Malam Tanpa Noda
Bab 39Kisah Orang Tua AiriPerasaan Saras menjadi gelisah. Ia menatap jalan yang biasa Bima lalui.
"Ndo, kenapa gelisah sekali," tanya nenek. Ia menyentuh lembut punggung Saras. "Perasaan aku gak enak. Entah ada apa?" "Sebentar lagi suamimu juga pulang." Saras duduk di bale. Seorang anak laki-laki berlari tergopoh-gopoh. "Mbak Saras, mas Bima di bawa orang," ucap anak berumur dua belas tahun."Dibawa orang. Sama siapa Juna?" "Gak tahu Mba. Mereka naik mobil mewah." Saras langsung menghampiri pasar tempat lokasi. Nenek juga mengikutinya. Dagangan Bima berantakan. Bima menjual singkong dan pisang. Tubuh Saras luruh seketika. Apakah mereka telah menemukannya dan membawa pulang. Saras terduduk di tanah dan mengelus perutnya yang sudah membuncit. Nenek merayunyMalam Tanpa NodaBab 40Cinta Bikin Gila Bi Nina melanjutkan ceritanya dan wajahnya berubah sedih. Air mata membasahi pipinya. Ia tak kuat melanjutkan ceritanya. "Bi, lalu apa yang terjadi dengan ibuku?" "Non Saras menjadi depresi dan ia meninggal dunia karena penyakitnya. Hidupnya terasa hampa kehilangan dua orang yang ia cintai." "Bagaimana dengan ayahku? Apa ia datang mencari keberadaan istri dan anaknya?" "Den Bima menghilang tanpa kabar dan pesan. Ia bagai ditelan bumi. Undangan pernikahan itu hanya pura-pura saja. Itu hanya permainan tuan Abdul." "Mengapa kakek seperti itu, Bi?" "Tuan Abdul tak ingin memiliki hubungan dengan keluarga Bima. Tuan juga hampir menikahi non Saras dengan tuan Rio." "Pak Rio, jadi Putra itu tak punya hubungan darah denganku?" "Ia, tadi Bibi cerita kalau tuan Rio di adopsi dari panti as
Malam Tanpa NodaBab 41Disamping kasir ada seorang laki-laki yang memperhatikan Airi sejak tadi. Pandangan lelaki itu tak berkedip. Seolah-olah ingin menerkam.Airi berjalan lebih cepat. Lelaki itu mengikuti langkah Airi. Jantung Airi berdegup dengan kencang. Memasukkan kunci mobil dengan gugup. Ia tak berani menoleh.Bahu Airi ditepuk pelan. Airi terpaksa menoleh ke arahnya."Fajar, aku kira siapa?""Kamu bikin aku takut saja." Airi bernapas lega ternyata lelaki itu adalah Fajar."Kamu aku perhatiin kayak orang ketakutan emangnya ada yang jahat sama kamu?" tanya Fajar heran. Lelaki itu menoleh kanan kiri."Aku hanya merasa ada yang mengikutiku.""Itu hanya perasaanmu saja. Kalau kamu takut. Ayo aku antar!""Aku bawa mobil sendiri. Mobil kamu bagaimana?" tanya Airi. Mobil hitam Fajar terparkir tak jauh darinya."Biarkan saj
Malam Tanpa NodaBab 42Airi duduk termangu di teras rumah ditemani secangkir teh hijau dan cemilan di dalam toples yang disajikan seorang pelayan untuknya. Bu Nina—kepala pelayan rumahnya menghampiri majikannya.“Non, Airi. Jangan melamun nanti kesambet setan!” guraunya mencairkan suasana. Sejak tadi Airi melamun memandang halaman rumahnya.“Eh, Bi Nina. Bisa aja ngomongnya.” Ia tersenyum dan kembali memandang ke depan.“Non Airi, kenapa dari tadi melamun terus? Kangen sama tuan Putra?” ledek wanita yang mengabdi di rumah itu. Sejak kepergian Putra Airi terlihat murung dan tak seceria dulu lagi.Airi menundukkan kepala ia menoleh ke arah bu Nina dan berkata,”Pasti aku kangen dengan kak Putra karena dia yang selalu membuatku kesal,tapi ada satu yang ada dalam pikiranku. Bolehkah aku bertanya sesuatu, Bi?” Ia membalikkan t
Malam Tanpa NodaBab 43Airi dan Bi Nina mengikuti arah jari pak Toni. Rumah sederhana dekat bantaran kali. Airi mengernyit heran. Mengapa ayah tinggal di sini.Pak Joko melangkah menuju rumah itu. Rumah berdinding putih dan dikelilingi kebun singkong.Pak Toni menghampiri rumah Bima. Ia mengetuk pelan pintu berwarna coklat.Muncullah wanita paruh baya berdaster berambut yang diikat asal. Wajahnya terlihat lelah."Bang Toni, ada apa tumben kemari?" tanyanya. Ia melihat Airi dan Bi Nina. Tersenyum ramah sebagai bentuk sopan dan santun."Suamimu ada?" Pak Toni menoleh ke arah belakang. Lelaki berbaju koko putih dengan kopiah hitam terlihat gusar."Ada apaan, kok panik banget," cetus wanita berdaster itu. Melipat dahinya.Pak Toni memanggil Airi untuk lebih mendekat. Ia mempersilahkan Airi untuk berbicara."Assal
