Share

Celine meragukan keaslian Jonathan

“Jangan bicara sembarangan kamu, Celine. Aku berbeda dengan suami anehmu itu,” sangkal Jonathan yang masih berusaha sabar menghadapi istrinya itu.

“Oh iya, jadi aku harus percaya kepadamu? Alister saja yang sudah dua tahun menikah dengan ku tidak dapat aku percaya. Lalu kenapa aku harus percaya kepadamu,” cebik Celine sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Jonathan tidak habis pikir kepada Celine. Mengapa istrinya itu bisa berpikir demikian, padahal baru saja mereka melakukan pergumulan panas. Atau karena bukan dirinya yang meminta duluan sehingga membuat Celine tidak yakin.

Celine menaikkan sudut bibirnya dengan memutar bola matanya. “Kenapa kamu diam,hah? Ma … ” ucapan Celine terhenti ketika Jonathan memagut bibirnya begitu keras dan cukup lama sehingga membuat Celine susah untuk bernafas.

Celine berusaha memberontak dan mendorong tubuh Jonathan. Namun, lelaki itu tidak bergeming dan terus saja memainkan bibir Celine. Dengan sekuat tenaga Celine memukul dada bidang suami keduanya itu.

Sepersekian menit kemudian, Jonathan juga merasa kehabisan nafas dia melepaskan pagutan bibirnya dan menatap lekat wajah Celine sambil memegang kedua pipi sang istri.

“Apakah kamu masih meragukan aku, Celine?” Jonathan menaik turunkan alisnya.

Wajah Celine memerah, dia menjadi salah tingkah. Namun, Celine tidak mau menampakkannya kepada Jonathan.

“Mungkin … hanya ciuman biasa. Semua orang bisa melakukan itu, tapi bukannya tadi kamu menolak ku dan aku sendiri yang berinisiatif melakukan malam pertama kita,” Celine tidak mau kalah dihadapan suami keduanya itu.

Jika selama ini Celine selalu mengalah dan berusaha untuk baik di hadapan Alister. Akan tetapi, kali ini Celine tidak mau seperti itu kepada Jonathan– lelaki yang dibayar oleh Alister untuk menikahinya dan membuat dirinya hamil.

“Kamu dibayar oleh Alister, mungkin saja kamu melakukan itu semua hanya demi kewajiban saja,” Celine semakin menyudutkan Jonathan–suami keduanya itu.

Jonathan menghela nafas secara kasar sambil tersenyum penuh dengan kecewa. Tanpa basa-basi Jonathan menggendong Celine seperti membawa karung beras.

“Aku akan buktikan, Celine. Lihat saja, agar kamu tidak menyamakan aku dengan suami letoy mu itu,” Jonathan terus berjalan menuju kamar penginapan mereka.

Celine memberontak dan memukul punggung Jonathan sambil berteriak minta turun. Namun, Jonathan tidak mendengarkan, dia dengan santai berjalan dan tersenyum kepada orang yang menatap heran.

“Dia ini istri saya, dia lagi ngambek,” Jonathan menjelaskan kepada semua orang yang melihatnya.

Dari kejauhan Alister bisa melihat Celine dan juga Jonathan, dia menatap sambil menautkan alisnya. Sedangkan Morgan masih bergelayut manja di tangannya seakan tidak takut dilihat oleh orang banyak.

"Mereka mesra ya, sayang. Istrimu itu munafik, pura-pura tidak mau tapi nyatanya malah bermesraan di depan umum,” Morgan berusaha mengompori Alister yang saat ini tengah memandang dengan tatapan tidak suka ke arah Celine dan Jonathan.

Entah mengapa ada rasa tidak nyaman saat melihat sang istri begitu bahagia dengan laki-laki lain. Sudut hati Alister terasa nyeri menyaksikannya.

“Apakah kamu cemburu, sayang?” tanya Morgan saat melihat tatapan Alister yang tidak biasa kepada istrinya.

Alister mendengus kesal, dia tidak menjawab ucapan Morgan dan Alister memilih untuk berlalu pergi dengan perasaannya yang tidak menentu itu.

Bagaimana tidak, selama ini Celine selalu nempel dan tidak pernah jauh darinya. Celine selalu memanjakan dirinya dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi, justru Alister tidak pernah menghargainya.

“Kenapa kamu pergi, Alister! Jangan bilang kalau kamu cemburu dan ingin mengejar mereka!” teriak Morgan dengan menghentak-hentakan kakinya kesal.

“Berhenti! Turunkan dia, Jo!” seru Alister dengan nada tinggi sehingga membuat Jonathan menghentikan langkah kakinya dan menatap ke arah Alister dengan tajam.

