Huhu mereka honeymoon...masih mau lanjut gak?
Hans mengecupi kening Reyna yang tengah berbaring di ranjang mereka."Terima kasih Sayang, terima kasih," ucapnya berulang- ulang.Tadi pagi Reyna merasakan mual dan muntah yang membuat Hans panik dan memanggil dokter keluarga ke rumah. Dan menurut hasil pemeriksaan dokter Reyna positif hamil 5 minggu. Semua orang di rumah Reyna bersorak senang namun orang yang paling berbahagia tentu saja sang ayah si jabang bayi. Hans tak bisa berkata- kata, matanya berkaca- kaca dan langsung menghambur memeluk tubuh sang istri membuat semua orang mencibirnya terlebih Anjas."Ck... kamu ini memang pria brengsek yang beruntung Hans," cemooh Anjas yang mendapat hadiah cubitan di perut oleh sang istri.Ya, akhirnya Anjas dan Laila memutuskan menikah setelah enam bulan pernikahan Reyna dan Hans. Bahkan saat ini Laila tengah hamil 4 bulan. Wanita itu bersyukur perilaku buruknya di masa lalu tak mempengaruhi kesehatan rahimnya. Justru Reyna yang memang harus sedikit bersabar karena baru mendapatkan kabar
Aku berada di sebuah kebun bunga yang begitu indah. Bahkan sekarang aku berada di bawah pohon sakura yang berbunga dan sesekali burguguran dan tersangkut dirambutku. Sakura? Bukankah bunga ini tumbuh di Jepang? Tapi aku sangat yakin bahwa aku sedang berada di tanah kelahiranku, Indonesia.Hi...hi...hi...Aku mendengar tawa anak kecil yang tak asing bagiku."Reihan? Reihan!"Kupanggil pemilik suara itu sambil berjalan diantara tanaman bunga yang membentuk labirin."Ayo cari aku!" Suara itu semakin menjauh membuatku panik."Reihan! Kamu dimana?"Hi...hi...hi...Suara itu semakin terdengar samar membuatku semakin panik bahkan air mataku mulai menganak sungai. Aku berlari menyusuri labirin bunga itu dengan sesekali menyeka air mata dengan punggung tanganku.
Suasana party malam ini begitu crowded. Maklumlah pestanya kaum jetset dan aku bisa di sini pun karena ajakan om Anjas adik dari mama. Terkadang aku tak habis pikir sama orang-orang ini buang-buang duit untuk acara gak penting. Kalau kelebihan duit mending disumbangkan ke orang yang gak mampu. Sebenarnya aku malas ikut tapi om Anjas memaksaku untuk ikut karena dia sedang tidak punya pacar.Mama? Jangan tanya mamaku mengizinkan atau tidak. Secara om Anjas itu adik bungsu kesayangan mama alias anak bontot dari kakek dan nenek jadi mama gak akan keberatan aku ikut ke party kaya' gini bahkan mama begitu antusias mendandaniku seperti main boneka barbie. Ini kesempatan buat mama untuk bereksperimen dengan wajah cantikku. Karena di hari biasa aku malas berdandan sampai mama ngomel-ngomel. Malas banget berurusan dengan bedak dan kawan-kawannya yang membuat wajah kaku itu. Apalagi di party seperti in
"Om... stop laughing!" kataku semakin kesal."Hans itu teman SMA om. Dulu sering main ke rumah.""O ya? Kapan?""Dulu. Waktu umurmu 2 tahun," om Anjas menjelaskan tanpa beban mental sedikitpun dan berhasil membuatku menganga lebar.Waktu umurku masih 2 tahun katanya? Ini om Anjas yang rada-rada karena belum dapat orgasme atau karena aku yang gagal paham sih?"Bukannya waktu itu om Hans yang ngejenguk Reyna di rumah sakit pas Reyna baru aja berojol dari perut mama ya Om?" tanyaku sarkastik.Dan kalimat sarkasku disambut tawa oleh ketiga om menyebalkan yang sialnya sexy as hell yang mengelilingiku membuatku ingin mencakar wajah mereka satu persatu.----Suasana kantor siang ini sedikit lengang orang-orang sedang mengerjakan pekerjaan di lokasi proyek mereka masing-masing. Dimulai dari opa, ayah dari papaku yang adalah seorang ars
