Kejadian yang sangat tiba-tiba ini benar-benar membuatku merasa bingung, terlebih sampai saat ini Alena masih belum memberi penjelasan apapun kepadaku. Aku masih belum tau apa tujuan Alena membawaku ke sebuah pondok kecil di tengah hutan yang saat ini sedang kami tempati. Dia sama sekali tak memberiku penjelasan apa-apa setelah kami sampai di pondok ini. Alena justru sibuk membereskan ruangan di pondok kecil ini yang memang terlihat kurang terawat.
Dari luar pondok ini terlihat seperti sebuah tempat rahasia. Setidaknya itulah kesanku saat pertama kali melihat pondok ini. Pondok kecil ini seperti bersembunyi dan menyatu dengan alam. Hampir seluruh permukaan temboknya tertutup oleh lumut hijau bahkan beberapa tumbuhan sulur sudah tumbuh subur di temboknya. Seolah-olah alam sendiri yang ingin menyembunyikan keberadaan pondok ini.
“Kak Lena ....” Panggilku dengan ragu memperhatikan gadis yang masih sibuk membersihkan beberapa benda yang ada di ruang tengah. Aku
Aku berusaha mengatur napasku dan mengendalikan deru jantungku yang masih tidak beraturan. Aku sudah kembali dalam wujud manusiaku, begitu pula Alena. Bisa kucium banyak sekali aroma wolf ditempat ini, dengan itu aku yakin bahwa kami memang sudah sangat dekat dengan tempat tujuan kami.“Aku yakin kita sudah sangat dekat,” ucap Alena pelan dengan mimik wajah yang serius. Aku mengangguk menyetujui ucapan Alena. Kuedarkan pandanganku pada sekelilingku, memastikan tidak ada wolf lain yang menyadari keberadaan kami disini. Kami segera bergerak perlahan, berpindah dari pohon satu dan pohon lain. Berusaha bersembunyi dan tidak menarik perhatian wolf lain.Kututup mataku perlahan dan berusaha memusatkan pikiranku pada aroma yang aku terima. Aku hanya perlu memfokuskan indra penciumanku untuk mencari aroma milik Dave di sini. Aku segera membuka mataku saat bau lavender yang memabukkan sudah terdeteksi penciumanku dan aku segera mengikuti a
Bisa kurasakan rasa sakit di sekujur tubuhku disertai hawa dingin yang terasa menusuk kulitku. Kesadaranku mulai terkumpul namun aku tak bisa membuka mataku. Ada sesuatu yang diikat dikepalaku dan menutupi pandanganku. Tubuhku terasa sangat lemas, namun posisiku saat ini memaksaku untuk tetap berdiri tegak. Tanganku terasa perih dan panas terlilit oleh besi logam yang dingin dan aku yakin jika aku sudah tergantung di posisi ini dalam waktu yang cukup lama.Tubuhku menegang, aku terkesiap saat mendengar suara pintu dan langkah kaki yang mendekat. Aku bisa langsung mencium aroma wolf yang sangat tidak asing bagiku. Aroma terakhir yang kuingat sebelum gelap mengambil kesadaranku.“Kau sudah sadar, sweety?” Tanya Eros dengan suara yang terdengar menjijikkan di telingaku. Aku hanya memalingkan muka tanpa membalas ucapan pria itu. Memori terakhirku kembali terputar dalam pikiranku, mengingat hal terakhir sebelum diriku berakhir di tangan pria in
Eros tampak sangat terkejut melihat kedatangan Dave yang begitu tiba-tiba. Tak hanya dia, bahkan aku dan Lucy juga terkejut melihatnya. Terlebih dengan aura yang dipancarkannya, dia seperti Dave yang berbeda. Tanpa aba-aba Dave langsung menerjang tubuh Eros, membuat pria berambut coklat itu tumbang sebelum menyadari sepenuhnya apa yang terjadi. Bisa kudengar Eros yang mengumpat beberapa kali saat Dave dengan mudah menancapkan cakar ke tubuhnya sebelum pria itu sempat menghindari serangan Dave yang begitu tiba-tiba. Dave terus menyerang Eros bertubi-tubi, tak memberikan musuhnya waktu untuk menyerang balik.Aku hanya terpaku di tempatku, tak melakukan apapun selain menyaksikan aksi brutal yang dilakukan Dave. Bibirku terkatup rapat dan suaraku seakan hilang. Mata yang dilumuri amarah itu seakan menyedot habis keberanianku. Aku tak ingin pertumpahan darah terjadi kembali, namun kurasa itu sangat mustahil untuk dihindari saat ini, melihat bagaimana Dave yang datang bagai b
Aku langsung menoleh ke arah pintu saat mendengar suara pintu kamar yang dibuka. Bibirku langsung tertarik keatas saat melihat siapa yang datang. Alena berdiri disana dengan wajah yang terlihat agak pucat dan mata yang bengkak. Gadis itu langsung menghambur ke arahku dan langsung memeluk tubuhku erat. Aku sempat terkejut saat mendengar suara isak tangis pelan gadis itu. Tubuhnya sedikit bergetar dan pelukan tangannya semakin erat.“Aku baik-baik saja,” bisikku pelan mengelus punggung Alena, berpikir itu bisa menghentikan tangisannya. Tapi tangisannya justru semakin menjadi setelah itu.“Hei, sudahlah aku tidak apa-apa,” ucapku lebih keras dari sebelumnya. Alena mulai melepaskan pelukannya dan aku bisa lihat wajahnya yang sangat berantakan.“Berhentilah menangis. Kau terlihat sangat buruk saat ini, kau tau?” ucapku sambil mengelap pipinya yang basah.“Buruk? Bercerminlah dulu, nona. Kau bahkan terlihat lebih buruk