Celine tersenyum melihat Alister datang diwaktu yang tepat. Namun, Celine kembali kesal kala Jonathan tidak menurunkannya.

“Turunkan aku, Jo! Apakah kamu tidak dengar apa kata Alister!” Bentak Celine bersungut-sungut penuh amarah.

Jonathan akhirnya menurunkan tubuh mungil wanita beriris coklat itu. Celine menjulurkan lidahnya, mengejek Jo dan merasa senang.

Raut wajah Celine seketika berubah, dia mengerutkan keningnya. Bagaimana tidak baru saja dia merasa bahagia dengan kehadiran sang suami. Namun, kini datang pengganggu yang tidak lain adalah kekasih suaminya.

“Ngapain kamu bawa dia kesini?” ketus Celine dengan nafas yang memburu menahan rasa cemburu dan amarahnya.

Seandainya saja kekasih Alister itu perempuan mungkin Celine tidak akan merasa direndahkan seperti ini. Alister tidak menjawab, dia hanya diam mematung melihat ekspresi sang istri yang tiba-tiba berubah.

“Kamu, kenapa datang kesini laki-laki jadi-jadian?” Celine balik bertanya ke arah lelaki yang menggandeng lengan Alister dengan begitu mesra itu.

Morgan tidak menjawab, dia hanya memutar bola matanya malas sambil mencebikkan bibirnya.

Jonathan menahan tawanya saat Celine mengatakan hal itu kepada Morgan. Namun, dia tidak mau menambah suasana menjadi semakin panas.

“Aku hanya ingin mengingat kepada kalian. Jangan sembrono dan bermesraan di luar, aku tidak mau ada orang lain tahu dengan pernikahan kalian ini!” peringat Alister dengan tatapan dingin dan suara baritone nya.

“Jadi kamu datang kesini hanya ingin mengatakan itu, Alister?Ayo, Jo. Kita masuk, nggak penting ngeladenin orang seperti mereka!” Celine menarik tangan Jonathan melewati lorong penginapan yang tampak sepi itu.

Alister masih penasaran, dia kembali mengikuti Celine dan juga Jonathan. Sehingga Celine dan Jonathan pun sampai, kedua insan tersebut langsung saja masuk dan menutup pintu penginapan dengan sangat keras sehingga mengakibatkan suara dentuman yang begitu kencang.

Celine menghempaskan bokongnya diatas ranjang big size dengan amarah yang membara seakan ingin menerkam siapapun yang berani mengganggunya.

Jonathan masih berusaha menahan tawanya dengan ekspresi menjijikkan dari Morgan, apalagi saat Celine mengatakan bahwa morgan itu laki-laki jadi-jadian membuat Jonathan semakin tidak bisa tahan lagi.

Emosi Celine semakin memuncak kala dia melihat Jonathan yang seakan senang. “Apa yang kamu tertawakan, Jo? Apakah kamu senang melihat aku direndahkan oleh suamiku sendiri?” suara Celine menggelegar memenuhi kamar mewah tersebut.

Jonathan terperanjat kaget, dia sontak menoleh ke arah sang istri dengan perasaan salah. Lidah Jonathan seakan keluh tidak bisa menjawab pertanyaan dari Celine.

“Oh, atau mungkin ini hanya akal-akal kalian untuk memanipulasi keadaan agar aku benar-benar meninggalkan Alister! Apa benar begitu, Jo!” bentak Celine lagi, air matanya tidak bisa dibendung lagi. Hati Celine semakin sakit, ingin rasanya dia menghilang dan mengakhiri hidupnya yang menyedihkan.

Jonathan semakin merasa serba salah, apalagi saat dia melihat istrinya itu meneteskan air matanya. Karena, selama ini Jonathan paling tidak bisa melihat perempuan menangis.

Jonathan menghampiri Celine dan memeluk wanita tersebut berusaha untuk meredam amarah sang istri. Jonathan tahu apa yang dirasakan oleh Celine, dia ingin membantu wanita yang selalu tersakiti itu.

“Aku terima tawaranmu, Cel. Asalkan dengan satu syarat,” celetuk Jonathan yang membuat Celine berhenti dari tangisannya dan sedikit mendorong tubuh Jonathan agar terlepas dari pelukannya.

“Apakah kamu yakin, Jo? Aku tidak salah dengarkan?” Celine ingin memastikan ucapan Jonathan barusan.

Jonathan duduk tepat di sebelah Celine dan memegang kedua pundak wanita berparas cantik itu sambil menganggukkan kepalanya.

“Iya aku yakin. Akan tetapi, ada syaratnya,” jawab Jonathan meyakinkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status