Sepanjang hari dan malam, pikiran Han tak berpaling sedikit pun dari kata-kata Evelyn bahwa dirinya adalah beban.
Hal itu membuat dirinya bertekad untuk mencari kerja meski tanpa kartu identitas apa pun.
Hari ini setelah Evelyn berangkat ke toko roti dan dia sudah selesai dengan pekerjaan rumah, ia pergi berangkat melamar pekerjaan.
Di bawah sinar mentari pagi, ia berjalan menyusuri kota sambil mendorong kereta bayi yang berisi Hyunki.
Dia mendatangi semua toko dan tempat makan menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan.
Tak banyak toko yang sedang menambahkan pekerja. Sekalipun ada, mereka selalu bertanya kartu identitas yang tak dimiliki oleh Han.
Dia terus berjalan dan menemukan sebuah tempat makan yang sedang membutuhkan karyawan tanpa meminta identitas apa pun. Tapi tentunya, pemilik tempat makan itu tidak mau menerima karyawan yang bekerja membawa bayi.
Hari semakin siang.
Terik matahari terasa membakar kulit. Han memilih beristirahat sebentar disebuah kursi taman dengan atap minimalis. Tak jauh dari tempatnya berada, juga terdapat sekelompok orang lengkap dengan alat pemotretan di sana.
Sambil memberikan susu pada Hyunki, samar-samar ia mendengar percakapan mereka.
"Manager Lee Taejin baru saja mengabari, bahwaTaejin tidak bisa melakukan pemotretan hari ini karena terjadi sesuatu," ucap salah satu orang di sana.
"Ini bisa kacau. Kita harus segera mencari model pengganti," jawab orang satunya lagi.
"Itu tidak mudah," kata seorang anggota perempuan di sana.
"Sebentar. Coba lihat orang di sana!" Dia menunjuk ke arah Han dan membuat Han menoleh ke arah mereka, "Bukankah wajahnya sangat sempurna? Aku akan menawarinya."
Dia akhirnya menghampiri Han dan berkata, "Selamat siang! Apakah Anda sedang sibuk?"
"Tidak. Saya hanya sedang berteduh di sini," jawab Han kepada laki-laki itu.
"Maaf, jika mengganggu. Jadi, kami sedang melakukan pemotretan di sini. Namun, Model kami tidak bisa hadir. Lalu, saya melihat Anda dan merasa wajah dan postur tubuh anda terlihat sangat sempurna. Mungkin, Anda tahu sedikit-sedikit tentang cara berpose dan bersedia menggantikan Model kami?"
"Model? Em... Apa anda bisa tunjukan sebuah video tentang Model?"
Staf tersebut pun menunjukkan sebuah video pada Han.
"Itu sangat mudah."
"Wah ... kalau begitu, apakah Anda bersedia menjadi Model kami?"
"Apa saya bisa mendapatkan uang jika menjadi Model?"
"Oh, tentu. Kami akan membayar apabila Anda melakukan pekerjaan dengan baik."
"Baik saya bersedia.Tapi, bagaimana dengan bayi ini?"
"Tenang! Selama anda melakukan pemotretan kami akan menjaga bayi ini. Apa ini anak Anda?"
"Bukan. Dia titipan."
Staf tersebut tidak bertanya sesuatu lagi.
Seperti biasa, Han bisa melakukan semuanya dengan sempurna jika sudah dicontohkan.
Dia terlihat lihai dalam melakukan pose layaknya Model profesional. Didukung dengan postur tubuh yang ideal, membuat baju apa saja tampak keren. Sepertinya, pemilik brand baju akan puas dengan hasilnya.
Pemotretan pun berlangsung dengan lancar. Han pun mendapatkan honor yang lumayan, bahkan ia juga dimintai kontak. Mungkin dia akan ditawari job lagi.
"Saya tidak punya ponsel. Ah, tapi teman saya punya. Bagaimana jika anda berikan kontak Anda dan saya yang akan menghubungi Anda?"
"Bisa juga. Ini!" sambil memberikan sebuah kartu nama, "Tolong hubungi kami segera!"
"Baik!"
Han pun pulang dengan penuh rasa gembira. Tak lupa ia mampir ke Supermarket terlebih dahulu untuk berbelanja.
"Hei, Hyunki! Kita sangat hebat hari ini karena bisa mendapatkan uang. Kau juga akan mendapat bagian. Aku akan membelikanmu stok susu yang banyak."
Di dalam, ia berbelanja berbagai bahan makanan, seperti sayur dan daging juga kebutuhan Hyunki.
Tak lupa, ia juga membeli snack yang ingin ia beli saat pertama kali ke mini market bersama Evelyn.
