Helio terdiam mendengar penuturan Althea. Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang melibatkan kerajaan Karsari. Padahal kerajaan itu sebelumnya jauh dari kata problematik. Benarkah kerajaan itu akan menyerang kerajaan ini? Padahal Mikhail telah membuat perjanjian pernikahan dengan kerajaan tersebut. Dan sekarang, kerajaan itu berhubungan dengan petunjuk yang tengah mereka cari. "Apakah William tengah berada di sana? Kalau ditarik kesimpulannya, tidak ada variabel yang lebih komplit dan pas selain dia ada di sana." Ucapan Helio membuat Althea mau tidak mau menyetujuinya. Yah, saat ini kemungkinan itu yang paling memungkinkan dan paling mendekati. "Apakah kita akan ke sana?"Heio kontan menggeleng. "Tidak bisa. Kondisi saat ini tidak memungkinkan kita untuk pergi ke sana."Althea mengerutkan dahinya. "Memangnya kenapa?"Helio terdiam. Ia pikir, percuma saja jika menyembunyikannya pada Althea. Toh, sebentar lagi masalah ini akan terkuak ke bangsawan lain, termasuk Duke Foster yang
"Reinkarnasi penyihir agung?" Mikhail terdiam di ruangannya sambil memikirkan perkataan yang dikatakan oleh perempuan yang bernama Eleanor Rittenheim tersebut. Dari namanya, Mikhail tahu dia bukan orang biasa. Gadis itu memiliki marga, jelas bahwa dia adalah seorang bangsawan. Kenyataan bahwa ada seseorang yang mengaku bahwa dia merupakan reinkarnasi dari penyihir agung juga tidak masuk akal bagi Mikhail. Apalagi ia yang merupakan orang realistis sulit untuk memercayai adanya hal-hal tersebut. Mikhail tahu, bahwa Kerajaan Hymnea didirikan dengan bantuan penyihir, bahkan Ratu pertama dari Kerajaan ini juga memiliki kekuatan sihir yang luar biasa. Namun, untuk mempercayai bahwa adanya reinkarnasi penyihir agung di waktu ini membuat Mikhail harus memikirkan apakah ia harus mempercayainya atau tidak.Satu-satunya jalan untuk membuktikan perkataan perempuan itu adalah dengan menanyakan orang yang mencarinya, apakah reinkarnasi tersebut benar-benar ada atau tidak. Yah, setidaknya Mikhail h
Dengan berat hati Helio menceritakan semua kejadian yang ia dan Putri Althea alami selama ini. Mulai dari Althea yang menceritakan mimpi awalnya yang melihat masa kecil Helio, hingga petunjuk mengenai penyihir agung yang bisa menjawab alasan kenapa mengalami kejadian seperti ini. Mikhail hanya diam mendengarkan. Jujur, bagi orang yang logis, kejadian ini sangat berada di luar nalarnya. Jika saja yang bercerita di depannya saat ini bukan Helio, dan kejadian beberapa saat lalu dengan pelayan yang mengaku sebagai reinkarnasi penyihir, ia akan enggan mempercayainya. Apalagi, kejadian kali ini menyangkut tentang Althea, salah satu orang yang spesial bagi Mikhail, mau tak mau lelaki itu mempercayai kejadian kali ini. Setelah Helio menjelaskan dengan panjang lebar, Mikhail masih terdiam, larut dalam pikirannya. Helio menatap Mikhail dengan pandangan resah. "Jadi, itu ceritanya, kenapa kami mencari penyihir agung. Ehm, Mikhail, apakah kau mendengarkanku?" Helio mengibaskan tangannya ke kanan
Seorang perempuan dengan rambut keemasan sepinggang sedang memandangi pemandangan yang ada di balkon kamarnya. Mata coklat keemasan itu terlihat menyapu bersih pohon-pohon serta taman depan yang ada di pekarangan kediaman Duke. Perempuan itu, yang tak lain adalah Althea Hera Foster, putri tunggal dari Duke Foster menghirup udara pagi dengan pelan. "Pagi yang indah," gumamnya pelan. Tak lama setelah itu, terdengar ketukan dari pintu kamarnya. Setelah mendapat izin oleh Althea, para pelayan memasuki kamarnya. Seperti biasa, rutinitas paginya adalah mandi, mencuci muka, memakai gaun, lalu belajar untuk menjadi penerus di keluarga ini. Selama 17 tahun hidupnya, Althea tidak pernah mengeluhkan apapun tentang rutinitas yang selalu sama. Baginya, hal ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang putri sekaligus calon pewaris dari keluarga Duke. Setelah bersiap, Althea berjalan menuju meja makan. Melihat hidangan yang sudah disediakan hanya untuknya membuat Althea paham
