Satu bulan kemudian....
Setelah mengetahui Fauzan mulai bermain api di belakangnya, Aretha lantas tidak langsung mencecar atau menyudutkan Fauzan dengan tuduhan perselingkuhan. Namun, Aretha sengaja membiarkan Fauzan melangkah bebas ke mana pun ia mau."Bagaimana?""Sudah, semuanya sudah diurus sama saudara suamiku, jadi kapan pun kamu siap tinggal di PT, kamu tinggal pindah saja," sahut Lina seraya tersenyum sedih. Lina sedih karena sahabatnya ini akan pergi jauh ke belahan dunia yang lain."Terima kasih ya, terutama untuk Vano." Aretha yang tidak kuat membayangkan akan meninggalkan anaknya, ia langsung menangis ketika menyebut nama Vano."Sudah, sabar ... jangan nangis, aku nanti juga ikutan nangis lho. Pokoknya kamu yang tenang aja, aku pasti akan bantu jaga Vano seperti anakku sendiri, dan kamu juga tidak perlu khawatir soal kebutuhan Vano, karena kami akan selalu siap memenuhi segala kebutuhannya, pokoknya kamu cukup fokus bekerja saja."Aretha yang mempunyai rencana untuk menjadi TKW di Taiwan, ia pun berniat memondokkan Vano di pondok pesantren milik saudaranya Lina, dan karena anak mereka berdua satu angkatan, jadi Lina juga ikut memasukkan anaknya ke pondok pesantren milik saudaranya agar anaknya juga bisa menemani Vano, agar Vano tidak merasa sendirian.Mondok di usia anak yang baru memasuki SD memang tidak mudah, maka dari itu Aretha sedikit keberatan memasukkan Vano ke pondok, sebab anak seusia Vano terbilang masih manja dengan orang tuanya.Akan tetapi, Aretha akan lebih rela jika Vano masuk pondok pesantren daripada membiarkan Vano tinggal dengan ayah beserta keluarganya yang malah sering tidak mempedulikan Vano, dan Aretha nantinya pasti juga malah akan kepikiran jika meninggalkan Vano bersama mereka.Setelah membahas hal tersebut, Lina pamit pulang karena dia memiliki acara penting lainnnya. Kini tinggallah Aretha sendiri yang harus menghadapi para keluarga dan orang terdekat suaminya."Retha, cepat suguhkan es buahnya, kamu nggak lihat ya kalau di mangkok sudah habis!" teriak Yuni yang memancing atensi para tamu untuk ikut memperhatikan Aretha yang sedang mengelap piring.Tanpa menyahut, Aretha pun langsung mengambil stok es buah yang berada di termos es besar. Lalu kemudian dengan kesusahan Aretha berjalan dari dapur hingga ke depan, yaitu ke tenda acara aqiqahan anaknya Nina."Eh, inikan istrinya Fauzan, kenapa dia jadi jelek banget ya sekarang? Mana gemuk lagi," bisik salah satu keluarga jauh Fauzan."Iya, inikan acara keluarga mereka, kenapa istrinya nggak sedikit dandan gitu? jadikan biar terlihat enak dipandang mata, kalau kayak gini kasihan ya, dia sudah mirip dengan pembantu."Semua orang sontak mengangguk membenarkan perkataan orang tersebut. Sedangkan Aretha hanya diam saja ketika mendengar hal ini, sebab dia sudah terbiasa mendengar hinaan seperti ini.Lalu tidak lama kemudian sebagian para tetangga yang berada dekat dengan keluarga Fauzan, mereka semua langsung ikut nimbrung ketika mendengar orang-orang mulai bergosip tentang Aretha."Iya lho, Bu-ibu. Kami saja sampai sepet lihat dia setiap hari kayak gitu, seharusnya kan jadi istri pinter-pinter rawat diri ya, dia mah enggak.""Anaknya juga terlihat tidak terurus, tuh lihat aja anaknya, beda banget dengan anak-anak kita, kalau bahasa di kita mah rembes, kayak nggak pernah mandi gitu.""Iya-ya, kucel banget anaknya, ih kok bisa Fauzan tahan dengan mereka."Sepanas apapun yang mereka bicarakan, Aretha tetap bisa mengontrol emosinya, karena tujuannya hari ini bukan untuk meladeni hinaan mereka, akan tetapi Aretha sudah memiliki tujuan yang lain, dan ia akan membongkarnya nanti.Namun, belum sempat Aretha pergi dari tempat itu, tiba-tiba saja Vano berlari kencang menghampirinya."Ibu, ... Ibu, ...."Sedangkan dari arah belakang, terlihat Fauzan yang berlari