MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKU
BAB 4
Amira, kenapa kamu berdiri di situ?" tanya Mas Aldi dengan suara naik satu oktaf, mungkin melihatku yang lancang ingin menguping pembicaraan mereka. Karena selama aku menikah dengannya, belum pernah dia meninggikan suaranya seperti ini. Salahku juga ngapain menguping?
"Mas,"
"Kamu mau nguping!?" lanjutnya yang semakin terlihat sangat marah. Aku menggeleng cepat.
"Ti-tidak! A-aku mau ke dapur, Mas. Aku mau ambil minum, terus aku melihat kain lap di sini, yang lupa kuambil saat membersihkan vas tadi," jelasku, berbohong dengan alasan kain lap yang ada di dekat vas bunga itu. Semoga Mas Aldi percaya.
"Aldi, kamu kok marah-marah sama istrimu? Tidak baik seperti itu, Aldi. Bapak tidak pernah mengajarmu seperti itu." Bapak mertua menimpal, dia keluar dari dalam kamar dengan bertel4nj4ngan dada, yang hanya menggunakan celana kaos pendek diatas lutut.
"Aku minta maaf, Amira. Tidak sengaja." Mas Aldi berucap penuh dengan penyesalan.
"Iya, aku maafkan,"
"Amira, kamu tidurlah. Ini sudah malam, saatnya kamu minum vitamin dan istirahat." Bapak mertua berkata seraya memegang pundakku. Spontan aku menjauh karena geli saat tangannya menyentuhku.
"Bapak tahu aku minum vitamin?" tanyaku, sontak membuat Bapak yang ada di hadapanku gelagapan.
Karena merasa aneh saja dengan Bapak mertua, kenapa dia tahu aku meminum vitamin setiap malam?
"Tahulah, kan Bapak juga minum vitaminnya," sahut Mas Aldi. "Sudah sana, aku mau ngobrol lagi sama Bapak." titah Mas Aldi. Aku menurut dan meninggalkannya menuju dapur.
_____
Aku duduk di samping tempat tidur, menunggu Mas Aldi masuk ke dalam kamar, tidak lama kemudian Mas Aldi sudah masuk dan mengunci pintu kamar.
"Kamu capek, Sayang? Istirahatlah, dan minum vitaminnya," ucapnya memberikan perintah seperti biasanya, agar aku meminum vitamin.
"Kan vitaminnya sudah habis, Mas." Aku menyahut dan tersenyum ke arahnya yang naik ke atas tempat tidur.
"Masih banyak kok ini." Dia mengeluarkan sebotol vitamin dari dalam saku celananya.
"Mas, vitamin apa sebenarnya ini, Mas? Aku sama sekali tidak merasa baik saat bangun tidur, badanku sakit-sakit semua, lagi pula, aku menjadi sering sakit kepala setelah mengkonsumsi vitamin itu, aku tidak mau meminumnya lagi," ucapku menolak.
"Kamu pikir aku ngasih kamu apa? Aku ngasih vitamin biar kamu sehat, lagian bukan kamu saja yang minum, aku juga minum, lihat nih!" Mas Aldi langsung meminum vitamin yang mau diberikannya padaku.
"Maaf, aku tidak bermaksud berpikir seperti itu, Mas," ucapku, tidak enak hati saat wajah Mas Aldi tampak langsung ditekuk. Dia pasti kesal karena aku meragukan vitamin yang diberikannya.
"Sekarang kamu minum juga," titah Mas Aldi, botol vitamin itu diletakkannya diatas meja, lalu dia pergi kembali keluar kamar.
Aku melihat botol vitamin itu dan meraih ponsel, lalu menulis nama merk-nya di g****e. Setelah menelusuri dan mencari tahu, tenyata itu benar-benar vitamin.
Aku sudah salah menduga, aku pikir itu bukan vitamin. Tapi, kenapa setiap aku meminum vitamin, badanku terasa sakit dan juga sering sakit kepala?
Mas Aldi kembali lagi ke dalam kamar dengan senyum dan wajah berseri bahagia. Tadi ditekuk sekarang sudah kembali ceria. Mau aneh tapi ini nyata.
"Ini, uang bulanan buat kamu, sisanya untuk aku, ya?" ucapnya dan meletakkan uang di hadapanku, jika dihitung jumlahnya cukup banyak.
"Uang dari mana, Mas? Kok banyak sekali?"
"Dari Bapak, kebun Bapak sudah terjual, dan ini bagianku." Dengan antusias dan semangat, Mas Aldi menjawab pertanyaanku.
Tidak bertanya lagi, aku ikut bahagia memegang uang itu. Semenjak berhenti bekerja beberapa bulan yang lalu, baru kali ini aku memegang uang segini banyaknya.
