaknya tertidur pulas di atas tempat tidurnya dengan wajah polosnya penuh ketenangan. Entah mengapa setiap mata yang memandangnya selalu merasakan kedamaian yang tidak bisa dijelaskan.

"Ya elah, pantesan aja aku gedor-gedor, nggak dibuka-buka. Ternyata dia asik ngorok. Hadeh," ucapnya kesal karena lelah mengetuk pintu.

"Kak, bangun, Kak! Ya ampun, nih cewek, cantik-cantik, tidur kayak kebo."

"Kak, bangun, Kak" ucapnya kesal karena Kurenai tak kunjung membuka matanya.

"Hm... hm.... Apaan sih, Dek? Kamu itu ganggu orang tidur. Kakak tuh capek, tahu nggak, sih, kamu? " ucapnya dengan mata yang masih tertutup.

"Enggak, aku nggak tahu tuh," jawab Azura seenak jidatnya.

"Huft, ya sudah sana kalo nggak tahu. Jangan ganggu! Hush... hush... hush.... saaaannnaaaaa," celetuknya bangun lalu mendorong tubuh adiknya dan kembali menarik selimutnya dan tidur.

"Eh, enak aja main ngusir-ngusir! Bangun sekarang! Mau ketemu sama calon doi kok malahan begini, nggak mau bangun," ujarnya dengan menggoda kakaknya.

Kurenai langsung bangun membulatkan matanya setelah mendengar ucapan adiknya tadi.

"Maksud kamu apa, Ndull?" Panggilan yang biasa dia gunakan memanggil adiknya.

"Iya, yang seperti Kakak dengar tadi, nanti malam kita akan kedatangan tamu temannya ibu bersama anak laki-lakinya," ucap Azura serius.

"Makanya kakak cepat sana mandi dan ganti baju terus dandan yang cantik, ya," ucapnya lagi memerintah kakak kesayangannya.

"Weh terus kali ada tamu datang apa hubungananya aku yang harus dandan cantik, Ndull ," ujarnya penasaran dengan menaikkan alisnya satu.

"Hadeh, Kakak ini ya cantik-cantik, ternyata tuli juga," ucap Azura dengan menepuk keningnyam

"Aku kan tadi udah bilang kalo anak laki-laki yg mau datang itu calon doinya Kakak, dalam arti Kakak itu mau dijodohkan sama dia. Hadeh...." Azura kesal menjelaskan pada Kurenai yang nyawanya masih belum kembali sepenuhnya.

"Hahahahaha kamu jangan ngaco. Dek. Ingat, kakak yang tidur, kok kamu yang bermimpi sih?" jawab Kurenai dengan tertawa.

Pltak....

Azura menyentil kening kakaknya agar nyawanya kembali seutuhnya.

"Aw, sakit tahu, huehuehue. Kamu beraninya!" Kurenai marah menahan sakit di keningnya.

"Lagian dikasih tahu nggak mau percaya, sih, kan, kesel jadinya."

"Uh lagian kaqmu ngomongin perjodohan emangnya aku Siti apa?"

"Emang Kakak bukan Siti. Lagian yang dijodohkan akakak ngapain Siti yang dibawa-bawa? Hadeh...." Azura menuluk keningnya yg mulai pusing mendengar kakaknya yg tiba-tiba menjdi lalot.

"Eh, Dodol. Siti tuh cuman istilah doang, lagian ngapain bawa-bawa Siti di pembicaraan kita, sih?" tanya Kurenai heran.

"Aduh, udah deh, cukup ya, Kak, nggak usah bawa-bawa Siti. Kasihan dia nggak tahu apa-apa," ucap Azura dengan ketawa.

"Hehehe, lucu? Enggak!" ucapnya kesal.

"Hahahaha.... Udah yah, Kak, nggak usah ngambek, ntar cantiknya hilang loh, Kak. Hahahaha...."

"Hm, ngeselin kamu, ih."

"Oce, oce, maaf yah, kakakku yang paling cantik sedunia ini!"

"Okelah, lupakan! Sini peluk Kakak, Kakak sangat merindukan adik kakak yang paling judes sedunia ini," ucap Kurenai sambil merentangkan tangannya untuk menyambut adiknya menyatukan dengan pelukannya.

Kakak beradik itu berpelukan dengan eratnya untuk melepaskan rindu yang sangat mendalam, kesibukan keduanya dan jarak yang sangat jauh membuat mereka sulit untuk bertemu.

"Kakak merindukanmu, Sayang" ujarnya sambil menciumi puncak kepala adiknya karena tubuh Kurenai jauh lebih tinggi dari Azura.

"Aku juga merindukanmu, Kak."

To Be Continue. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status