Share

Bertemu kakak ipar julid

Jam menunjuk angka sepuluh pagi, Mira sudah janji akan menemui Damar di sebuah kafe.

Mira mengedarkan pandangan sesaat setelah sampai di tempat tujuan, ternyata sosok yang dicarinya belum datang.

"Aku duduk disini saja," ujar wanita itu lalu duduk, dipesannya minuman sambil menunggu Damar.

Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya Damar datang juga.

"Sudah lama nunggunya? Maaf tadi ada sedikit kendala, ban motorku bocor," ujar Damar sambil duduk, raut mukanya tampak lelah.

"Gak apa apa, aku juga baru datang kok. Aku pesan minuman untukmu," dan tak lama pesanan Mira datang.

Damar tampak sungkan, karena dia yang mengundang tapi dia juga yang terlambat datang.

"Sekali lagi aku minta maaf Mira, aku jadi merepotkanmu," gumam Damar.

Mira hanya membalas dengan tersenyum, karena wanita itu tahu betul bagaimana sifat Damar.

"Aku gak nyangka kamu bisa datang, bagaimana kabarmu hati ini? Sudah lebih baik?" tanya Damar setelah menyeruput jus jeruk untuk menghilangkan dahaganya.

"Seperti yang kamu lihat, aku baik baik saja. Iya, istrimu tahu kamu menemuiku? Kenapa tak kau ajak kemari, biar ramai," sahut Mira.

Damar terdiam, wajahnya yang ceria tiba tiba terlihat murung.

"Ada apa kok tiba tiba murung?" 

Damar mengusap wajahnya kasar, lalu menghembuskan napas perlahan.

"Istriku meninggal dua tahun lalu bersama calon bayi kami," lirih Damar menjawab pertanyaan Mira.

"Innalillahi, maafkan aku gak tahu," ucap Mira penuh penyesalan.

"Waktu itu dia pulang dari pasar, kehamilannya sudah masuk enam bulan. Aku sudah melarangnya, karena takut terjadi sesuatu padanya. Tapi ternyata hari itu terakhir aku melihatnya, sebuah mobil membuatnya pergi meninggalkanku," dan tiba tiba saja Damar meneteskan air mata.

"Maafkan aku, bukan maksudku untuk mengingatkanmu," ucap Mira penuh penyesalan.

"Tak apa, semua sudah menjadi takdir kami. Tapi aku sedikit bisa menghibur diri sejak bertemu denganmu, seperti menemukan sahabatku yang hilang puluhan tahun!" sahut Damar dengan wajah kembali berseri, membuat Mira ikut tersenyum.

"Yang bener? Takutnya tiba tiba ada yang datang dan marah marah sama aku nanti?" sahut Mira berseloroh.

"Sulit melupakan istriku Mira, dia perempuan hebat sepertimu. Selama dua tahun aku menutup dari dunia luar, menyendiri. Serasa tak percaya jika aku harus kehilangan dua orang yang sangat aku sayangi secara bersamaan, dunia seakan runtuh bagiku saat itu," ucap Damar sambil menerawang jauh.

"Sedih boleh,tapi jangan berlarut larut. Kita juga butuh hidup dan berbaur dengan dunia luar, tak mungkin bisa sendiri. Lupakan semua kesedihan, sudah saatnya kita menuju hidup bahagia," tutur Mira.

Damar tersenyum mendengarnya, ternyata wanita di depannya tak pernah berubah sedikitpun. Selalu bisa menghiburnya saat sedih, seperti saat ini dan semoga selamanya.

"Kamu tak berubah Mira, masih sama seperti dulu."

"Dan kamu juga tetap Damar yang dulu, selalu menghargai wanitanya meskipun dia sudah tiada," jawab Mira.

"Oh jadi begini kelakuan perempuan yang dibanggakan Bagas itu!? Tak mau di cerai, tapi berselingkuh!" sebuah suara mengagetkan Mira juga Damar.

Damar dan Mira menoleh, dan siapa yang ada di samping Mira tak membuat wanita itu terkejut.

"Ada masalah apa denganmu Mbak Ratna, kamu tanya sama dia ada hubungan apa diantara kami!" sahut Mira lalu melirik Damar.

Damar memandang perempuan di depannya, lalu tersenyum.

"Kami berteman sejak sekolah dulu hingga kini, lalu apa ada yang aneh dengan pertemuan kami? Aku juga bukan penyebab keretakan hubungan mereka, karena aku baru muncul beberapa hari yang lalu."

"Maling mana mungkin mengaku! Hubungan kalian pasti berlanjut sejak pernikahan Bagas, terbukti sekarang aku memergoki kalian berduaan disini!" 

Damar dan Mira saling pandang, dan saling melempar senyum.

"Mbak Ratna yang cantik dan sok baik di depan mertua, apa tuduhanmu padaku sudah kamu pikirkan baik baik?" ucap Mira lirih.

"Maksud kamu apa!?" 

"Kamu menuduhku berselingkuh, tapi keluargamu menikahkan suamiku dengan wanita itu tanpa seijinku dan sepengetahuanku! Lebih kejam mana!?" sahut Mira sambil mencibir.

"Karena kamu mandul, dan ibu menginginkan cucu dari kalian! Apa salahnya jika Bagas menikah lagi, toh dia juga menyetujuinya. Laku buat apa harus minta ijin darimu!?" sanggah Mbak Ratna.

"Karena aku istrinya Mbak! Menikah lagi itu harus seijinku, jika aku tak mengijinkan otomatis pernikahan itu tidak sah!" imbuh Mira.

"Sok pintar kamu Mira, tertangkap basah berselingkuh masih juga mengelak!" ucap Mbak Ratna mencibir.

"Siapa yang berselingkuh Mbak? Aku hanya mengajak Mira ketemuan saja, gak lebih," sanggah Damar.

"Awas saja kau Mira, akan aku adukan pada Bagas. Dan kupastikan dia akan menceraikanmu!" 

"Oya!? Jika dia benar benar menceraikanmu, suatu kebahagiasn buatku. Dan kupastikan aibmu tak lama lagi juga akan terbongkar dengan sendirinya, akibat dari doamu sendiri!" ucap Mira dengan santainya.

"Apa maksudmu!?" sahut Mbak Ratna lirih di telinga Mira.

"Pikirkan baik baik siapa sebenarnya tukang selingkuh itu, kamu atau aku!? Jangan kamu pikir aku tak tahu tentangmu Mbak, aku tahu semuanya!" sahut Mira setengah berbisik.

"K-kamu!?" Mbak Ratna menatap Mira tak percaya, dan Mira hanya membalas dengan cibiran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status