“Siapa yang menolongmu?” tanya Ny. Beatrice pada Axel. Dia datang karena Rexy yang meneleponnya. Kalau tidak ada Ny. Beatrcie mungkin sampai pagi Cora masih memberontak sambil menangis kencang. Hanya ibunya yang bisa menenangkan Cora.
“Tn. Edgar,” jawab Axel.
“Edgar?” kaget Ny. Beatrice mendengar nama mantan suaminya itu. “Apa tujuannya?”
“Entahlah. Saat setengah tubuhku sudah terkena api karena di bakar oleh Shea, tiba-tiba ada yang masuk sambil menyemprotkan alat pemadam kebakaran. Ternyata dia adalah Tn. Edgar. Setelah aku diobati dan tubuhku membaik, dia menyelamatkanku karena dia menganggapku sebagai anaknya. Itu agak aneh tapi, memang begitu,” jelas Axel, sesuai kejadian sesungguhnya.
Ny. Beatrice sangat malas mendengar nama Tn. Edgar yang ternyata masih ada di sekeliling mereka. Dia sudah tidak bisa lagi mempercayai mantan suami
Alunan musik klasik, mengalir lembut melalui tape kecil bernama walkman. Sama seperti lagunya, benda itu juga pernah booming di era 80-an sampai 90-an. Walaupun di jaman sekarang sudah banyak lagu-lagu yang lebih populer dan modern, si pendengar tetap menyukai lagu jenis itu. Lagu-lagu yang diciptakan jauh sebelum dirinya lahir itu lebih menenangkan gadis yang masih berusia 20 tahun, bernama Cora. "Today is gone so i have you fun run, Another day may never comes..." Begitulah lirik yang tengah Cora gumamkan sepanjang kegiatannya membersihkan rumah, juga di saat pikirannya kacau lagi. Tempat tinggalnya berada di salah satu kamar di sebuah apartemen kumuh, tepatnya di lantai 4. Gedung apartemen itu berada tak jauh dari pantai. Cukup melihat dari jendela saja, kita bisa melihat cantiknya lautan biru. Apalagi saat pagi dan sore, saat sang pencipta menggoreskan lukisan indahnya tepat di atas lautan itu. Brak!Tiba-tiba walkman milik
Sorakan penonton di gedung yang telah tergapai itu, seolah memanggil Cora untuk membuatnya segera terdaftar sebagai salah satu korban perjudian. Uang para pengusaha, pejabat, dan konglomerat itu sudah menggonggong tak sabar untuk keluar dari saku mereka dan berpindah ke majikan baru. Majikan yang akan mereka pilih sebagai jagoannya di perjudian ini. Sikap Axel yang terlihat kebingungan di sana, memancing seorang pria berjas merah berjalan menghampirinya. Pria itu masih terlihat cukup muda. “Perkenalkan aku Max, aku bandar judi. Kau siapa? Sepertinya aku baru melihatmu," tanyanya. “Aku Axel. Aku adalah pengganti Tn. Owen,” jawab Axel. Max mengangguk sambil menuliskan nama Axel di sebuah tablet yang terhubung pada komputer admin. Dia beralih memperhatikan orang yang bersama Axel yang tak lain adalah Cora. “Apa pria ini korbannya?” tanyanya. Penyamaran Cora berhasil. Tak ada yang bisa mengira kalau sebenarnya dia adalah seorang wanita. Axel mengangguk sa
"Kau puas dengan kekalahanmu?" sindir seseorang di belakang Axel. Suaranya yang lembut, menandakan pemiliknya adalah seorang perempuan. Kekesalan Axel yang sudah mereda karena menerima uang dari penonton, kembali merasukinya. Sindiran pedas itu tak bisa dia terima begitu saja. Terang saja, sifat gengsi yang membuatnya tak mau mengakui kekalahannya adalah penyebabnya. Dia bahkan sudah mengumpulkan tenaganya agar bisa langsung memberikan tonjokan pada wanita sombong itu setelah dia menoleh. Tangannya sudah menggenggam keras, dan siap untuk aksinya. Axel membalikkan tubuhnya dan langsung mengetahui pemilik suara itu. Dia adalah Ny. Yara, lawan mainnya tadi. Axel menahan dulu emosinya karena ternyata Ny. Yara tidak datang sendirian. Ada beberapa bodyguard yang berjaga tepat di pintu keluar dan mengawasinya. Itu membuatnya terpaksa harus menyembunyikan tangan kirinya yang masih terkepal di belakang punggungnya. "Menurutmu aku puas?" Ny. Yara ters
Hari baru telah dimulai. Harapan Cora untuk hari ini, semoga lebih baik dari kemarin. Lebam-lebam kemarin, warnanya sudah berubah lebih pekat dibanding kemarin. Rasa sakitnya sedikit berkurang berkat petugas UKS, walaupun hanya berkurang 10% . Tidurnya juga lebih nyenyak dari satu jam dari kemarin. Memang tubuhnya masih terasa nyeri, tapi Cora tetap harus menyiapkan sarapan untuk seisi rumah. Dia membuat makanan simpel seperti beberapa roti bakar dengan gurihnya margarin dan juga semangkok bubur untuk ayahnya. Semua itu sudah tercepak rapi di atas meja makan. Langkah selanjutnya, dia membuatkan 3 gelas susu untuk masing-masing anggota keluarganya. Tn. Owen juga sudah menghampiri meja makan dengan kursi rodanya. “Kau pucat, apa kau sakit?” tanyanya yang menyadari kondisi Cora yang tampak kurang fit. “Aku hanya kelelahan sedikit,” bohong Cora sambil tersenyum tipis. Tn. Owen tetap memberikan tatapan curiga. Dia mendekatkan bubur buatannya ke a
