"Tunggu apa lagi? Cepat sentuh aku!" Celine berkata dengan nada ketus menyambut lelaki yang baru saja keluar dari kamar mandi itu."Apa kau tuli, huh?" Tidak mendapat respon dari lawan bicaranya, hati Celine rasanya semakin memanas.Celine tahu tak seharusnya dia melampiaskan kekecewaan hatinya pada lelaki itu, tapi mengingat dia turut andil dalam apa yang menimpah hidupnya kini, jadi Celine tak peduli.Masih tak mendapati respon, Celine mengambil inisiatif mendekati Jonathan-- lelaki yang baru saja mengucapkan janji suci bersama dirinya itu. "Apa lagi yang kau pikirkan, huh?"Tanpa peduli dengan tatapan tak terbaca dari Jonathan, Celine dengan berani melingkarkan tangannya ke leher lelaki itu. Namun, sial. Bukannya menyambut perlakuannya, Jonathan malah mendorong lembut tubuhnya."Jangan seperti ini, Nona!" pinta Jonathan mengundang kekehan sinis keluar dari mulut Celine.Bagaimana tidak? Permintaan Jonathan ini seakan menegaskan jika lelaki itu juga tak mengharapkan dirinya.Setid
Mata Celine melebar, raut wajahnya berubah merah sambil mengepalkan tangannya. Celine langsung saja mematikan sambungan video callnya.“Argh!” jerit Celine sambil melemparkan benda ponselnya ke ranjang dan menjambak rambutnya secara kasar.“Kurang ajar kamu, Alister! Ku pikir setelah aku mau menikah lagi kamu akan beruba!” sambung Celine dengan nafas yang memburu.Celine berkacak pinggang dengan sebelah tangan sambil berjalan kekanan dan kiri, dia berusaha tenang. Namun, tiba-tiba saja Celine terkejut saat membalikkan tubuhnya dan Jonathan sudah berdiri sambil bersedekap.Celine mengangkat sudut bibirnya.” Apa yang kamu lihat, hah? Pasti kamu sudah dengar bukan?Oh, atau memang sengaja ingin menertawakanku?” cecar Celine menertawakan dirinya sendiri yang begitu menyedihkan.Jonathan hanya diam menatap lekat wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya itu. Ada rasa iba di dalam hatinya. Namun, Jonathan tidak bisa mengatakannya.“Dasar aneh,” bisik Jonathan ditelinga Celine, dan berjalan
“Jangan bicara sembarangan kamu, Celine. Aku berbeda dengan suami anehmu itu,” sangkal Jonathan yang masih berusaha sabar menghadapi istrinya itu.“Oh iya, jadi aku harus percaya kepadamu? Alister saja yang sudah dua tahun menikah dengan ku tidak dapat aku percaya. Lalu kenapa aku harus percaya kepadamu,” cebik Celine sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.Jonathan tidak habis pikir kepada Celine. Mengapa istrinya itu bisa berpikir demikian, padahal baru saja mereka melakukan pergumulan panas. Atau karena bukan dirinya yang meminta duluan sehingga membuat Celine tidak yakin.Celine menaikkan sudut bibirnya dengan memutar bola matanya. “Kenapa kamu diam,hah? Ma … ” ucapan Celine terhenti ketika Jonathan memagut bibirnya begitu keras dan cukup lama sehingga membuat Celine susah untuk bernafas.Celine berusaha memberontak dan mendorong tubuh Jonathan. Namun, lelaki itu tidak bergeming dan terus saja memainkan bibir Celine. Dengan sekuat tenaga Celine memukul dada bidang suami kedua
“Apa itu syaratnya, Jo? Aku akan melakukan semuanya jika masuk akal,” Celine menatap lekat wajah lelaki berahang tegas itu.Jonathan melepaskan tangannya dan duduk di sofa panjang yang berada di sudut ruangan sambil menaikkan sebelah kakinya dan melipat tangan di dada.Celine yang sudah sangat penasaran dan ingin tahu syarat apa yang akan diberikan oleh Jonathan, dia langsung saja menghampiri lelaki keduanya itu dan duduk tepat di sebelahnya.“Cepat katakan, Jo! Jangan buat aku penasaran,” desak Celine yang sudah tidak sabar.“Aku akan membuatmu hamil dalam tiga bulan. Akan tetapi, kamu harus menuruti ku kapan pun dan dimanapun jika aku ingin melakukan itu kamu harus mau dan siap,” usul Jonathan dengan seringainya membuat Celine menelan ludahnya secara kasar.“Ke–kenapa harus seperti itu?” Celine bertanya dengan nada yang bergetar. Dalam benaknya merasa ketakutan dan juga tidak menyangka bahwa Jonathan akan memberikan syarat seperti itu.Jonathan menatap Celine dengan melengkungkan su
