Share

Perkelahian singkat

Dorr!!

Sebuah tembakan mengejutkan Alissa dan preman gempal itu. Mereka memandang ke satu arah, tepat di belakang Alissa.

"Pergilah, tinggalkan anak itu. Aku punya banyak peluru untuk menghabisi satu nyawamu yang menjijikkan itu. Jangan lupa bawa temanmu itu pergi dari hadapanku!" Ujar Rafael sambil menodongkan senjata apinya pada preman gempal itu.

Preman itu melepaskan cengkeraman tangannya pada Diki dan berlari sambil memapah temannya yang sudah dilumpuhkan oleh Alissa.

Dengan cepat, Alissa menghampiri Jaka dan Diki.

"Kalian nggak apa-apa kan?" Tanya Alissa sambil memeluk mereka berdua. Jaka dan Diki menumpahkan air mata dalam pelukan Alissa.

"Kakak harusnya nggak perlu nolongin kami Kak. Kami nggak mau Kakak terluka."

Alissa menghapus air mata Diki dan menenangkannya. "Tidak apa. Mereka sudah pergi."

Diki menggeleng pelan saat Rafael menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang.

"Lain kali jangan langsung nyelonong keluar gitu. Untung aku dateng. Kalau nggak, gimana?" Omel Rafael saat perjalanan pulang.

Alissa hanya mengangguk pelan. Ucapan Rafael hanya seperti angin lalu di telinganya. Kepalanya masih memikirkan kejadian barusan. Hati Alissa masih tak tenang mengingat Diki dan Jaka.

xxxxxvxxxxx

"Nih, minum. Jangan banyak protes!" titah Alissa sembari meletakkan segelas besar jus semangka.

"Kos jus sih, Sa?" Rafael melihat jus semangka di hadapannya dengan tatapan ngeri. "Aku kan minta bir aja."

Alissa mengambil tempat duduk di kursi samping Rafael.

"Kamu tuh udah kebanyakan minum bir. Apalagi sejak seminggu belakangan ini. Tiap pulang malam pasti mabuk. Kalau kamu nggak mengurangi mabukmu itu, mending aku ikut deh kalau kamu keluar malam."

Rafael memanas, bir dingin yang diidamkannya saat ini tak kunjung menjadi nyata.

"Aku nggak akan minum jus buah menjijikkan ini." Seru Rafael sambil menatap Alissa tajam.

Alissa mendekatkan wajahnya hingga sejengkal. Dengan senyum tipis di bibirnya dia berkata, "sebaiknya segera habiskan jus menjijikkan ini atau..."

"Atau apa? Kau akan membantingku?" Rafael menatap tajam Alisa. Kedua pasang mata mereka saling mengintimidasi.

"Mau coba?" Ejek Alissa membuat Rafael geram.

"Jangan bercanda. Kau hanya perempuan. Tadi hanya beruntung. Preman tadi hanya keroco." Ucap Rafael sambil berdiri dan melangkahkan kakinya.

"Let see."

Ucapan Alissa mampu membuat Rafael murka. Dia mengajak gadis cantik itu ke halaman belakang rumah dengan halaman luas dan rumput hijau terbentang.

"Aku akan menunjukkan padamu cara berkelahi dengan benar. Perhatikan baik-baik!"

Rafael memanggil seorang anak buahnya. Dengan sekali serang, Rafael menumbangkan anak buahnya yang berbadan besar itu ke rerumputan.

"Jika kau bisa menumbangkan orang sebesar itu, kau boleh bangga." Rafael memicingkan mata. Memberi pelajaran untuk Alissa.

Alissa hanya diam, memasang senyum tipis. Dia melangkahkan kakinya menuju ke arah Rafael. Sejurus kemudian, dia memiting leher pria tampan itu dan menjegal satu kakinya, membuat Rafael terjun bebas mencium rumput.

"Maksudmu, begitu?"

"Sialan!"

Rafael bangkit. Gelap mata, dia mengarahkan tangan kirinya hendak meraih leher Alissa. Sayangnya, tangan kanan Alissa dengan cekatan menghentikan tangannya dan langsung membantingnya, lagi.

Dua kali jatuh, membuat Rafael benar-benar geram. Dia bangkit dan mengambil pistol di pinggangnya. Mengarahkan moncongnya ke Alissa.

"Hentikan!"

Suara menggelegar datang dari arah belakang Rafael. Rupanya, William sejak tadi memperhatikan mereka berdua.

"Alissa, jika berhasil menumbangkan Rafael sekali lagi dalam lima menit, bonusmu aku tambah." Ucap William santai sambil duduk di kursi yang di sediakan anak buahnya.

"Lalu bagaimana jika aku tidak jatuh?"

"Whatever you want. Asal dengan tangan kosong."

Rafael menyengir sambil membuang senjatanya.

"Jika aku menang, kau akan pergi dari rumah ini selamanya. Silahkan berbuat sesukamu, jika kau memang bisa. Tapi, aku akan berbelas kasih karna kau perempuan." Tantang Rafael.

Rafael memasang kuda-kuda. Bersiap menerima serangan Alissa. Dia tahu betul dari serangan Alissa tadi, Alissa bukan perempuan sembarangan. Namun harga dirinya tidak bisa menerima kekalahan yang memalukan itu.

Alissa memasang senyum tipis. Namun bagi Rafael, itu adalah senyuman penghinaan dari gadis yang sangat disebalinya itu.

Satu, dua langkah Alissa sukses mendekatkannya pada Rafael. Tangan kanannya menuju ke arah muka Rafael, namun dengan cekatan lelaki itu menampiknya.

Bugh!

Sayang sekali, Rafael tak memperhatikan Alissa dengan seksama. Perutnya sukses menerima pukulan dari tangan kiri Alissa. Membuatnya mundur dua langkah dengan meringis menahan sakit.

'Sialan!'

Belum sempat dia menghela nafas, Alissa entah bagaimana mendaratkan lutut kanannya ke arah Rafael. Tak pelak, Rafael berlutut kesakitan.

"So, bagaimana? Apa aku menang?" Tanya Alissa dengan percaya diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status