MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK

MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK

By:  Dewii Kamaya  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
13Chapters
1.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

BLURB MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK Wanita tangguh bernama Lina menikah dengan suami dengan basic keluarga yang amat sangat perhitungan. Kalau bisa, Purnomo--suaminya akan membawa kalkulator kemana-mana saking pelitnya. Lina betah hidup bersama mertuanya selama beberapa tahun karena memang mertuanya baik. Dia tidak suka ikut campur dengan urusan mantunya kecuali yang berhubungan dengan uang. Tak tahan dengan ulah mertua dan suaminya yang keterlaluan hingga mangga saja dihitung jumlahnya membuat Lina berpikir keras. Terlintas ide jahil membalas mereka agar dia serta anaknya bisa sedikit menikmati hidup. Diambilnya diam-diam tabungan suaminya untuk sekedar makan enak agar anaknya bisa seperti anak-anak lain. Tak berselang lama, ulah Lina ketahuan dan keduanya bertengkar hebat. Setelah Lina mengancam cerai, suami dan mertuanya mulai sedikit melunak karena memang tidak ada menantu sebaik Lina yang mau hidup sederhana bersama mereka. Di akhir cerita, terungkaplah kenapa Bu Romlah mertua Lina begitu pelit dan perhitungan. Itu karena selama ini secara diam-diam dia banyak bersedekah ke banyak tempat. Dibalut komedi yang kocak, cerita ini akan mengocok perut pembaca. Yuk, baca selengkapnya!

View More
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Siti Anikmah
seru ceritanya,,lanjut kak
2024-01-16 21:06:45
0
13 Chapters
Bab 1
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK"Linaaaa, itu kenapa televisi nyala malah ditinggal?!" "Ambil minum sebentar, kok, Bu, mumpung iklan." "Sebentar, sebentar! Listrik mahal jangan boros!" Iya, Buk, maaf, jawab Lina. Lina melanjutkan menonton televisi sambil mengantongi cilok yang dibelinya dari tukang cilok depan geng. Kalau sampai ketahuan kanjeng ratu bisa buyar dimaki-maki. Baru saja melahap satu buah cilok, Lina sudah mendengar derap langkah Purnomo suaminya, buru-buru ditelan ciloknya bulat-bulat. "Assalamu'alaikum," kata Pur. "Waalaikumsalam, kok udah pulang? Katanya tadi mau mancing?" "Celanaku tersangkut carang bambu, sobek nih! Kamu jahit dululah!" kata Purnomo sambil memperlihatkan pantatnya. "Ya ampun, kan aku sudah bilang, beli celana baru, celana kamu ini sudah tambalan ada kali sepuluh tambalan, sudah saatnya pensiun!" kata Lina. "Boros! Selama masih bisa dipakai, pakai saja yang ada, jangan niru orang-orang boros! Kapan kayanya kita kalau ikut-ikutan orang!" kata Pur.
Read more
Bab 2
MERTUA PELIT MENANTU CERDIK (2)Purnomo buru-buru menyembunyikan uangnya karena dirasa tidak aman. Dia mengajak Bu Romlah sang ibu untuk membeli perhiasan tanpa sepengetahun Lina. "Ayo, Buk! Mumpung Bude Siti belum datang! Kita beli emas dulu!" "Nanti saja! Sini biar ibu yang simpankan!" kata Bu Romlah. Lina menguping pembicaraan mereka, dia segera masuk ke dalam kamar. Lina cemberut, hatinya teramat dongkol. Dari awal pernikahan, suaminya memang bekerja hanya sebagai buruh las harian yang gajinya hanya cukup digunakan untuk makan sehari-hari, karena itu Lina tidak keberatan hidup super hemat, untuk membantu ekonomi keluarga, Lina sengaja berjualan online dengan sistem dropship, karena Lina takut ketahuan suaminya. Suaminya sangat menentang jika istrinya itu bekerja, maka dari itu Lina bekerja diam-diam. "Ma, ini apa?" tanya Novi."Oh, itu rayap, Nak!" jawab Lina. "Oooh, rumahnya bisa tinggi gini, ya, Ma?" "Iya, nanti habis dimakan rayap itu celana ayahmu, tolong ambilkan sapu, y
Read more
Bab 3