Aku mulai turun dari bathtub dan segera melilitkan handuk ke tubuhku. Kutatap sendu ke arah pantulan diriku di depan cermin besar yang sengaja di pasang di kamar mandi ini. Tubuhku cukup mengerikan, banyak luka memar kebiruan dibeberapa tempat. Mungkin butuh beberapa hari lagi agar mereka menghilang. Sengatan kecil membuatku mengernyit. Tanganku mulai terangkat, menelusuri bagian leherku dan berhenti pada tanda yang ada di sana. Tanda itu terlihat coklat kemerahan dengan ukiran yang indah di sana. Tanda yang dibuat Dave hari itu... Terkadang tanda itu masih terasa sakit. Tidak, lebih tepatnya seperti sesuatu yang menyengat dan menusuk di sana. Tapi sebenarnya tanda itu baik-baik saja. Mama bilang itu hanya efek diawal, mereka akan pergi setelah beberapa hari atau setidaknya setelah terbiasa.Sudah seharian ini aku berada di kamarku, setelah kemarin mendapat ijin pulang kemari. Dan sejak menginjakkan kaki kerumah ini lagi aku belum melihat Dave sama sekali. Entah meng
Aku keluar dari kamarku dengan kaos warna tosca yang berleher tinggi dan leging hitam yang membungkus kakiku. Kuperhatikan sekelilingku dan kulihat semua orang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Aku merasa sedikit gugup saat orang-orang menyapaku dan memberi hormat padaku. Entah kenapa aku merasa tatapan mereka semua tampak sedikit berbeda saat melihatku. Apa ada yang aneh? Kuperhatikan penampilanku sekali lagi dan lagi-lagi aku tak tau apa yang membuat mereka menatapku seperti itu.“Akhirnya kau keluar juga!” Aku terlonjak kaget saat Alena tiba-tiba sudah dibelakangku dan langsung memelukku dengan erat.“Kakak, kau mengagetkanku.” Kataku sedikit kesal dan gadis itu hanya tertawa.“Maaf, maaf ... aku hanya terlalu senang. Kau tau, kemarin kau membuatku khawatir lagi” Alena mulai melepaskan pelukannya kemudian menatapku dari bawah hingga atas.“Ada yang aneh?” Tanyaku, sekali lagi melihat p
Aku menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang dari balkon kamar. Rasanya sudah sangat lama sekali aku tak pernah punya kesempatan untuk menikmati langit malam. Dan mulai hari ini, aku bisa merasakan banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku. Entah bagaimana, aku merasa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Aku mulai bisa merasakan kembali apa yang namanya kebahagiaan, meskipun masih banyak hal yang jadi pertanyaan di otakku setelah semua kejadian itu. "Indah?" Aku terkejut mendengar suara bariton di belakangku diikuti aroma lavender yang langsung memenuhi indra penciumanku. Entah sejak kapan Dave sudah berdiri di belakangku. Aku segera berbalik untuk menatapnya dan lagi-lagi aku dibuat terkejut karena Dave langsung memeluk pinggangku dan menarik tubuhku agar lebih dekat dengannya. "Ka ... kau membuatku terkejut," ucapku gugup, merasakan jantungku yang sudah meloncat loncat karena ulah Dave. Kami terlalu dekat! Bahkan dari jarak sedekat ini aku bisa mera
Embusan angin malam terasa sedikit dingin menerpa kami berdua. Ini sudah hampir tengah malam, tapi kami berdua masih di tempat ini. Tempat dimana tragedi besar enam belas tahun silam terjadi. Kami terdiam sangat lama setelah Dave menyelesaikan kisah kelamnya. Pria itu terlihat sangat rapuh saat ini. Dave terus mengucapkan kata maaf berkali-kali, bahkan untuk pertama kalinya aku melihatnya menangis malam ini. Dia terlihat sangat terbebani dengan dosanya, kesalahan besar yang pernah dilakukannya. Mata kelabu itu kini terpejam. Wajahnya tampak sangat lelah. Saat ini Dave sudah tertidur di pangkuanku. Malam ini, Dave menunjukkan sisi terlemahnya dan juga kerapuhannya. Segala hal yang tak pernah aku tahu. Dengan hati-hati aku mengusap rambut hitamnya perlahan, menyisirnya dengan jari-jariku. Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba Dave menangkap tanganku yang bertengger dikepalanya. "Emm .... Sia ..." gumamnya masih terpejam sambil bergerak tidak nyaman. "Aku