"Yakin tidak ada yang ketinggalan?" Celine berdecak kesal dalam hati saat pertanyaan itu kembali dia dapat dari Jonatan.Saat ini keduanya sudah berada di mobil untuk melakukan perjalanan pulang.“Bawel banget sih. Kamu sudah lebih dari lima kali bertanya itu padaku, Jo,” Celine menutup pintu mobil dengan kencang.Jonathan hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia harus belajar sabar menghadapi mood wanita yang saat ini sudah menjadi istrinya itu. Bukan hanya untuk sekarang atau beberapa bulan kedepan. Namun, bagi Jonathan itu semua akan menjadi selamanya.Mobil Mercedes Maybach s-class melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan pedesaan menuju ke kota. Sepanjang perjalanan Celine dan Jonathan hanya diam tidak ada yang berbicara.Dari arah belakang mobil yang sama dengan warna berbeda mengikuti mobil yang ditumpangi Celine dan Jonathan. Celine sekolah melirik ke arah kaca spion, dia kaget kalah tau ternyata Alister juga pulang saat itu dan kini dia mengikutinya.“Jo, kamu pulang ke r
Melihat kemesraan Celine dan Jo membuat darah Alister mendidih. Dia tidak tahu, apa yang sebenarnya saat ini tengah dia rasakan. Melihat istrinya begitu mesra dengan laki-laki lain membuat Alister merasa kesal. Namun, Alister berusaha untuk tenang dan tidak terbawa emosi."Memangnya kenapa, Cel? Ini rumahku. Jadi, terserah aku melakukan apa di rumah ini!" Alister berkata penuh penekanan. Seakan menegaskan pada lelaki yang baru saja dibawa sang istri untuk tidak bertindak sesuka hati.Tugasnya hanya membuat Celine hamil, tapi ini mengapa Jonathan malah mencium Celine sembarangan? "Ini rumah kita, Alister! Apakah aku perlu menekankan lagi? Rumah ini hadiah pernikahan dari papaku, jadi tolong kamu camkan itu!""Akan menjadi rumahku seutuhnya jika kamu tak kunjung hamil oleh lelaki—” Ucapan Alister terhenti ketika tiba-tiba Celine melayangkan tamparan di pipinya.“Berani kamu menamparku, Celine?” tanya Alister dengan tatapan tidak suka.Selama bersama dua tahun terakhir, Celine tak perna
Alister diam tidak menjawab, dia bingung harus bagaimana menjelaskan kepada ibunya. Tidak mungkin Alister mengatakan bahwa lelaki itu kekasihnya. Sang Ibu pasti akan sangat murka dan kecewa kepada dia untuk yang kedua kalinya.Emy menatap tajam kearah Alister, berusaha menelisik. “Jangan katakan kalau kamu masih … ” ucapan Emy– ibu Alister terhenti sambil membekap mulutnya.Emy menggelengkan kepalanya lemah bersamaan dengan air matanya yang jatuh begitu saja.Alister menghela nafasnya secara kasar, dia harus bisa meyakinkan sang ibu bahwa itu semuanya hanyalah salah paham saja.“Kenapa kamu diam, Al? Apakah itu benar?” Emy kembali mencecar pertanyaan kepada putranya.Alister masih bingung, tidak mungkin dia mengiyakan itu semuanya, yang ada rencana dia akan berantakan dan Celine akan menang mendapatkan semuanya. Lalu pada akhirnya Alister hanyalah sebuah debu yang tidak ada artinya.Dengan diamnya Alister membuat Emy semakin yakin, bahwa putranya belum bisa sembuh. Apakah ini alasannya
Emy mengerutkan keningnya, menatap heran dengan perasaan penuh tanda tanya kepada orang yang saat ini berdiri di depan kamar tamu.“Kamu siapa? Kenapa bisa ada di sini?” tanya Emy sambil memicingkan matanya, wajah lelaki itu tampak begitu tidak asing bagi Emy.Namun, dia lupa siapa dan dimana Emy pernah melihatnya.Jonathan menghentikan langkah kakinya dan berbalik arah sambil mengulas senyum. “Siang, Tante. Apa kabar a—“Oh, dia ini saudara jauh Celine, Ma. Iya kan, Sayang?” Alister memotong ucapan Jonathan dan berkedip kepada Celine seakan memberikan isyarat.Celine masih belum bisa mencerna, sepersekian detik kemudian wanita bertubuh mungil itu mengangguk kepalanya.“Oh, i-iya, Ma. Di-dia ini saudaraku,” Celine terbata, mengiyakan ucapan Alister.Raut wajah Jonathan berubah, sebenarnya dia ingin memperkenalkan diri siapa sebenarnya dia. Namun, Alister terlebih dahulu memotong pembicaraan dan mengatakan bahwa dia adalah saudara Celine. Entah mengapa itu semua justru membuat sudut ha