Saat dokter spesialis sedang melakukan pemeriksaan, Dylan akhirnya melepaskan tangan Lydia.Tidak sampai satu menit kemudian, karena Dylan tidak mendengar suara Lydia, dia berkata, “Lydia, sini tanganmu.”Suara Dylan terdengar lemah dan menyedihkan.Para dokter merasa, “Hubungan Pak Dylan dan Bu Lydia bagus sekali ....”Pak Dylan kelihatannya bukan tipe orang yang suka menempel pada orang lain. Mengejutkan sekali sikapnya hari ini.Tidak lama kemudian, satu tangan menyelusup. Dylan segera menggenggamnya, seketika sadar merasa lega.Dylan tidak berani mengelus-elusnya karena takut Lydia marah.Berhasil berkompromi sedikit seperti ini saja, bisa membuat semua ketidaknyamanan Dylan malam ini hilang.Pemeriksaan berlanjut selama sepuluh menit. Detak jantung Dylan berdetak cepat selama sepuluh menit.Namun, saat pemeriksaan hampir selesai, mereka mendengar suara Bobby dari luar."Bu Lydia beneran cuma makan sup sarang burung waletnya semangkuk? Mau nggak saya ambilin lagi?Suara itu semakin
Karena sebelum Dylan beristirahat dia memerintahkan Bobby untuk membuat hubungannya dengan Lydia membaik, Bobby begadang semalaman. Akhirnya, Bobby terpikirkan satu ide bagus. Sebentar lagi adalah ulang tahun Rizal.Lydia tidak membawa banyak barang saat datang, begitupun ketika dia pergi. Lydia berdiri di gerbang sambil mengucapkan selamat tinggal pada Dylan. Akhirnya bisa beberapa hari tidak perlu melihat Dylan lagi. Lydia senang sekali ….Dylan memperhatikan Lydia dengan lembut saat Lydia pergi. Kemudian, dia menatap Bobby dengan garang setelahnya.“Sudah disiapkan?”Bobby dengan mantap mengangguk, "Pasti, jangan khawatir, Pak. Pertemuan Bapak dengan calon ayah mertua di acara ini pasti akan membantu Pak Dylan menjadi bagian dari Keluarga Bram."Wajah Dylan tetap terlihat serius, tetapi bibirnya sedikit tersenyum. Dia tampak lebih santai.Bobby melanjutkan, "Pak Dylan itu luar biasa. Susah loh Pak cari orang yang setara dengan Pak Dylan. Pak Rizal pasti akan menghargai niat baik
Sebelum Lucas naik ke kapal, ia melihat beberapa mobil Ferrari terbaru terparkir di tepi pantai, termasuk salah satu yang sebelumnya dia sudah lama ingin beli tapi tidak pernah berhasil dibeli.Harus diakui, dia agak iri!"Lydia, apa kalian sekarang selalu pakai mobil Ferrari kalau pergi?" tanya Lucas.Lydia menatapnya dengan senyuman datar."Nggak, aku lebih sering pakai helikopter," jawab Lydia.Lucas hanya bisa terdiam.Tidak jauh dari sana, Dilap dan Malvin juga tiba.Lydia melihat mereka, segera menyapa.Dilap melirik Dylan dengan ekspresi merendahkan."Om payah banget sih. Dia bahkan belum berhasil dapetin hati yang dia sukai."Malvin berkomentar, "Kondisi Pak Dylan ‘kan nggak biasa."Jika tidak, dengan kualitas Dylan, dia bisa membuat hati siapa pun meleleh. Hanya saja sekarang, dia berurusan dengan Lydia.Lydia tersenyum sambil berkata, "Lama nggak ketemu. Apa kabar?"Dilap mengeluh dengan wajah muram, "Sejak kamu meninggalkan acara kami, popularitas kami menurun banyak. Bahkan
Dulu, banyak yang berpikir Kelly akan menikah dengan Samuel, sehingga mereka semua bersikap manis padanya. Namun, ketika Samuel memilih orang lain, Kelly mendapati dirinya tak lagi bisa masuk ke lingkaran sosial tersebut. Tidak ada lagi yang mau membantunya.Lydia memandang dengan tatapan dingin. Dia tak tahu bagaimana wanita itu bisa sampai di sana, karena lokasinya cukup jauh dari tepi pantai. Sayangnya, tanpa undangan, wanita itu hanya bisa berdiri di luar, dihentikan oleh pengawal. Lydia berdiri diam, tak berniat membiarkannya masuk."Menolongmu? Atas dasar apa?" tanya Lydia.Kelly berdiri lemah dengan nada memelas. "Tapi Lydia, meski kita nggak akrab, hidupku hancur karena ulahmu. Kamu nggak merasa bersalah sedikit pun?"Walaupun kata-katanya penuh keluhan dan kemarahan, Kelly terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Dia menyalahkan segalanya pada Lydia. Seandainya Lydia tidak masuk ke ruangan itu dengan Malvin, dia mungkin sudah menjadi istri Samuel sekarang.Bagaimana mungk