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK (3) "Aduh, ibuk pingsan, Dek! Buruan bantuin angkat, malah bengong lagi!" kata Purnomo. "Iya, iya," kata Lina. Mereka menggotong Bu Romlah naik ke kasur. Purnomo terisak sambil mengolesi hidung sang ibu dengan minyak kayu putih. "Sudah, jangan ditangisi, ibuk cuma pingsan saja, kok," kata Lina. "Bukan nangisi ibuk, tapi nangisi uangku!" kata Purnomo. "Oalah, kirain nangisin ibuk, ternyata uangnya," lirih Lina. "Hilang tiga juta itu banyak, kebangetan yang ngambil!" kata Pur. "Haaa, tiga juta Pur?" Bu Romlah yang baru sadar, pingsan untuk yang kedua kalinya. Lina menepuk jidatnya kemudian mengambil kipas untuk digunakan mengipasi ibu mertuanya. "Alhamdulillah," kata Lina. Bu Romlah sudah sadar, dia langsung duduk di sisi ranjangnya. "Ayo kita cari dukun sakti biar kita tahu yang ambil orang apa tuyul!" kata Bu Romlah. "Ayo, Buk! Kita siap-siap sekarang!" kata Purnomo. Lina ketakutan, dia masuk ke dalam kamar pura-pura berganti pakaian, padahal dia
Read more
Bab 4
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK (4)Purnomo mengantar Pak Ponijan pulang, setelah sampai di depan rumahnya. Purnomo memberikan uang seratus lima puluh ribu dengan perasaan tidak ikhlas. "Pak Pon, gimana caranya biar uang milik saya tidak diambil tuyul lagi?" tanya Purnomo. "Kasih garam di sekitar rumahmu, jangan lupa, kasih kaca di tempat penyimpanan uangmu!" "Bagaimana kalau saya pingin tahu wujud babi ngepet itu, Pak?" "Jangan memakai sehelai pakaian pun saat patroli, nanti kamu akan tahu wujud babi ngepet itu seperti apa," kata Pak Ponijan. "Yang benar saja, Pak, malu, dong, sama ibu saya?!" "Ya, tunggu tengah malam, ngapain juga kamu mau patroli siang bolong, yang ada kamu akan dianggap gila," kata Pak Ponijan. Purnomo mengangguk-angguk dan pamit pulang. "Woy, Pur, dari mana?" tanya Teguh. "Dari rumah Pak Pon, lihatin orang yang ambil uangku, tiga juta, eh, Guh!" "Waduh, tuyul kali, soalnya uangku beberapa kali juga hilang, tapi ilangnya urut seratus ribuan tiap hari," kata
Read more
Bab 5
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK (5)Bu Romlah mengobrak-abrik kamarnya. Baju-baju yang ada di gantungan pun tak lepas dari geledahannya. "Nyari apa, sih, Buk?" tanya Lina. "Kemarin, ibu ada kembalian habis beli detergen, tapi ibu lupa naruh, kemana, ya?" "Memangnya berapa uangnya?" tanya Lina. "Lima belas ribu, Lin! Sepuluh ribu, sama dua ribuan dua dan koin lima ratusan dua biji, sampai pusing kepalaku nyari gak ketemu-ketemu." "Tuyul kali, Buk," jawab Lina sekenanya. "Mana ada tuyul ambil duit kecil, bantuin cari cepet!" perintah Bu Romlah. Lina ikutan pusing mengobrak-abrik barang mereka. Dari kejauhan, Novi datang sambil memakan es cream di tangan kanannya. "Novi, itu uang nenek, ya buat beli es?" tanya Bu Romlah. "Enggak, ini dibelikan Fiska, kok," jawab Novi. "Alah jangan bohong, kamu! Masih kecil udah pinter bohong, kalau gede mau jadi apa kamu, ha?" teriak Bu Romlah. "Ibuk apa-apaan, sih! Novi gak pernah saya ajari mencuri, ya! Jangan ngada-ngada! Ayo kita tanya Rania,
Read more
Bab 6
MERTUA PELIT MENANTU CERDIK (6)"Setuju atau tidak, aku akan tetap menitipkan uangku di tempatnya Pak Pon!" kata Purnomo. "Suka-suka kamu, lah, Mas! Aku ikut pokoknya!" kata Lina. "Mau ngapain kamu ikut?" "Gak boleh?" tanya Lina. "I-iya, boleh," jawab Purnomo. Tanpa sepengetahuan Bu Romlah keduanya menuju rumah Pak Ponijan. Lina geram bukan main dengan suaminya, ternyata, Purnomo menitipkan uang empat puluh delapan juta kepada Pak Pon, katanya uang itu hasil kerja kerasnya sebelum menikah dengan Lina. 'Tidak akan kubiarkan, Dora!' batin Lina. "Hmmm," Lina berdehem sambil mengipas-ngipas wajahnya. "Kenapa, kamu?" tanya Purnomo. "Wajahku mendadak panas, Mas, sejak kesurupan tempo hari, aku menjadi orang peka kalau ada makhluk tak kasat mata di sekitarku!" jawab Lina. "Kamu jangan ngada-ngada, Lin! Aku merinding, nih!" kata Purnomo. Lina menggelengkan kepala kemudian menatap tajam Pak Ponijan. "Kembalikan uangnya! Itu milikku!" kata Lina. Pak Ponijan komat-kamit sambil menyentu
Read more
Bab 7
