Share

Main Dukun

"Gue sial, Cuy!" Ethan mengucapkannya setelah menghela napas panjang. Ia baru mau keluar rumah setelah diajak bertemu oleh sahabatnya, Ridwan. 

Ridwan adalah satu-satunya sahabat terbaik dalam hidupnya. Mereka menggila dan besar bersama dari kecil. Susah senang selalu bersama. Bagaikan perangko dan amplop yang saling menyatu. Malam itu jika Ridwan ikut, pasti sahabatnya akan tahu Ethan dikutuk.

“Sialnya gimana? Yang jelas kalau cerita!” Ethan ini kebiasaan, kalau cerita setengah-setengah dan bikin penasaran, kan Ridwan jadi sedikit emosi, belum lagi pekerjaannya banyak yang menumpuk. Melayani Ethan satu orang yang membanggokan ini sungguh melelahkan.

“Gue abis kena kutukan.” Lagi-lagi hanya sepotong dua potong cerita.

"Hah ... apa? Serius lu? Siapa yang berani ngutuk lu, Et?" Ridwan tak habis pikir. Seorang seperti Ethan yang ditakuti banyak orang ini dikutuk? Ethan tengah mabuk atau hanya bercanda?

Ridwan mendekati Ethan, tapi ia tidak mencium aroma alkohol dari tubuh sahabatnya itu. Ethan sampai menyingkirkan Ridwan yang mengendus-endus tubuhnya. Memangnya ia bau apa? Sebelum datang ke sini, ia menyemprotkan parfum seharga lima puluh juta, bukan yang ecek-ecek sepuluh ribuan. Deodorannya saja deodoran sultan seharga lima juta.

"Nenek-nenek yang gue kira Nita, Cuy. Malam gue mabok terus berantem sama cewek itu, abis gitu ketemu nenek-nenek, nah … si nenek ini ngutuk gue. Tolongin gue please!" Hanya pada Ridwan-lah Ethan meminta pertolongan. Ia mau meminta tolong kepada siapa lagi? Ke ayah ibunya? Nanti yang ada dia malu. Pada Bryn apalagi? Anak kecil itu tau apa.

"Dikutuk apa?" tanya Ridwan penasaran. Ia seakan mimpi di siang bolong saat Ethan berbicara tentang sebuah kutukan.

"Sedih banget, kutukannya bikin gue sial dan nggak bisa gunain aset gue lagi. Bisa malu gue sama mantan istri-istri gue."  Ethan menggaruk tengkuk sambil duduk bersandar di sofa milik Ridwan. Ruangan Ridwan lumayan nyaman dan kedap suara. Mau membicarakan rahasia apa pun tidak akan ada orang yang mendengar.

"Apaan? Kasih tahu gue." Ridwan lagi-lagi penasaran apa yang dimaksud oleh Ethan ini.

"Im-po-ten, Cuy!" Ethan mengatakannya sambil berbisik, biar kata kedap suara tetap harus jaga-jaga.

Ridwan yang mendengarnya pun terkekeh. "Bhahahaha! Masa iya?" Orang semuda Ethan bisa im-po-ten? Adakah kutukan semacam itu? Rasanya ia baru mendengar sekali ini. Ridwan bukan orang yang agamis, berbudaya serta percaya akan hal-hal berbau mistis.

"Heh …. Kok lo gak percaya, sih? Ini beneran tau, gue nggak bohong. Kutukannya nyata!" Ethan menarik dasi Ridwan, lalu mengangguk sambil menatapnya.

“Gue bantuin lu dengan cara apa, yaaaa? Hemmm ….” Ridwan berpikir keras sambil menyangga dagunya dengan satu tangan.

***

Duarrrr ….. Duarrr …. Duarrr

Mendadak ada suara petasan di kamar seorang pria yang tertidur pulas. Kamar ini luasnya lebih dari sepuluh meter, memiliki fasilitas lengkap, ada kamar mandi yang luas dan mewah juga lalu ada ruangan walk in closet yang luasnya hampir sama dengan luas kamar. Interior dari bahan marmer dinding plus lantai, lampu crystal dan perabotan semuanya berbahan mewah, ada banyak kaca pula yang menambah kemewahan gemerlap barang-barang itu.

Pakaian serta apapun yang akan di pasang ke tubuh pria itu, semuanya mahal dan dari merk ternama.

Pagi-pagi begini ada petasan yang meledak di kamarnya, tentu akan menggemparkan dan mungkin bisa buat kebakaran. Kalau kamar ini iya kebakaran nanti pria tampan itu bisa hangus dong. Kasihan!

Siapa sih yang iseng menyalakan petasan di kamar orang, tidak ada etika dan kesopanannya, nanti kalau ada nyawa yang melayang bagaimana?

Wts tapi jangan terlalu berlebih-lebihan, toh dia menyalakan ini pakai perhitungan dan cuma iseng-iseng aja. Petasan yang digunakan kecil dan ledakannya juga tidak akan melebihi tiga meter, secara kamar luas jadi aman. Suara yang ditimbulkannya tidak akan bikin orang yang dengar budeg, paling kaget doang. 