Meski terlihat kerepotan karena harus mendorong kereta bayi dan membawa barang belanjaan, tapi wajahnya tidak menunjukkan hal tersebut.
Ia malah berjalan dengan riang sambil bernyanyi, "Nananana .... "
Biasanya, Han makan malam lebih dulu tanpa menunggu Evelyn. Tapi, berbeda dengan hari ini, ia mengganjal perutnya yang lapar dengan makanan ringan agar bisa makan malam bersama Evelyn.Waktu pulang Evelyn pun telah tiba. Ia datang dengan membawa bungkusan roti di tangan dan raut muka yang lesu."Selamat datang, Evelyn!" sambut Han begitu Evelyn masuk ke dalam."Untukmu!" kata Evelyn sambil memberikan bungkusan roti yang ia bawa, "kau pasti belum makan karena di rumah tidak ada bahan makanan.""Benar, saya belum makan karena menunggumu. Tapi, saya sudah memasak untuk makan malam kita. Ayo!""Kenapa menungguku? Setiap hari kan aku sudah makan malam di toko.""Sudah! Pokoknya malam ini kau harus makan malam dengan saya!" Han pun menarik tangan Evelyn menuju dapur.Melihat meja makan penuh dengan berbagai makanan yang tersaji, membuat Evelyn bertanya karena yang ia tahu bahan makanan dirumah sudah habis."Kau dapat dari mana semua
Di depan jendela kamarnya, Evelyn berdiri. Menatap gemerlap bintang di langit sambil menangis."Ev, Kau belum tidur?"Evelyn menoleh, "Kau? Kau sangat tidak sopan memasuki kamar perempuan sembarangan!" katanya sambil mengelap air mata."Maaf! Saya ingin mengetuk pintu tapi saya takut kau tidak mengijinkan saya masuk." Mendekat ke arah Evelyn."Kenapa menangis?" Mengelap air mata Evelyn menggunakan tangan kanannya.Evelyn hendak menolak perlakuan Han dengan menepis tangannya, tetapi Han malah memegang pipinya dengan kedua tangan dan menghapus air matanya.Hal itu membuat sebuah kenangan terbesit di kepalanya. Kenangan dengan seorang anak laki-laki yang mengusap air matanya ketika menangis di masa kecil.Air matanya mengalir semakin deras membuat Han bingung dan langsung memeluknya."Apakah saya menyakitimu sedalam itu? Maafkan saya." Mengusap punggung.Otak Evelyn hendak menolak, namun tidak dengan tubuhnya. Ia mera
Kehidupan beberapa bulan telah dilaluinya dengan profesi sebagai Model. Setiap kali ia ada jadwal pemotretan, maka Evelyn tidak akan berangkat ke toko untuk menjaga Hyunki.Gaji yang di peroleh Han cukup besar. Ia sudah bisa membeli kebutuhannya sendiri, seperti Gadget dan lain-lain. Untuk kebutuhan Hyunki juga sudah terpenuhi dengan layak.Tak terasa Hyunki juga sudah tumbuh menjadi besar. Perkembangannya cukup pesat. Ia sudah bisa merangkak dan mengucapkan beberapa kata."Papapa ... Mamama ... ""Kasihan dia tidak pernah melihat orang tuanya," ucap Han."Kita bisa menggantikannya.""Kau mau dipanggil Mama?""Awalnya, aku tidak mau. Tapi saat bersamanya, aku ingin menjadi sosok ibu untuknya."Han tersenyum.Suara tawa Hyunki memenuhi ruang kamar ketika Han mengangkat tubuhnya ke atas dengan kedua tangan. "Pesawat terbang ... ngeng ... ngeng ... ""Hei kalung Hyunki lepas!" Evelyn melihat kalung yang d
Rintik hujan mengguyur bumi di petang hari. Dari jendela dalam rumah ia melihat gadis kecil duduk meringkuk di teras rumah depan rumahnya. Gadis itu menundukan kepala sesekali mendongak hanya untuk mengusap air mata. Merasa tak tega melihatnya, ia mencari payung lalu menghampiri gadis tersebut."Eyin ... hari sudah gelap kenapa kau masih di luar? Kau dikunci di luar lagi?""Iya. Tadi aku tidak sengaja menumpahkan air ke lantai.""Kalau begitu ke rumahku saja dulu.""Apa tidak papa? Bagaimana jika orang tuamu marah?""Tidak apa. Orang tuaku sangat baik."Hanya sepenggal, adegan mimpi telah berakhir.Han terbangun dari tidurnya. Mengecek jam di ponsel menunjukkan pukul 08.32. Dilayar ponsel juga ada notifikasi pesan masuk yang berisi permintaan untuk hadir di acara perayaan perusahaan.Han meletakkan ponsel lalu mengecek Hyunki di ranjang bayinya. Bayi itu baru saja meregangkan otot-ototnya."U ... Ganten
Meski hari telah berganti, tapi sensasi semalam masih belum terhenti. Dia mengingat ketajaman mata Han saat menatapnya. Kata-kata Han yang ternggiang di kepala. "Kenapa dia berkata begitu? Jangan-jangan ... dia jatuh cinta kepadaku." Senyum-senyum sendiri. Dan teringat ciuman dari Han semalam, ia jadi heboh sendiri dikamar. "Aaaa ... Bisa gila aku! Sebaiknya aku keluar." Saat melihat Han sedang duduk membopong Hyunki di sofa ruang tengah, ia merasa malu untuk menghampiri. Ia menarik narik nafasnya dalam-dalam terlebih dahulu sebelum melangkah ke arah mereka. "Ehem!" Berdiri dengan rasa canggung yang membebani. "Eh, Mama Ev sudah bangun. Selamat pagi, Mama Ev! Duduk sini!" sapa Han seolah tidak terjadi apa-apa semalam. "Apa dia tidak ingat kejadian semalam?" batin Evelyn. Kemudian, ia sengaja menggulung seluruh rambutnya ke atas untuk memperlihatkan kiss mark yang dibuat oleh Han di lehernya.