Malam ini Reyna tak bisa tidur lagi. Lewat tengah malam dan matanya tak bisa terpejam barang lima menit saja. Pernyataan om Anjas tentang rencana kepergian om Hans ke Jerman sudah pasti berpengaruh pada mood ku. Demi apa, aku baru memberi jeda pada perasaanku tapi kenapa om Hans melangkah semakin jauh dari jangkauanku. Yeah, memang dari awal om Hans tak pernah mendekat ke arahku tapi aku kan berusaha. Hey, jangan menghakimiku, aku memang masih labil umurku belum genap 18 okey jadi wajar.Tapi membayangkan om Hans pergi jauh dari jangkauan udah buat aku senewen apalagi disana ada rivalku. Dan layaknya sepasang kekasih yang habis LDR mereka pasti melakukan.... Uhh... aku tak mau mengatakannya tapi kalian pasti paham maksudku. Tolong otakku yang cerdas come on mulai berpikir. Tapi sekeras apapun aku berpikir tidak akan merubah apapun. Om Hans sudah pergi."Kenapa loe pucet banget sih? Itu apaan mata panda?" cerca Rayan saat menjemputku."Diem deh g usah bawel pagi-
"Baliiiiii......! I love you so damn much!""Jangan norak Rey, bikin Om malu aja!""Biarin, yang penting Rey seneng!"Tanpa menghiraukan omelan om Anjas aku berlari menyongsong air di tepian pantai. Aku sengaja menggunakan bikini one piece dibalik kain pantaiku. Makanya dari tadi om Anjas tidak berhenti mengomel bahkan mengumpat sedangkan aku hanya tertawa menanggapinya.Ombak bergulung-gulung di kejauhan menuju pantai. Di sini emang surganya para peselancar. Sayang aku gak bisa surfing. Kulupakan sejenak kegalauan tentang om Hans. Biarlah dia bahagia dengan pilihannya dan aku akan belajar melupakannya. Aku sudah mantap untuk lanjut di Monash. Jarak yang membentang semoga bisa membantuku untuk berproses, proses melupakannya tentu saja. Insomniaku semakin parah, aku bisa tiba-tiba terbangun di tengah malam karena mimpi buruk tentangnya. Bukan, bukan tentang om Hans yang celaka atau semacamnya tapi senyum mengejek om Hans atau tatapan mata taj
Wanita itu mengangguk dan terus terisak sambil menggumamkan terimakasih. Beberapa saat kemudian wanita itu pergi meninggalkan Reyna yang menatap kepergiannya dengan tatapan kosong.'Mbak harus cepet masuk, ya. Mas yang di dalem butuh bantuan banget,' pesan wanita yang barusan pergi dan meletakkan card akses masuk ke kamar Hans. Tak mau membiarkan Hans menunggu terlalu lama Reyna bergegas membuka pintu dengan card yang diberikan wanita tadi.Dengan tangan gemetar dan perasaan gamang Reyna masuk ke kamar hotel. Saat masuk pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah pakaian yang berserakan di lantai tapi Hans tak terlihat. Suara gemericik air terdengar dari balik pintu di sisi kanan ranjang yang ia yakini adalah kamar mandi.Saat masih bingung memikirkan apa yang harus dilakukannya tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan muncul Hans hanya dengan mengguna
Reyna menangis tanpa suara. Tidak hanya fisiknya yang terluka tapi hatinya juga. Hari ini keperawanannya direnggut. Memang orang yang dicintainya yang mengambil keperawanannya tapi prinsipnya ia tak mau melakukannya sebelum menikah. Dan sekarang ia melanggar prinsipnya sendiri. Dia datang bermaksud menolong tapi dirinya sendiri tak tertolong.Terdengar dengkuran halus dari arah belakang tubuhnya, yang menandakan Hans sudah terlelap. Diraihnya tas tangan yang tadi dibawanya dan mengambil ponsel yang ia simpan di dalamnya. Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari, beberapa misscall dan pesan dari Anjas menanyakan keberadaannya.Sorry om, Reyna udah tidur SendTak lama kemudian notifikasi pesan berlogo hijau muncul, balasan dari Anjas masuk.Ok. Lanjutkan tid