Malam Tanpa NodaBab 44"Bima keluar lu. Gua tahu elu di dalem. Keluar gak! Atau gua bakar rumah elu!" teriak pria bertato. Matanya memerah. Ia datang sendiri dengan golok di pinggangnya.Mereka yang berada di dalam rumah keluar dengan tergopoh. Teriakkan dan makian yang terlontar tak pantas untuk didengar oleh anak-anak."Bang Malih, ada apa?" tanya mak Imah dengan logat betawi. Wanita itu memang pemberani dan blak-blakkan. Berbeda dengan Bima yang sedikit pendiam namun berwibawa."Elu perempuan kaga usah ikut campur. Gua ada perlu sama laki elu bukan elu." Tangannya berkaca pinggang. Matanya melotot."Bang Malih, Bima itu laki gua. Urusan dia urusan gua juga!" Mak Imah tak mau kalah. Tangannya menunjuk ke arah dadanya."Sudah Mak. Sabar. Biar Abang yang yang hadapin," bisik Bima lembut. Ia mengelus punggung tubuh istrinya."Ada apa Bang Malih?" Bima berbicara sopan
Malam Tanpa NodaBab 45Siti menangis di samping tubuh ibunya. Ia tak berhenti meneteskan air mata. Bima mengelus puncak kepala anak bontotnya."Mak ... Mak ...." panggilnya. Anak bontot mereka tak berhenti terisak."Sudah, jangan menangis. Mak gak papa," ucap mak Imah menenangkan anaknya."Tangan Mak diperban pasti sakit, ya."Ia tak tega melihat ibunya yang meringis kesakitan."Kaga Neng. Mak baik-baik aja. Udah jangan sedih."Airi juga tak tega melihat luka di lengan ibu tirinya. Ia telah mengorbankan diri untuk Airi."Seharusnya Airi yang terluka bukan, Mak.""Jangan begitu Neng. Kamu juga anak Mak. Sudah kewajiban Mak.""Mak ... makasih." Airi memeluk tubuh istri kedua ayahnya dan mengecup pipinya.Hari itu juga mak Imah diperbolehkan pulang. Airi membawa mereka ke rumahnya.
Malam Tanpa NodaBab 46 Wajah Ririn berubah masam. Ia tak menyangka akan bertemu Bima. Lelaki yang dulu sempat singgah di hatinya. Namun, lelaki itu tak menerima pesonanya. Ririn ditolak secara tidak hormat. Didepan teman-temannya mengatakan tidak bersedia. Bima mengusir Ririn dengan perkataan kasar. Mak Imah juga tak mau kalah. Sikap Ririn sungguh keterlaluan tak bisa menghormati orang lain. Sikapnya yang sombong dan angkuh. "Tak kusangka. Ternyata, ia memilih menikahi wanita kampungan yang tak tahu tata karma. Sayang sekali," lirihnya dalam hati. Ia pergi dengan perasaan membuncah. Ia kecewa sejak masa kuliah Bima tak pernah menerima kehadirannya. Menatap saja engan apalagi berbicara. Fajar berpamitan setelah berkenalan dengan kedua orang tua Airi. Ia tahu kalau situasi tidak tepat untuk saling mengenal. "Aku pulang dulu. Besok aku datang lagi," pamit Fajar. Airi hanya tersenyum saja.&
Malam Tanpa NodaBab 47Airi menatap Faisal dengan kebencian. Faisal tak melihat cinta yang pernah ada. Lelaki itu semakin mendekati wajahnya. Harum tubuh Airi membuat ia melupakan logika.Sudah lama ia tak berdekatan dengan wanita. Hasratnya tak terkendali. Ingin menyentuh wanita yang dulu satu atap dengannya.Membayangkan tubuh Airi yang terbalut lingerie untuk mengoda dirinya. Rambut panjang yang tergerai indah masih melekat di matanya.Sebuah tangan menarik bahu Faisal. Wajahnya dipukul seseorang. Ia mengajar muka Faisal hingga babak belur."Kurang ajar! Berani sekali menganggunya!"Maki lelaki berpakaian kemeja putih menarik kerah baju Faisal.Fajar yang berada di gedung itu melihat Faisal mengikuti Airi. Ia segera menghampiri.Dewi mendengar keributan di toilet. Ia menyaksikan Faisal di hajar hingga babak belur. Darah kental menetes di