__________
Pintu terdengar diketuk, aku tersadar begitu juga dengan Mas Aldi. Jam di dinding menunjukkan waktu tengah malam. Ada apa Bapak mertua mengetuk pintu kamar di tengah malam begini?
"Kamu tidak minum vitaminnya?" tanya Mas Aldi.
"Besok saja, Mas. Tadi lupa minum." jawabku apa adanya. Setelah menghitung uang, aku jadi lupa minum vitaminnya.
"Ah! Kau ini payah sekali!" Mas Aldi menyibak selimut. Kenapa dia merah?
Mas Aldi bergegas turun dari tempat tidur. Lalu membukakan pintu dan aku bisa melihat Bapak mertua sudah berdiri dengan handuk melingkar di pinggangnya. Ngapain Bapak mertua malam-malam pakai handuk? Apa dia mau mandi?
"Amira masih sadar?" kata Bapak mertua yang kudengar. Sebelum Mas Aldi menariknya menjauh dari pintu kamar.
"Ada apa, Mas? Kenapa Bapak nanya aku masih sadar?" tanyaku, ketika Mas Aldi sudah kembali ke dalam kamar.
"Bapak mau ngajak main catur, tapi kamu masih belum tidur nyenyak, jadi, aku nolak untuk main, mending di dalam kamar main sama kamu," jawabnya sembari menggoda.
"Jangan, Mas. Lagi sakit perut nih, mungkin mau kedatangan tamu,"
"Aku bercanda kok, Sayang. Yuk, kita tidur lagi."
Aku berbaring, dan memejamkan mata. Sejujurnya, ucapan Bapak mertua tadi masih terngiang-ngiang di telingaku. Aneh, tidak mungkin kalau main catur malam-malam begini. Mas Aldi juga, tadi marah terus baik lagi.
____
"Aku kerja dulu ya. Oh, ya. Kamu jadi mau pergi shopping hari ini?" tanya Mas Aldi yang sudah bersiap untuk pergi bekerja.
"Jadi, Mas. Nanti pergi sama Mbak Dian," jawabku sambil membersihkan sisa sarapan diatas meja.
"Jangan terlalu dekat sama Mbak Dian. Nanti kamu ketularan sifat kepo dan suka membicarakan orang." Mas Aldi berkata sembari bangkit dari kursi.
"Betul, Bapak tidak suka kamu dekat-dekat sama si Dian itu, bisa saja dia meracuni pikiranmu dengan mengatakan hal yang tidak-tidak. Mending pergi sendiri saja,"
"Iya, aku juga lebih tidak suka dengan tetangga kita itu. Ya, sudah, aku berangkat kerja dulu, hari ini pulang sore, karena banyak kerjaan di bengkel."
Sepertinya, Bapak mertua dan Mas Aldi tidak menyukai Mbak Dian. Pantasan, saat Mbak Dian datang kemarin, Bapak mertuaku terlihat tidak senang melihatnya. Tapi, kenapa?
Semenjak aku tinggal di sini, Mbak Dian terlihat seperti orang baik-baik. Tidak pernah aku mendengar Mbak Dian menceritakan hal-hal keburukan orang mana pun. Apa mungkin, kalau Bapak mertua ini adalah musuh bebuyutan dengan orang tuanya Mbak Dian? Ah, bisa jadi begitu.
Setelah Mas Aldi pergi, aku pun membawa piring ke dapur. Bapak mertua sudah masuk ke dalam kamar dan membuatku bisa bernapas lega.
Hari ini, Bapak mertua tidak membuatku risih saat dia menatapku. Mungkin, Mas Aldi sudah menegur bapaknya itu.
Aku bersiap-siap untuk mandi, pagi ini, badanku tidak terasa sakit atau pun pegal-pegal sama sekali. Karena tadi malam Mas Aldi tidak melakukan ritual sebelum tidur. Biasanya, sehari aku harus keramas dua kali. Ingin menolak tidak mungkin, karena dia suamiku, kalau dia jajan diluar 'kan bisa berabe urusannya.
Guyuran air shower membuat kepalaku terasa ringan. Namun saat aku ingin menggosok badan dengan sabun, suara kunci pintu kamar terdengar diputar. Ya ampun, apa Bapak mertua masuk ke dalam kamar ini lagi?
Beruntung pakaian yang kukenakan tadi kulepas saat berada di dalam kamar mandi. Segera aku memakainya, lalu keluar dari dalam kamar mandi.
Aku menyapu pandangan ke seluruh sudut kamar, tidak terlihat sama sekali bayang-bayang siapa pun di dalam kamar ini. Pintu kamar juga masih terkunci.
Apa saking terlalu takut, jadinya aku malah berhalusinasi?
BERSAMBUNG...
