Share

BAB. 18

Pov Fitri.

"Mas, apa mau ku buatkan kopi?" Aku mencoba membuka suara, meski kutau mereka tidaklah ingin aku bersuara.

"Boleh," sahut Mas Tian dengan nada ketus, wajahnya masih terlihat kesal.

Aku menyunggingkan senyum tipis sebelum berjalan ke dapur. Tidak sampai sepuluh menit aku membawa nampan berisi secangkir kopi dari dapur dan roti kesukaan mas Tian. Namun, langkahku terhenti ketika mendengar sayup-sayup suara mertuaku sedang bicara dengan Mas Tian.

"Bas, Bunda mohon maaf sebelumnya, bukannya Bunda mau ikut campur urusan rumah tanggamu. Tapi, alangkah baiknya untuk sekarang ini, Fitri tidak usah kamu suruh dulu keluar rumah. Gosib kamu dan Fitri kemarin berhembus sangat cepat, Nak. Bunda malu, mendengar tetangga membicarakan kalian. Sesekali kamu tegaslah padanya,"

"Aku akan mempertimbangkannya, Bunda. Tapi aku juga meminta Bunda dan Mbak Rita bersikaplah baik pada Fitri, walaubagaimanapun dia masih istriku,"

"Terimakasih, Bas. Bunda juga minta maaf padamu, karna gara-gara sikap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status