Share

Travel With You

Sebuah suara membangunkan mimpi yang sedang berlayar. Alarm di atas nakas itu sangat mengganggu waktu tidurku yang singkat.

"Nyonya Olivia!" panggil seseorang dari balik pintu kamar tidurku.

"Iya, siapa?" tanyaku pada suara tersebut.

"Ini saya, Helly! Apakan Nyonya membutuhkan sesuatu? Atau mau saya bawakan makanan?" sambil bertanya balik kepadaku. 

Aku Berpikir Mendekatkan sebelum meminta sesuatu kepadanya. "Tolong bawakan air lemon yang ditambah dengan sedikit madu dan gula. Dan juga bawakan dua roti bakar yang diberi selai nanas dan coklat di tengahnya" pintaku kepada kepala ART itu.

"Siap, Bu Mohon ditunggu!" sambil melangkahkan kaki pergi dari kamarku.

Aku menunggu sambil memainkan ponselku dengan bermain game yang sering direkomendasikan adikku. Beberapa menit kemudian, aku melihat gagang pintu bergerak tanpa ada seseorang yang memanggilku.

"Helly! Kenapa tidak ketuk pintu dulu?" teriakku kesal.

"Kamu mau marah sama aku?" tanya seseorang dengan suara yang familiar memasuki kamarku dengan membawa makanan yang tadi aku pinta. 

"Om Kevin?" ucapku kaget sekaligus bingung karena kedatangannya. Ia berjalan ke arahku dan duduk di samping tempat tidur sambil meletakkan makanan yang tadi dibawa olehnya.

"Kenapa meminta lemon? Ini masih pagi, kalau sakit perut gimana?" ujarnya tegas sambil menyodorkan kepadaku cangkir berisi air jahe bercampur gula aren. "Nah minum ini saja biar tubuh kamu jadi lebih segar!" perintah Om Kevin dengan nada yang tidak ingin di bantah.

"Enak dan hangat," ucapku kaget sambil terus menyeruput secangkir air jahe itu. Om Kevin hanya tersenyum tipis karena tingkah anehku.

"Hari ini jadi jalan-jalan kan? Setelah sarapan segera mandi dan bersiap-siap. Hubungi aku jika sudah siap," ucap dia datar sambil meninggalkan kamar ini.

Aku menikmati satu roti sambil membersihkan kamar. Pemandangan indah terlihat ketika aku membuka gorden kamar itu.

"Tempat yang indah jika dikunjungi bersama keluarga." Tanpa kesadaran kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku.

Setelah beres, aku segera mandi dan berganti pakaian. Aku keluar dari pakaian Walk in Closet dengan menggunakan kaos berwarna biru laut, celana kulot berwarna putih, dan disertai jaket jeans yang berwarna senada dengan celana serta sepatu heels setinggi dua cm. Tak lupa menambah aksesoris seperti tas berwana gradiasi putih biru, dan beberapa aksesoris tubuh lainnya.

"Aku sudah siap!" ketikku dalam sebuah pesan yang akan dikirim ke Om Kevin. 

Om Kevin hanya membaca pesanku tanpa membalasnya. Suara langkah sepatu terdengar keluar dari sebuah ruangan Kantor K&G milik kak Gehna.

"Ayo!" ucap seseorang yang kini berdiri di belakangku.

Aku terpaku kagum karena ketampanan si Duda ini. Sangat jarang aku melihat dirinya memakai baju kaos dan celana Jeans. Hari ini entah kebetulan atau memang dia memata-matai aku, Ia menggunakan outfit yang senada dengan outfit yang aku gunakan. 

"Kenapa bengong? Saya tau saya tampan!" katanya dengan begitu sombong.

Entah aku yang beruntung atau hanya kebetulan, aku menemukan pengganti sosok ayah dari Om Kevin. Ia dingin tapi hangat. Jarang Ia mau melakukan sesuatu untuk orang lain. 