mengikuti anaknya sambil memanggil Vano dengan wajah yang panik."Vano, ... Vano, ... tunggu penjelasan Ayah sebentar, Nak!"Aretha semakin memicingkan matanya ketika melihat sosok Nila yang ternyata ada di belakang Fauzan, berarti Vano pasti habis melihat sesuatu hingga mereka berdua mengejar Vano seperti ini.Dengan cepat Aretha segera menangkap tubuh Vano, lalu kemudian ia segera berjongkok menghadap Vano. "Ada apa, Van?""Bu, tadi-- tadi Vano lihat Ayah sedang mencium pipi Tante itu, Bu. Bu, Ayah jahat!" pekik Vano lantang. Vano yang sudah diajarkan batasan kontak fisik dengan orang lain, dia jelas mengerti kalau Ayahnya sudah melakukan hal buruk, dan yang pasti sudah menyakiti hati ibunya, jadi ia segera melaporkan ini pada Aretha."Retha, jangan kamu percaya kata-kata Vano, ya? Dia salah lihat!""Tidak, Vano tidak salah lihat!""Vano. Vano pergi ke kamar dulu ya, Nak. Nanti Ibu nyusul." Dengan patuh Vano langsung menuruti perkataan Aretha, setelah melihat kepergian Vano, Aretha kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantong bajunya."Aku jelas mempercayai perkataan Vano, karena aku sendiri memiliki bukti atas kebejatan mu, Mas!" Aretha melemparkan beberapa foto dan juga bukti chat perselingkuhan suaminya di depan orang banyak.Semua orang langsung mengambil bukti-bukti tersebut, dan mereka mulai berbisik-bisik melihat kejadian ini.Sedangkan Fauzan dan keluarganya sontak panik melihat ini, begitu juga dengan Nila yang wajahnya langsung memerah karena malu.Yuni yang malu pada para tamu undangan, namun ia lebih tidak terima jika anaknya dipermalukan seperti ini oleh Aretha, maka ia bergegas maju dan mengatakan, "Hei, Fauzan selingkuh itu gara-gara kamu sendiri yang tidak bisa merawat diri, jadi jangan salahkan Fauzan jika ia memilih selingkuh dengan Nila, karena Nila seratus persen lebih cantik darimu!""Huh, hanya karena fisik Ibu membenarkan putranya berselingkuh! Padahal anakmu sendirilah yang terlalu pelit membiayai istrinya untuk merawat diri, bahkan hanya untuk membeli bedak saja aku harus menunggu satu tahun sekali, apalagi uang buat ke salon? Mana ada?""Hah, itu hanya karena kamunya saja yang nggak bisa ngatur uang, padahal aku sudah kasih --""Lima ratus ribu! Lima ratus ribu perbulan kamu kira itu cukup? Uang itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur! Bahkan anakmu saja harus mengalah untuk tidak jajan setiap hari karena kepelitanmu itu, aku dan anakmu juga harus rela mendengar hinaan tetangga dan keluargamu karena penampilan kita yang jauh dari kata pantas. Aku pun juga sudah rela selalu mengalah dengan keluargamu. Tapi, apa yang malah kamu berikan padaku? Kamu malah menyelingkuhi ku, Mas! Kamu merendahkan martabat istrimu demi pelakor seperti dia!"Aretha menunjuk Nila dengan penuh emosi, yang membuat Nila semakin malu hingga bersembunyi di balik punggung Fauzan.Melihat hal itu, Aretha menjadi semakin jijik, namun tidak dengan para tamu undangan yang hanya diam saja melihat kesalahan besar seperti ini.Aretha kemudian tersenyum sinis melihat orang-orang di sekelilingnya, ia tidak menyangka jika semua orang yang ada di sini telah buta hati nuraninya, mereka bukannya membela Aretha dan menyalahkan perbuatan Fauzan beserta keluarganya, akan tetapi mereka diam layaknya membenarkan perbuatan ini.Aretha benar-benar merasa kecewa dan terhina!"Kalau begitu ceraikan aku sekarang, karena aku sudah tidak sudi lagi menjadi istrimu!"Satu tahun kemudian ....Setelah berpisah dengan Fauzan, Aretha langsung berangkat ke PT, dan saat ini ia sudah berada di Taiwan untuk bekerja sebagai pengasuh lansia. Awal-awal bekerja sebagai TKW adalah masa yang paling berat yang harus dialami oleh semua para TKI, namun bukan hanya TKI saja, semua pekerja lain pun akan mengalami masa sulit ini karena mereka harus beradaptasi