Netra pria yang sedang tidur pulas pun mendadak jadi melek maksimal, indra pendengarannya pun berdengung kacau. Siapa yang tidak kena serangan jantung kalau dibangunkan seperti ini. Makhluk belah mana yang berani mengganggu ketentraman pria tampan ini? Bisa habis bersih dia sikat kalau tahu orangnya siapa. Kurang ajar!

Eh ternyata saat kepala itu menoleh ke arah jam tiga, ada sosok pria tampan lain yang memegang sisa petasan dan korek api. Tersangka itu sedang bersiap menyalakan petasan yang baru. Seenak jidat main petasan di kamar mewah. Udara kamar yang semula segar mendadak jadi bau gas beracun dari petasan murahan itu, paling beli di pasar sepuluh ribuan isi lima dan bentuknya macam korek api.

“Ooooo ….. Ternyata tersangkanya ini to!” Ethan menaikkan satu alisnya dengan wajah yang memerah karena emosi.

Pria berperawakan tinggi berisi yang mengenakan pakaian santai kemeja lengan pendek dan bawahan celana chinos pun nyengir kuda. Dia angkat tangannya tinggi-tinggi karena sudah terlanjur kepergok mau beraksi lagi.

Badan saja besar, kelakuan masih kayak bocah! Ridwan tersangka yang berusaha membangunkan Ethan dengan kasar dan jahil seperti ini.

Untungnya pagi ini Bryn sedang pergi ke rumah neneknya, coba kalau ada di rumah dan melihat aksi Ridwan, bukannya anak itu bakal kaget, tapi malah ikut main. Bryn kan suka petasan tapi dilarang main mainan seperti itu karena membahayakan. Anak kecil mana yang tidak suka kehebohan, jadi daripada Bryn kenapa-napa, banyak yang serba Ethan larang.

Uhuk …. Uhuk …. Berhubung gas dari api pembakaran disertai asap tebal petasan sudah menyelimuti kamar Ethan, dia buru-buru bangun dan membuka jendela.

Benar-benar jahil teman yang satu ini, tapi modelan Ridwan ini langka lho Bund. Dia ada saat susah ataupun senang, dia juga datang tanpa diundang, pergi juga tanpa diantar, jelangkung dong!

“Kampret lu, Wan. Lo mau bunuh gue?” tanya Ethan sambil bersiap meraih guling untuk ia pukulkan ke kepala Ridwan, sahabatnya itu harus ia berikan pelajaran.

Ridwan yang akan dapat serangan pun lari terbirit-birit menghindari Ethan yang sedang murka.

“Mau bikin rumah gue kebakaran?” tanyanya dengan nada tinggi sambil mengejar Ridwan, alhasil dua pria tampan ini main kejar-kejaran di kamar Ethan.

“Terus mau ngapain main petasan di kamar gue?” Lama-lama Ridwan dia tarik ke kamar mandi lalu kepalanya dia masukkan ke air di bathtub. 

“Buat bangunin Elo.” Ridwan malah menjulurkan lidahnya. Entah ada angin apa, hari ini dia begitu jahil. Semalam dia dapat ide dan ingin melaksanakannya hari ini.

“Bangunin orang tidur gak gitu juga kali.” Ada banyak cara, digoyang-goyang, ditoel, dijilat, dicelupin. Eh malah jadi oreo.

“Abisnya lo kan keblu.” Ridwan sudah coba banyak cara tapi sahabatnya tak bangun-bangun, setelah berjuang baru dia keluarkan senjata terakhir yakni petasan, baru petasan doang, belum bom atau granat eya.

“Kampret lu. Ini masih pagi dan gue libur kerja.” Kalu libur ya enaknya tidur sendiri, apalagi ditidurin cecan alias cewek cantik. Etss tapi kalau bawa cewek cantik bobok gak pernah di rumah ini ya. Bahaya kan ada Bryn, nanti dia tahu keburukan ayahnya.

“Mau rebahan aja apa cari solusi buat matahin itu kutukan lo?” tanya Ridwan sambil duduk manis di lantai sambil menyangga dagunya dengan kedua tangan. Sudah capek lari-larian, dia juga memberikan tawaran terbaik, pasti Ethan tak akan marah lagi.

“Mmmmm …. tidur!” Ethan malah kembali menenggelamkan wajahnya ke bantal lagi. Dia kan frustasi karena tak menemukan cara apapun untuk mematahkan kutukan ini.

Ridwan buru-buru menarik kaki Ethan agar pria itu tidak tidur pulas lagi. “Gue sumpahin gak bisa patah kutukannya ntar. Buru mending ikut gue cari solusinya, kurang bae apa gue sampe nyamperin dan mau bantuin elo. Kemarin aja minta dibantuin, sekarang lo malah santai-santai. Apakah mau selamanya aset lo itu tidur, Nak?” Ridwan tak mau membayangkan jika dia di posisi Ethan, pasti sudah diceraikan istrinya, kalau Ethan sih kan duda, dia tinggal tak usah cari istri lagi saja kalau juniornya tak mau bangun-bangun.