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKU BAB 5 Setelah bersiap dan dandan yang tipis-tipis, aku keluar dari dalam kamar. "Sudah mau pergi?" Aku terlonjak kaget. Bapak mertuaku sudah berdiri di samping pintu kamarku. Orang tua satu ini sering kali membuat jantungku sakit karena terkejut. "Iya," jawabku singkat. "Pergi sama Dian? Kenapa larangan kami tidak kamu dengar, Amira? Jangan pergi dengan wanita itu!" bentaknya sambil menunjuk wajahku. "Tidak, Amira pergi sendiri naik ojek," dalihku sambil membawa langkah dari hadapannya. Aku mengirimkan pesan kepada Mbak Dian, agar dia menunggu di ujung gang. Jangan sampai Bapak mertuaku melihatnya. Aku memilih tidak mendengarkan larangan Mas Aldi untuk tidak pergi dengan Mbak Dian. Karena sudah terlanjur janji, tidak mungkin diingkari bukan? Lagi pula, ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada Mbak Dian. Tring!!! [Tanpa kamu suruh, Mbak sudah menunggumu di ujung gang, cepatlah ke sini.] balas pesan dari Mbak Dian. Mbak
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 6"Amira!" Spontan aku membalikkan badan dan melihat Mas Aldi sudah berdiri di belakangku."Mas Aldi,""Sejak kapan kamu lancang melakukan ini? Menguping pembicaraan orang! Apa kamu sudah termakan hasutan dari Dian itu!?" Mas Aldi marah dengan mata menyorotku tajam.Aku gelagapan, mencoba terlihat tenang. Mas Aldi langsung mencengkram pergelangan tanganku kuat. Sampai aku meringis sakit."Katakan, tadi kamu pergi dengan Dian itu, 'kan? Kenapa kamu tidak mendengar laranganku, Amira! Kamu anggap apa aku!?" bentaknya keras, dan semakin kuat mencengkram tanganku."Aku tidak pergi sama Mbak Dian, aku naik ojek, Mas. Kamu kok marah-marah sih? Memangnya kenapa kalau seandainya aku pergi dengan Mbak Dian? Apa ada rahasia besar yang kamu tutupi dariku? Lepaskan, kamu menyakitiku, Mas!" Mas Aldi langsung melepaskan cengkramannya, tanganku rasanya sangat sakit, bekas tangannya sangat jelas melingkar di pergelangan tanganku."Aku tidak marah kalau k
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 7PoV author.Setelah membalas pesan dari Dian, Amira menghapusnya dan mematikan ponselnya. Dia begitu marah dan sakit hati setelah Dian mengatakan, bahwa ucapannya di cafe itu hanya prank dan candaan semata.Di sisi lain, Aldi dan bapaknya tampak keluar dari halaman rumah Dian sambil tertawa puas._______"Amira," panggil Aldi, saat Amira sudah memejamkan mata. "Ya, sekarang sudah malam dan waktunya kita untuk tidur," sahut Amira tanpa membuka matanya sedikit pun."Minggu depan kita liburan ke puncak, kamu siap-siap ya?" Amira spontan membuka mata, lalu memiringkan badannya untuk melihat Aldi yang sudah berbaring di sampingnya.Laki-laki yang sempat Amira benci saat dia mendengar ucapan Dian itu, terlihat langsung mengulas senyum manis saat Amira menatapnya."Liburan ke puncak? Ngapain?""Ya liburan lah, bulan madu, kamu nggak mau?" "Mau banget dong, Mas." sahut Amira sambil memeluk Aldi.______Dua hari setelah itu, Dian sama sekali
[Pergilah dari rumah itu, Amira. Sebelum semuanya terlambat dan membuatmu berada dalam dosa seumur hidup.] Aku membacanya dengan degup jantung yang semakin tidak beraturan. Aku segera menghela napas panjang dan duduk di bibir ranjang, sekali lagi aku menarik napas dan membuang lewat mulut untuk meredakan rasa kecemasan yang berlebihan.Tenang Amira, tenang. Aku tidak boleh percaya begitu saja dengan Mbak Dian, Mbak Dian pasti ingin mempermainkanku seperti hari itu. Tidak mungkin suamiku sebejat itu!Tidak mungkin juga kalau Mas Aldi sudah mengancamnya, dan membuatnya pindah dari sini. Ya, itu sama sekali tidak mungkin."Duh!" Aku bersandar dibantal dan langsung memijit pelipis, karena kepalaku terasa sakit sekali.Aku meraih botol minum dan ternyata airnya sudah habis. Karena membaca pesan yang mengejutkanku, sungguh membuat tenggorokan ini terasa kering."Huh! Malas sekali mau keluar kamar, tapi rasanya haus sekali." Aku berbicara sendiri dan ingin beranjak dari tempat tidur.Ponsel
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 9"Aku minta maaf, tadi aku beneran sangat ngantuk, lagian kenapa ibumu cepat pulang? Setidaknya, makan dulu baru pulang," kata Mas Aldi setelah lebih satu jam aku berada di dalam kamar."Sudah terlambat, Mas!" sahutku malas."Terlambat kenapa?" tanyanya yang tampak tidak merasa bersalah sama sekali. Dia duduk di sampingku, lalu memegang kedua pundak ini. "Kamu marah jangan lama-lama, apalagi masalahnya sangat sepele sekali," lanjutnya."Seharusnya kamu tahan dulu ngantuknya, Kak Zoni tadi menilaimu tidak baik, karena sikapmu yang sangat bikin aku kecewa, Mas," lirihku. Sambil membuang pandangan ke arah lain, agar dia tahu, kalau aku benar-benar kecewa."Maaf, nanti, sepulang dari bulan madu, kita ke rumah ibumu, ya? Kita akan menginap seminggu di ruang ibumu, gimana?" Mendengarnya aku langsung melihatnya dan mengangguk cepat. "Gitu dong, kalau senyum kan, terlihat lebih cantik dan manis," pujinya sambil mengelus pipiku."Apa ini, Mas?"