Ting!Suara pesan masuk terdengar di telepon.[Cepat ke rumah sakit untuk donor darah.]Lydia tertegun ketika melihat pesan tersebut, dadanya terasa seperti ditusuk oleh sebilah pisau.Pengirim pesan tercatat sebagai ‘Suami’.Ting!Masuk sebuah pesan baru lagi. Ada penerimaan uang transfer sebesar lima ratus juta.Lydia membaca sejarah pesan-pesan yang dia terima sebelum pesan tersebut. [Ingat harus ke rumah sakit.]Informasi penerimaan uang sebesar lima ratus juta.[Jangan lupa ke rumah sakit untuk donor darah.]Informasi penerimaan uang sebesar lima ratus juta.[Segera ke rumah sakit.]Informasi penerimaan uang sebesar lima ratus juta.****Tiga tahun menikah dengan Dylan Tansen, satu-satunya hal yang membuat pria itu menghubungi Lydia adalah untuk mendonorkan darah di rumah sakit. Tidak … dia menjual darahnya secara khusus kepada ... Olivia Cahyana, wanita yang sangat diperhatikan suaminya itu.Sedangkan cara pria itu memperlakukan dirinya, selalu seperti orang asing.Bulan ini, su
Lydia menahan rasa sakit yang menusuk hatinya, lalu menguatkan dirinya untuk segera pergi ke Kantor Catatan Sipil.Pada saat itu, Dylan telah mencoba menelepon Lydia dua kali, namun panggilan-panggilan itu tidak dijawab. Dengan rasa kesal, pria itu akhirnya memutuskan untuk tidak mencoba menelepon lagi.Sementara itu, Lydia sudah duduk menunggu di Kantor Catatan Sipil, wajahnya pucat dan lemah karena kelelahan, sambil menanti kehadiran Dylan.Satu jam kemudian, Dylan akhirnya tiba dengan tatapan dingin yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia berjalan mendekati Lydia dan menatapnya dari atas sampai bawah."Apa yang membuatmu tidak puas? Aku tahu kamu sudah banyak mendonorkan darah bulan ini, dan aku sudah memberimu kompensasi."Lydia mengangkat kepalanya dan bertemu tatapan dingin Dylan. Suaranya terdengar pelan, dan dia memutuskan untuk tidak berkata apa-apa lagi kepada pria ini.Lydia menatap Dylan yang berdiri di depannya. Meskipun pria itu tampan, gagah, dan menawan, selama ini
Wajah Dylan langsung memerah dan pria itu berbicara dengan keras, "Lydia!""Apa yang kamu lakukan?" ujar pria itu dengan nada dingin.Dylan datang begitu cepat. Apakah pria itu benar-benar khawatir Lydia akan menyakiti Olivia?Olivia mengerutkan bibirnya dan terlihat khawatir, matanya tiba-tiba memerah, dan wanita itu menutupi wajahnya sambil membelakangi Lydia. Kemudian, dia membela diri dengan suara panik, "Aku tidak melakukan apa-apa, Lydia. Kamu sudah salah paham."Apakah Lydia sudah gila? Berani sekali dia memukul Olivia di depan Dylan?Lydia mengernyitkan alisnya, "Tidak perlu berpura-pura, aku tahu ini kamu."Lydia mendekati Olivia dengan tatapan tajam, mengeluarkan cetakan foto Dylan yang dikirim ke ponselnya, lalu melemparkannya ke hadapan mereka.Melihat foto tersebut, Dylan terjebak antara keterkejutan dan kebingungan sejenak. Olivia langsung pucat, ekspresinya berubah menjadi gelap.Setelah hari yang sibuk kemarin, Dylan tanpa sadar tertidur sejenak saat mengunjungi Olivia
Lydia tidak peduli apakah Olivia merasa malu atau tidak. Dia memandang luka di kaki Olivia yang dibalut perban dengan sikap acuh tak acuh, menekan dengan kuat dan merobek perban itu hanya dengan satu gerakan tangan.Tiba-tiba, suasana di ruangan itu membeku.Lydia melihat luka di kulit Olivia yang hanya goresan ringan, senyuman sinisnya semakin dalam."Parah sekali, bahkan darah pun tidak keluar. Kalau aku datang lebih lambat, mungkin luka ini sudah sembuh ....""Lydia, kamu ... Dylan, bukan seperti itu, tubuhku memang pulih dengan cepat setelah transfusi darah ...." Olivia merasakan pandangan tajam dari pria itu, wanita itu gemetar bingung sambil mencoba menjelaskan."Setiap bulan kamu 'terluka' empat atau lima kali, sepertinya kamu ingin menguras darahku, kan?" Suara dingin Lydia terdengar, "'Tapi mulai sekarang, tidak akan ada kesempatan lagi, biarkan Dylan menikahi orang lain yang bisa menjadi 'bank darah' untukmu."Setelah berkata demikian, Lydia tertawa dingin dan meninggalkan ru