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK (7)"Lin, Lina ....""Ya, Bu?" "Kepalaku pusing sekali, pingin makan yang pedes-pedes.""Lalu?" tanya Lina. "Belikan aku rujak uleg di warungnya Bu Badriyah.""Oh, rujak cingur itu, ya, Bu?" tanya Lina. Dia bingung, tumben sekali ibu mertuanya itu mau jajan, biasanya boro-boro. "Iya, bilang saja rujak uleg, biar gak dikasih cingur!" "Iya, Bu, beli satu?" tanya Lina. Padahal Lina sudah pasti tahu jawabannya. "Beli lima ribu saja," jawab Bu Romlah sambil mengulurkan uang lima ribu rupiah.'Alamak lima ribu, mana boleh,' batinnya. "Li-lima ribu, Buk?" "Iya, bilang saja tak suruh!" Lina mengangguk pasrah, dia mengajak Novi membeli rujak. Mau bilang beli lima ribu malu, padahal di situ tertulis harga rujak cingur dua belas ribu, rujak biasa delapan ribu. "Bu, saya beli rujak biasa satu, dimakan sini, sama satu lagi lima ribu titipan Bu Romlah." "Iya, Nduk, kamu menantunya?" "Iya, Bu," jawab Lina. "Kok betah hidup sama Romlah, kalau ada lomba orang p
Read more
Bab 8
MERTUA PRLIT, MENANTU CERDIK (8)Lina merendam baju-baju kotor miliknya sekeluarga. Bu Romlah lebih suka mencuci bajunya sendiri, katanya takut rusak kalau Lina yang mencuci. Tentu saja Lina bahagia bukan main karena meringankan pekerjaannya. Lina sendiri juga takut kalau baju-baju mertuanya rusak, bukan karena baju-baju itu mahal, melainkan karena baju-bajunya terlalu tipis. Bisa koyak kalau sampai baju itu berada di tangan Lina yang setiap mencuci menggunakan kekuatan sepuluh tangan."Lin, kamu ini menantu macam apa, masak ibu mertuamu jemur baju sendiri, kamu malah bengong," tegur Rania."Sssst! Diam kamu, itu baju sejarah! Umurnya sudah ratusan tahun, saksi sejarah dunia, ada kali turunan dari neneknya nenek moyang. Jadi kalau orang lain yang cuci atau jemurkan auto buka mulut dia nanti!" jawab Lina. Rania terkikik geli. "Eh, kamu, Ran, pagi-pagi sudah ke sini saja, kayak kembar kalian ini kemana-mana barengan, tak terpisahkan, sudah selesai kerjaan rumahmu kok sudah main?" tanya
Read more
Bab 9
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK (9)Lina memandang berbagai macam perhiasan emas beserta kwitansinya. Lina geleng kepala dibuatnya. Di dalam kantong kain yang ditemukan terdapat berbagai macam perhiasan, yang kebanyakan adalah cincin. Mungkin ibu mertuanya jaman dulu suka sekali mengkoleksi cincin. "Tahun berapa ini harga emas masih belasan ribu dan puluhan ribu," gumamnya sambil berusaha membaca kwitansi yang mulai pudar tulisannya termakan usia. Lina segera menyimpan kantong itu, untuk jaga-jaga jika suatu saat dibutuhkan. Lina kemudian melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia mulai menanak nasi, kemudian menyapu halaman. Bagian dalam rumah memang biasanya sudah disapu oleh ibu mertuanya itu. Bu Romlah menyusul ke dapur, dia membawa satu sisir pisang, kemudian mengukusnya. "Lin, mau pisang kukus?" tawarnya. "Gak, ah, Buk," jawab Lina. "Ibuk gak makan nasi, Lin, heran sekali, masa beras semakin menipis, aku ingat betul kalau kemarin mengisi gentong lima belas kilo, biasanya tiga b
Read more
Bab 10
MERTUA PELIT, MENANTU CERDIK (10)Lina melirik jam dinding, sudah jam enam pagi, dia buru-buru membangunkan suaminya untuk membantunya mengurus Novi. Dia bergegas menuju dapur. Aroma nasi yang baru saja matang menguar ke penjuru dapur. "Maaf, Buk, aku kesiangan," kata Lina. "Iya, ibuk sudah rajang daun singkongnya, kamu tinggal masak, kelapanya juga sudah ibu parut!" "Makasih, ya, Buk," kata Lina. Dia mengulek bumbu untuk bobor daun singkong, kemudian dia melirik nampan di atas meja. "Buk, kok ada tempe?" "Iya, tadi Sulaiman bakul tempe, minta daun pandan di depan, kirain sebiji dua biji tahunya banyak, ibu sindir, eh, dikasih tempe," kata Bu Romlah sambil terkikik. "Ya Allah, Buk, timbang daun pandan saja minta imbalan?" "Biar saja, habisnya maksa minta banyak, ibu bilang saja kalau jaman sekarang gak ada yang gratis." "Wow, impresif!" kata Lina sambil geleng kepala. "Apa sih, dari kemaren anak-anak itu bilang impresif-impresif, makanan apa itu?" "Gatau, Buk, aku kan gak p
Read more
DMCA.com Protection Status