Dengan keadaan yang masih linglung, Om Kevin mengambil tanganku dan memasukkan jari-jarinya ke setiap sela jari-jariku. Ia menuntunku ke sebuah mobil hitam legam yang hanya berisi 2 kursi di dalamnya. Ia membukakan pintu untukku dan memintaku segera masuk. 

"Kita mau kemana?" tanyaku sambil memandang Om Kevin yang tengah fokus mengemudi.

"Kamu tidak perlu tau, kamu hanya perlu duduk manis dan menikmati perjalanan ini. Saya akan mengajak kamu keliling pusat kota New York." Ia menjawab sambil tersenyum manis meski tetap fokus mengemudi.

Aku menuruti perkataannya, hanya perlu duduk manis dan menikmati setiap isi kota New York yang kami lewati. Aku memandang keluar kaca mobil dengan penuh kekaguman. Begitu indah tempat ini! Andai ayah tidak berpaling dari ibu, aku yakin seluruh dunia ini akan kami jelajahi bersama.

Aku tertidur selama setengah jam perjalanan. Om Kevin membangunkan aku dan mengatakan kalau kami sudah sampai.

"Bangun, Olivia! Kita sudah sampai," ucapnya dengan menepuk pelan pundak ku.

Aku keluar mobil setelah membenahi make up-ku yang berantakan. Kami berada di sebuah taman bermain terbesar di Pusat kota New York.

"Bersenang-senanglah sana," bisik Om Kevin, karena ramainya pengunjung membuat kami harus bicara saling berbisik.

"Bersamamu!" teriakku sambil menarik tangannya dan berlari mendatangi setiap permainan yang ada di taman itu.

Kami menaiki berbagai macam permainan. Dari biang lala, paralayang, Turbo Drop, Roller coaster, dan masih banyak lagi. Selama bermain kami selalu tertawa, terlebih Om Kevin yang sangat jarang tertawa kini ia bisa tertawa lepas. Aku bisa merasakan tertekannya jadi seorang Kevin Aprilio. Karena pekerjaannya dan orang-orang terdekatnya, Ia hampir kehilangan jati diri yang sebenarnya.

"Aku laparrr!" rengekku seperti anak kecil pada Om Kevin. 

"Hmm, yaudah ayo kita kesana. Banyak jajanan yang bisa kamu coba," ajak Om Kevin dengan wajah yang kini terlihat sangat ceria, Ia seperti bukan Kevin Aprilio yang aku kenal. 

Setelah hampir satu jam belanja makanan, kami kini beranjak ke tempat tujuan kedua. Tanganku dipenuhi oleh makanan yang tadi kami beli. 

"Aaaaa...," ucapku sambil menyuapi Om Kevin yang sedang fokus pada jalannya.

"Kita baru pergi kedua tempat, masih banyak lagi yang akan kita kunjungi. Apa kamu tidak apa-apa jika harus pulang larut malam?" tanya Om Kevin dengan nada yang terdengar khawatir.

"Tidak apa-apa, kan pulang tetap bareng Om Kevin," jawabku dengan terus memakan makanan yang masih banyak di asuhanku.

Setelah mendengar jawabanku, Om Kevin melepas satu tangannya dari kemudi dan membelai lembut pipiku. Selama perjalanan ia tidak pernah melepas tanganku meski aku sudah merasa penat.

Kami sudah sampai di tempat kedua, yaitu Mall terbesar yang ada di pusat kota ini. Selama tiga jam lebih Om Kevin menemaniku berbelanja, meski aku tau kalau dia kelelahan, ia tidak pernah mengeluh sedikitpun kepadaku.

Setelah selesai, kami segera membayar dan pergi dari Mall itu. Kami pergi ke beberapa tempat tujuan lainnya yang sudah direncanakan oleh Kevin Aprilio.

Malam pun tiba, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Kami tiba di tujuan terakhir sekitar pukul setengah delapan. Tempat terakhir ini adalah pasar malam yang terbesar di Pusat Kota New York. Dan sangat kebetulan, malam ini ada Event yang mengundang beberapa Artis terkenal dari berbagai Negara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status