dengan orang baru dan juga lingkungan yang baru.Aretha bahkan diam-diam sering menangis ketika ia hendak tidur, sebab selain merindukan anaknya, ia juga mengalami tekanan mental saat merawat bosnya yang sudah tua itu."Laoban, Laoban Niang, makan siang sudah disiapkan," ujar Aretha pada anak majikannya yang saat ini sedang berkunjung ke rumah ibunya."Iya, terima kasih, Retha.""Retha, bukankah aku sudah pernah bilang? Panggil kami, Thai-Thai dan Sienseng!" raung nenek yang dirawat Aretha. Majikan Retha sangat mempedulikan status, oleh karena itu ia tidak suka jika Aretha memanggil mereka dengan sebutan Laoba
Dua tahun kemudian ...Aretha entah harus merasa sedih atau senang, sebab saat ia hendak memperbaharui kontrak kerja, ternyata nenek yang selama ini ia rawat telah menghembuskan napas terakhirnya karena sakit, sehingga masa kontrak kerja pun berakhir dan Aretha diperbolehkan pulang ke Indonesia.Sebelum nenek sakit parah, ia pernah berpesan agar Aretha pulang saja jika dirinya telah meninggal. Nenek juga berpesan untuk menyuruh Aretha menerima saja apa yang akan anak-anaknya berikan nantinya."Semua wasiat Nainai sudah saya kirim ke rekeningmu, terima kasih karena selama ini sudah merawat Nainai dengan baik, salam buat keluargamu di Indonesia ya, dan hati-hati di jalan."Aretha kembali mengingat ucapan terakhir anak majikannya sebelum ia berangkat ke bandara, Aretha hendak menanyakan maksud wasiat yang dibicarakan bosnya itu, namun anaknya yang lain sudah mendesaknya agar cepat berangkat agar tidak ketinggalan pesawat.Aretha menghembuskan napas panjang ketika melihat buku rekening ta
Sesuai dengan dugaan Aretha, kini para tetangganya Fauzan mulai berbisik-bisik ketika melihat Aretha menempati rumah kosong yang berada di kawasan rumah mereka.Meskipun rumah itu terbilang sedikit jauh dari rumah Fauzan, namun tetap saja mereka sekarang berada di satu komplek, dan Aretha juga pasti sedang digosipkan bahwa ia belum bisa move on dari Fauzan."Eh, itu tuh ... dia keluar," bisik salah satu tetangga yang masih bisa didengar Aretha saat ia hendak membeli sayuran di pedagang sayur keliling."Lho, Mbak Aretha. Lama tidak kelihatan, bagaimana kabarnya?" tanya Mamang tukang sayur dengan ramah."Alhamdulillah baik, Mang. Mamang sendiri bagaimana?""Alhamdulillah baik juga, wah ... Mbak Retha habis kerja di luar negeri, pasti sekarang duitnya banyak dong.""Halah, sama saja Mang, kan cuma tiga tahun di sana," sahut Aretha merendah, namun itu malah menjadi bahan hinaan terempuk buat para tetangganya."Eh, Retha. Yang namanya kerja di luar negeri, nggak peduli berapa tahun juga ka
Nina melengos, namun sebelum ia pergi dari tempat itu, Nina sempat melirik isi keranjang belanjaannya Aretha. Melihat banyaknya aneka macam snack yang Aretha ambil, membuat Nina iri, dan tentunya ia juga tidak boleh kalah dari Aretha, lantas Nina pun segera mengambil lagi beberapa boks snack untuk anaknya."Ternyata Nilna suka jajan ya, kalau begitu ini ambillah, kamu kasihkan ke Nilna, ya anggap saja sebagai oleh-oleh aku pulang dari luar negeri," ujar Aretha sambil menyodorkan sekotak cokelat dengan harga yang cukup mahal.Di dalam hati Nina, ada sebuah gejolak perasaan untuk ingin mengambilnya. Namun, rasa gengsinya telah mencegahnya untuk mengambil barang tersebut."Huh! Maaf ya, Nilna nggak level makan cokelat murah seperti itu," sahut Nina sombong, padahal yang ditawarkan Aretha adalah cokelat dengan merek yang sudah terkenal enaknya, dan tentunya lumayan mahal."Oh ... kalau begitu bagaimana dengan yang ini?" Aretha mengembalikan cokelat di tangannya pada tempatnya, lalu kemud