"Jadi bagaimana? Kita tentukan tanggal pernikahannya dulu, ya!" ucap James "Maaf, tapi aku tidak bisa melakukan perjodohan ini!" "Why, Ev?" Han datang sebelum Evelyn menjawab. "Karena dia sudah tidak lajang lagi. Saya suaminya dan ini anak kami," sahut Han melenyapkan suasana tenang. "Apa maksudnya? Kapan kau menikah tanpa persetujuan keluarga?" tanya James. "Beberapa bulan lalu." "Kau tidak bisa asal menikah begitu, dong! Kau sudah ada ikatan perjodohan!" nadanya meninggi. "Itu hakku!" jawab Evelyn dengan nada yang sama tinggi." "Sudah-sudah!" ucap pria bernama Junghyun tersebut. "Saya tidak ingin merusak hubungan orang lain. Lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini, begitu juga dengan kontrak kita. Saya tidak jadi memberikan saham pada perusahaan keluarga kalian. Saya pamit pergi sekarang!" Begitu Junghyun meninggalkan tempat, James memaki Han, "Siapa kau? Menghamili dan m
Mereka telah menghabiskan beberapa jam untuk berkeliling taman. Meski hanya berjalan tanpa berlari, mereka berhasil mengeluarkan butiran-butiran keringat yang mampu membasahi baju mereka. Han mengajak untuk beristirahat, "Kita duduk di sini sebentar, ya! Sepertinya Hyunki mulai kehausan." "Iya." Hyunki menyedot botol susunya dengan cepat. Ia benar-benar kehausan. Sekelompok orang yang terdiri dari tiga remaja perempuan di sana, terlihat sedang memperhatikan Han dan membicarakannya. "Bukankah dia Han, Selebgram dan Model tampan itu?" tanya perempuan berponi di sana. "Mirip, sih. Tapi, apa benar itu Han?" sahut perempuan yang lainnya sambil membenahkan kacamata untuk memperjelas pandangan. Satunya lagi yang berambut pendek juga ikut bicara, "Benar, itu adalah Han. Ayo kita hampiri!" Han memang sudah memiliki cukup banyak followers di media sosial Desygram. Jadi, wajar jika beberapa orang di luar mengenalinya. "Ehe
Sesuatu tak terduga mengejutkan mereka yang baru saja sampai di apartemen. Hal itu adalah kedatangan James William, kakak Evelyn.James berdiri di depan pintu apartemen."Kak James? Mau apa Kakak kemari?" tanya Evelyn."Bukankah semuanya sudah jelas, bahwa, perjodohan itu tidak akan pernah terjadi?" lanjut Evelyn."Aku tidak ingin membahas hal itu.""Lalu?""Kang Areum. Apa hubungan kalian dengan Kang Areum?"Pertanyaan James membuat Evelyn bingung, "Siapa Kang Areum? Bahkan aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.""Kau jangan mencoba berbohong!""Aku tidak bohong! Aku benar-benar tidak mengenal Kang Areum.""Lalu kalung ini?" Menunjukkan kalung bertuliskan inisial huruf 'J&A' milik Hyunki yang terjatuh tadi malam. "Kau juga tidak tahu?""Itu kalung milik Hyunki, anak kami. Sini kembalikan!"James kembali menggenggam kalung tersebut, "Oh, sekarang aku tahu. Hubungan kalian han