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKU BAB 10"Mas, kamu tidak kerja?" tanyaku, karena sudah dua hari aku melihat Mas Aldi berleha-leha di depan TV, tanpa pergi bekerja seperti biasanya."Aku sudah berhenti," jawabnya, yang berhasil membuat keningku berkerut mendengarnya."Kenapa, Mas?" "Paman Sugi mau memberikanku pekerjaan yang layak,""Kerja apa?""Sudah, jangan banyak bertanya, karena nanti kamu juga pasti akan tahu. Oh, ya, kamu sudah minum obat yang aku kasih?" tanyanya dengan mata melihatku."Sudah, Mas. Kemarin aku langsung meminumnya," jawabku, berbohong. Karena kloset yang menelan obat itu, bukan aku."Tapi, kenapa bisa datang lagi? Seharusnya sudah kering." Mas Aldi berkata dengan pandangan yang tampak mencurigaiku."Belum bereaksi mungkin, Mas. Nanti kamu beli lagi, biar aku minum lagi." jawabku dan membuat Mas Aldi mengangguk. Syukurlah dia percaya."Kamu siap-siap ya? Kita akan makan malam bersama Paman Sugi," ucapnya sambil meraih ponselnya diatas meja."Di mana
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 11"Minumlah vitaminnya, aku mau mandi dulu," titah Mas Aldi, dan menyodorkan gelas berisi air minum ke arahku."Iya, Mas. Makasih perhatiannya, tapi ... kok minumnya dua? Biasanya 'kan cuma satu," ucapku, sedikit heran, sambil meminum air putih hingga habis tidak bersisa di dalam gelas."Biar lebih enakan badannya, karena aku sayang sama kamu, istriku, aku tidak mau kamu sakit." Dengan melihat sekilas, Mas Aldi berjalan ke arah kamar mandi.Ucapannya manis sekali, sangat manis. Sayangnya, sekarang aku tidak lagi percaya dengan apa yang dia ucapkan.Guyuran air terdengar, itu artinya Mas Aldi sudah mulai mandi. Aku membuka ponsel, mencari nomor Mbak Dian, tapi nomornya sudah hilang, Mas Aldi pasti sudah menghapusnya. Tapi, kapan dia menghapusnya?Aku berbaring dan memejamkan mata saat suara kamar mandi terbuka. Cepat sekali dia selesai mandi.Wangi dari sabun mandi tercium, mungkin Mas Aldi sedang berada di dekatku.Tadi aku meminum vita
MISTERI VITAMIN YANG DIBERIKAN OLEH SUAMIKUBAB 12Aldi PoV.Saat tengah malam, aku terjaga dan tidak bisa tidur lagi. Aku duduk bersandar dibantal yang kubuat tinggi, lalu melihat ke arah Amira yang tengah asik bermain ponsel sambil berbaring memunggungiku."Chat dengan siapa kamu?" tanyaku, penasaran. Karena tidak biasanya dia seperti itu."Dengan temanku, hanya berbalas komentar saja, kenapa?" Amira menjawab tanpa melihat ke arahku sedikit pun."Tidurlah, besok harus bangun pagi," titahku pada Amira. Dia bergeming tak menyahut sama sekali.Ini adalah malam terakhirnya untuk berpuas-puas bermain ponsel. Setelah ini, seumur hidupnya akan dihabiskan untuk melayani pria hidung belang.Tidak masalah kalau dia mau berhubungan dengan teman atau pun dengan aki-laki lain. Aku sama sekali tidak peduli, karena aku sama sekali tidak mencintainya.Walau Amira mempunyai kecantikan alami, kulitnya putih, tinggi, dengan rambutnya yang panjang sepinggang dan sedikit ikal dibagian ujung rambutnya. I