Aretha dan Lina kini akhirnya sampai di depan toko swalayan tempat kerjanya Fauzan, dan juga Nila, yang kini sudah menjadi istrinya Fauzan."Kita mau beli apa di sini? Kan nggak mungkin kalau cuma lihat mantan suamimu dan istri barunya," ujar Lina polos, dan ia juga takut jika sahabatnya nanti akan dipermalukan dan dianggap belum move on dari mantan suaminya."Ya Kita lihat-lihat dulu, nanti kalau ada yang cocok ya kita beli," sahut Aretha santai sembari menahan senyum, ia sengaja menggoda Lina dengan jawaban seperti itu agar Lina semakin khawatir dan juga terlihat semakin lucu."Ish, kamu ini ... nanti kalau mereka berdua mempermalukan mu gimana? Aku kan khawatir.""Sudah kamu tenang saja, bukan aku yang nantinya akan malu, akan tetapi mereka," sahut Aretha sembari tersenyum miring.Lina menghela napas, ia bingung mau menjawab apa, yang penting ia hanya bisa berdoa semoga apa yang direncanakan sahabatnya itu akan selalu berhasil.Setelah masuk ke dalam toko, Aretha dan Lina langsung
Para karyawan langsung menunduk hormat ketika sang pemilik toko datang, begitu juga dengan Nila yang langsung menundukkan kepalanya dalam, sebab ia malu dan juga takut."Ada apa ini?" Ulang Pak Prabu dengan wajah sangarnya, namun ia langsung tersenyum ramah pada Lina, karena ia mengenal Lina sebagai istri temannya."Eh, Bu Lina. Anda bersama siapa, Bu? Dengan Pak Roni kah?""Oh, bukan Pak. Saya datang bersama sahabat saya, ini perkenalkan, namanya Aretha."Aretha dan Pak Prabu lantas bersalaman, lalu kemudian ia menanyakan masalah yang tadi lagi."Mohon maaf sebelumnya, ini ada apa ya Bu Lina?" tanya Pak Prabu yang memang tidak mengerti pokok permasalahannya, namun tadi ia sempat mendengar suara teriakan keras Nila."Jadi begini, Pak. Aretha tadi ingin minta warna lain dari baju ini, namun mbaknya mungkin sudah lelah ya, jadi dia marah-marah pada sahabat saya dan mengira sahabat saya hanya mengerjainya saja, padahal sahabat saya ini sudah membeli banyak baju lo, itu buktinya di atas m
Setelah puas berbelanja, Aretha dan Lina langsung pergi menuju parkiran, Aretha tidak jadi membeli kebutuhan pokok sehari-hari karena ia mendengar bahwa Fauzan sudah tidak bekerja lagi di bagian itu.Namun, siapa yang menduga jika Aretha tetap bisa bertemu dengan mantan suaminya, sebab saat ini Fauzan telah berlari menyusul langkahnya."Retha, ... Retha, ... tunggu!" teriak Fauzan di lorong basemen tersebut.Mendengar suara yang tidak asing di telinganya, Aretha sontak berhenti, lalu kemudian segaris senyum muncul di bibirnya yang tipis sebelum ia membalikkan tubuhnya."Tunggu ...." ujar Fauzan seraya terengah-engah.Aretha tersenyum, lalu ia mengatakan, "Ada apa?"Mendengar suara datar istrinya, hati Fauzan sontak mencelos, namun ia buru-buru tersenyum dan menanyakan kabar Aretha dengan ramah."Retha, bagaimana kabarmu? Lama tidak bertemu, kamu sekarang jadi jauh lebih cantik ya," puji Fauzan apa adanya. Ya, Fauzan memang bisa melihat perbedaan Aretha, begitu juga dengan orang-orang
Keesokan harinya...Sesuai dengan apa yang diinginkan Aretha, video yang direkam oleh orang suruhannya kini langsung viral, bermacam-macam komentar pun menghiasi video tersebut, yang intinya sama dengan persepsi orang-orang yang berada di tempat kejadian itu berlangsung."Mas Fauzan, ... Mas, ... Mas, ... cepat bangun, Mas! Kamu dan istrimu viral nih ...." teriak Nina sembari menggedor pintu kamar Fauzan.Sedangkan di dalam kamar, Nila sontak berdecak mendengar teriakan adik iparnya."Ish, itu apaan sih Adikmu, pagi-pagi sudah ganggu orang lagi tidur aja, berisik banget! Cepat sana bangun, urus itu Adikmu!" gerutu Nila sembari mengambil bantal yang ia gunakan untuk menutupi telinganya.Fauzan juga berdecak, namun ia segera bangun dan membuka pintu kamarnya."Ada apa sih? Ini kan masih jam setengah enam pagi, tapi kamu sudah ribut sendiri!" kesal Fauzan. Fauzan hendak menutup pintu kamarnya kembali, namun ia segera mengucek matanya ketika melihat caption videonya."Astaga, apa-apaan i