Setelah menyapa keluarganya sesaat, dan juga mengembalikan uang dari ayahnya kemarin, kini Axel menidurkan tubuhnya yang sudah terasa lemas di ranjangnya. Berhubungan 3 ronde dengan wanita ganas itu bukan pilihan yang bagus. Ny. Yara yang memiliki julukan Woman on Top, sudah menjawab bagaimana panasnya permainan semalam. Permainan yang juga merenggut perjakanya. Energi Axel yang sangat kuat apalagi soal pukul memukul, saat ini benar-benar habis. Melayani nafsu Ny. Yara yang sangat buas, membuatnya menjadi lemah tak berdaya. “Wanita itu luar biasa…” gumam Axel sambil terkekeh. Foto di mana Ny. Yara duduk di kursi Zero O'clock, sedari tadi menyita perhatiannya. Semua yang dia lakukan, hingga tak ragu menjadikan dirinya barang paling hina, tentunya tidak gratis. Dia meminta sebuah bocoran tentang perjudian itu agar dia juga bisa tersenyum lebar karena kemenangannya, seperti Ny. Yara di foto itu. Sore nanti, bocoran dari Ny. Yara akan segera dia dapat
"Kau mau? Ini enak Finn..." tawar Hazel sambil menyodorkan ice cream rasa coklat yang tengah dinikmatinya. Wanita bernama Hazel itu adalah kekasih Finn yang juga mahasiswa baru sama seperti Cora. Dia sangat cantik juga imut dengan rambut panjang yang juga berponi. Senyumnya yang tercetak di bibir tipisnya, pasti membuat semua pria ingin mendapatkan gadis secantik itu juga. Sebenarnya Finn yang waktu itu berada di barisan mahasiswa baru, hanya ingin mengobatinya rasa rindunya pada Hazel yang baru saja pulang dari London setelah lulus dari bangku SMA-nya. "Ini masih pagi, sayang. Jangan makan itu dulu, nanti kau bisa flu," omel Finn sambil berusaha mengambil ice cream itu dari tangan Hazel. "Tiiidaak! Ini enak…" Hazel berlari kecil agar Finn tidak bisa merampas ice creamnya. Saking takutnya makanan favoritnya diambil, ia sampai tidak melihat jalan menurun di depannya yang membuatnya terjatuh. Brak!Pantat Hazel terduduk keras di lantai. Ice cream
Ny. Beatrice berusaha mengatur napasnya juga mengontrol detak jantungnya yang semakin kencang saat melihat pistol yang terpasang di celananya. “Apa yang kau bicarakan? Kau tidak lihat, aku seharian di toko kue. Seharusnya kalau menuduh, harus ada bukti.” Dia juga tetap menjaga nada tenangnya agar bisa mengelabui suaminya. Suaminya yang merupakan seorang komandan polisi, sangat sering bertugas pada malam hari, hingga membuatnya tak pernah tahu apa yang istrinya lakukan saat jam 12 malam. “Lalu kartu-kartu itu? Kenapa ada di sini?” Tn. Edgar masih tidak percaya dengan penjelasan Ny. Beatrice. “Ya, aku hanya ingin melepas penat. Aku bermain dengan karyawanku di sini. Ya… dengan taruhan kecil tapi itu tidak membebankan mereka." Ny. Beatrice terus mencari-cari alasan yang aman. Mata Tn. Edgar masih menajam seperti tatapan awal saat dia membuka pintu ruangan itu. “Kau masih tidak mau mengakuinya?” Walau takut, Ny. Beatrice tetap bersikap angkuh karena
“Kenapa kau terus mengungkit itu?” tanya Tn. Edgar tak suka. Pembicaraan mengenai KDRT yang pernah ibunya alami dulu, selalu membuat Finn geram. Perlakuan kasar itu, tak pernah sedikitpun memunculkan perasaan bersalah pada diri Ayahnya. Sangat malas rasanya bila harus melawan orang berhati batu seperti dia. “Lagipula itu memang kesalahan ibumu sendiri, kan?” Tn. Edgar kembali memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri. Finn tersenyum kecut. Bosan mendengar semua kalimat pembelaan yang selalu menyudutkan itu. “Kalau begitu, kenapa kau memaksa untuk tetap menikahi seorang pejudi, lalu melarangnya berjudi? Kau bisa menikahi wanita lain, ayah.” Skakmat dari Finn itu, membuat Tn. Edgar kembali mengingat awal mula pernikahannya dengan Ny. Beatrice. Jika kalian berharap pernikahan mereka diawali oleh kisah yang romantis, kalian salah besar. Tn. Edgar bukan tipe pria yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandang pertama. Hal yang memotivasi untuk rencananya a