Kereta kuda berwarna putih dengan ukiran keemasan dan lambang kerajaan di tengah pintu dari tadi pagi membuat rakyat heboh. Para rakyat berkumpul di pinggir jalan yang akan dilewati oleh kereta kuda tersebut menuju istana. Mereka bukan antusias terhadap kereta kudanya, melainkan karena orang yang berada di dalam kereta kuda tersebut. Kabarnya orang itu adalah seorang pangeran yang dulunya diasingkan ke wilayah ducy, wilayah tempat kelahiran ratu dulu, yang mana adalah ibu kandungnya sendiri. Saat kereta kuda tersebut sampai di desa, para rakyat sibuk berdesakan untuk melihat paras dari pangeran tersebut. Namun, mereka tidak melihat apa-apa karena jendela dari kereta kuda tersebut ditutupi oleh kain yang ada di dalamnya. "Ah, kenapa harus ditutup sih? Padahal aku ingin melihat wajahnya." "Hus! kau tidak boleh bicara begitu, panggil beliau pangeran, atau kau bisa dihukum karena tidak menghormati keluarga kerajaan." "Hey lihat, kabarnya pangeran Helio sangat tampan, aku tidak sabar in
Mendapat surat undangan dari keluarga kerajaan membuat kerutan di dahi Althea tak kunjung hilang. Selama ini ia jarang mengunjungi istana, bahkan sejak berteman dengan Mikhail terhitung beberapa jari saja ke sana. Apa ini surat dari Mikhail? Tapi kalau dari Mikhail tidak mungkin, ia pasti akan datang langsung ke sini untuk menemuiku, batin Althea."Marie, tolong persiapkan perlengkapanku besok untuk ke istana," ucap Althea meletakkan undangan tersebut di meja belajarnya. "Baik, nona." "Kau boleh kembali." Setelah terdengar pintu tertutup, Althea menatap jendela sambil bersedekap. "Aku tidak bisa memperkirakan akan bertemu dengan siapa besok," gumamnya sebelum menutup gorden. Pagi harinya, para pelayan yang ada di kamar Althea sibuk mempersiapkan gaun, perhiasan, serta riasan untuk majikannya. Althea yang baru saja selesai mandi langsung digiring untuk memilih gaun yang akan dipakai nanti. Pandangan gadis itu tertuju pada gaun biru langit dengan hiasan kupu-kupu di bagian sisi kan
Althea membuka matanya. Perlahan, sinar mentari masuk melewati jendela kamarnya, suara-suara burung mulai terdengar di indra pendengaran. Setelah pandangannya jelas, ia langsung mengetahui tempat ini di mana. Ya, sekarang gadis itu sedang berada di kamarnya sendiri. Althea meringis ketika ia mengangkat sebelah tangannya untuk mengambil air minum di nakas sebelah tempat tidur. Gadis itu melirik perban yang telah melekat di lengannya. Tak butuh waktu lama, ingatannya kembali pada waktu itu saat ia berusaha melawan seseorang yang ingin menculiknya, tapi diselamatkan oleh pria bertudung coklat yang disangkanya Pangeran Helio yang tengah diperbincangkan oleh orang-orang akhir-akhir ini karena ketampanannya. Althea menghela napas pelan, kejadian itu masih terasa nyata baginya. "Nona Althea, syukurlah Anda telah bangun, apa masih ada bagian yang sakit?" Tanya seorang pelayan muda yang baru memasuki kamarnya yang dijawab gelengan oleh Althea. Gadis itu membawa baskom untuk majikannya mencuc
Mikhail berjalan dengan gontai menuju istananya. Bukan karena ia malas mengikuti segala kegiatan yang banyak menguras tenaga dan pikirannya, tapi karena sepenggal pertanyaan Helio. Pertanyaan yang masih terpatri dalam ingatannya. "Suka? Aku?" Sembari berjalan, Mikhail terus melontarkan tanya atas apa yang ada di pikirannya. Langkah kakinya terhenti. Kepalanya menatap sisi kanan, dan pemandangan taman istana putra mahkota terpampang indah seluas mata memandang. Mikhail tidak pernah lupa, bahwa tempat itu adalah pertemuan pertamanya bersama Althea. Lelaki itu tanpa sadar tersenyum ketika memori itu terputar dalam kepalanya. "MIHAEEEL!!" Teriak Althea dengan keras, mata anak perempuan kecil itu sudah berkaca-kaca, bibirnya melengkung ke bawah, dan kedua tangannya terkepal, serta kaki yang menghentakkan tanah berkali-kali. Anak lelaki yang ada di hadapannya malah tertawa, bukannya menenangkan orang yang ada di hadapannya, Mikhail justru semakin mendekat ke arah anak itu sambil menakut