Ethan pun menoleh karena penasaran. “Gak mau lah. Yaudah apa langkah yang akan lo ambil?” 

“Mandi dulu aja sana!”

*****

“Kita mau ke mana?” Ini pertanyaan Ethan pada Ridwan yang tengah duduk serius melihat gawai canggih terbaru miliknya. Pria itu menoleh dan melihat Ethan yang begitu tampan, kaus berkerah warna hitam dan bawahan celana jeans warna biru.

“Mau ke rumah dukun.” Sontak jawaban dari Ridwan ini membuat Ethan kaget.

“Hehh …. Gue anti yang begituan ya!” Dia paling anti soal hal mistis, seumur-umur dia juga jarang beribadah.

“Ya sama gue juga.” Ridwan juga sebelas dua belas dengannya. Pria ini hanya penasaran dan ingin mencoba saja, siapa tahu jodoh. Terkadang sesuatu yang kita remehkan malah bisa membantu kita dalam keadaan susah.

“Terus?” Ethan jadi mengerutkan keningnya.

Pria yang sudah percaya diri bisa membantu Ethan ini pun menyilangkan tangan di depan dada lalu berdiri agar bisa berhadapan dengan yang punya kamar. “Karyawan gue pada bisik-bisik tetangga. Ada tetangganya yang pake pelet, ada yang pake pesugihan, katanya dari dukun yang mau kita datengin ini.”

“Terus gue mau lo pasangin pelet atau pesugihan? Gue kan udah kaya dan udah sugih onta!” Akhirnya Ethan bisa memukul kepalanya Ridwan juga mumpung pria itu lengah. Mana mungkin kan dia ke dukun untuk melet dan untuk jadi kaya.

“Heh ….. Mikir otak lu mikirrrr …..” Dia kira Ridwan ini bego. 

Padahal otak Ridwan cemerlang lho. Maksud dia untuk mencarikan solusi, hanya saja yang dicarikan solusi keburu negatif thinking. “Buat minta patahin kutukan itu, lah. Lo dikutuk sama nenek-nenek dukun kali, patahinnya juga ya harus sama dukun. Lo apa gue yang sekarang onta?”

“Gu- emmm ….” Ethan langsung kena mental.

Ridwan mengendarai mobilnya sambil ikut petunjuk mbah maps yang katanya paling akurat, pegawainya sudah share lock semalam, di manakah tempat embah paling sakti mandraguna yang tetangganya pakai untuk pasang susuk dan pesugihan.

“Ini wilayahnya jauh juga.” Ethan tengok kanan dan kiri, tidak ada lagi gedung-gedung tinggi dan jalanan ramai, semakin lama jalanan yang mereka lewati semakin sempit dan banyak pepohonan, beda sekali dengan jakarta pusat yang jalanannya dipenuhi mobil motor hingga macet, ada pepohonan juga jarang.

“Udah duduk manis saja sambil gue liat g**le maps.” 

“Sampe, nih.”

Mereka sampai di rumah tua yang halamannya begitu luas dan asri. Pohon yang ada di halaman juga bukan main, ternyata pohon beringin yang biasanya ditinggali neng kunti, kang pocong, mbah kuyang, dek tuyul dan kerabatnya. Rumah juga dominan dari kayu dan banyak ukiran seperti rumah jawa zaman dulu.

“Eh gilee. Ini lebih mirip rumah hantu tau.” Ethan langsung memeluk Ridwan dari samping, dia tidak penakut, hanya saja takut malah mereka meregang nyawa datang kesini dijadikan tumbal. Sudah sial kena kutukan, kalau lebih sial lagi dijadikan tumbal bagaimana?

“Itu rumahnya dan elo hantunya, ya!” Ridwan malah terkekeh, ini anak dari tadi positif thinking saja. Beda dari Ethan yang dari tadi sudah negatif thinking.

“Enak aja. Serem ah. Balik aja balik.” Ethan menarik tangan Ridwan agar kembali masuk ke dalam mobil.

“Udah sampe di depan rumahnya nih, lo jangan ngadi-ngadi, sana masuk!” Ridwan menunjuk rumah angker tersebut.

Ethan pun melangkahkan kakinya dan langsung Ridwan tahan. “Ets …. Pintunya di sana, bukan di sana!”

“Ridwann …..” Rthan malah ingin kabur tapi diseret Ridwan.

“Permisi!” teriak Ridwan sambil mengetuk pintu.

Mata Ethan terbelalak saat melihat pintu tak ada yang buka tapi terbuka sendiri. Ridwan sih beda, dia malah kagum. “Eh dia canggih buka sendiri? Ada sensor pintu kah?” Dia mendongakkan kepalanya memeriksa ke atas pintu.

“Pintunya aja dari kayu deng, mana bisa ada sensor. Kayaknya pake ilmu hitam.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status