Share

3. Tekad

Kouza mendesak maju menciumi Myan yang masih tercengang. Myan berusaha mendorong dada Kouza yang terus menekannya. Hingga akhirnya Kouza menyudutkannya merapat di pojok dinding. Menahan kepala Myan dan mendekap erat tubuhnya. Myan terkunci dan tak dapat bergerak.

Kouza yang seperti telah terlena, belum terpuaskan memagutnya. Ia memasukkan lidahnya lebih dalam lagi, mencari-cari, menghisap dan menuntut tanpa henti.

Myan sendiri mau tak mau mengikuti permainan Kouza hingga mendesah tak tertahankan, sangat kewalahan dengan serangan Kouza yang bertubi-tubi itu.

"Kou... hh... Kouza... tolong hentikan," bisiknya disela-sela cumbuan Kouza.

Myan mencoba beberapa kali lagi untuk berusaha berpaling menyudahi ciuman Kouza, tetapi masih tidak berhasil. Kouza menguncinya hingga sulit bergerak bebas. 

Baru beberapa saat kemudian, setelah Kouza memutuskan untuk menyudahinya, Myan dapat mengambil kesempatan untuk sedikit menjauhkan wajahnya darinya. Sembari mengatur napasnya yang tak beraturan, jantungnya berdetak sangat kencang.

Napas Kouza sama tak beraturannya seperti napasnya. Setelah melepaskan pagutannya, Kouza memandang Myan yang sedang kehabisan napas. Wajahnya memerah memburu.

 

"A__apa yang kau lakukan!" Myan mendorong Kouza agar menjauh darinya. Dia merasa sangat malu dan gugup.

"Hmm... tak kusangka kau begitu menarik Kisha, kau sangat menggoda." Gumam Kouza penuh kepuasan. 

"Aku seperti tak dapat menahan diriku. Rasanya, aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja," ucapnya lagi sambil tersenyum penuh arti.

"Aku tidak keberatan untuk memilikimu seutuhnya, mari kita teruskan diranjangku. Aku akan memberikanmu kenikmatan lebih." Kouza yang tampak gelap mata, langsung membopong tubuh Myan dengan mudah.

"Ap__apa?! Kouza tunggu!" cegahnya panik.

Belum habis keterkejutan Myan tadi, kini Kouza tiba-tiba sudah membaringkannya di atas ranjang. Dia sendiri kemudian ikut bergabung di atasnya dan memerangkap Myan dengan kedua kakinya.

Kouza mulai membungkuk, dan dengan cepat melepas tali-tali simpul ikatan baju atasan Myan hingga terekspos di bagian dada.

"Tunggu... tungguu... Kouza hentikan!!" teriak Myan frustasi.

Kouza tersentak. Mungkin terkejut karena teriakan Myan, ia refleks berhenti. Kouza memegangi kepalanya dan terduduk. Tanpa sadar menindih sebatas pinggang Myan.

Seperti kembali tersadar akan sekeliling, Kouza mengerjapkan matanya. Ia membelalak kaget saat mendapati posisi dirinya tengah menindih Myan. Terlebih dengan pemandangan belahan dada Myan yang setengah timbul dan terbuka di hadapannya.

Kouza tampak shock. Ia refleks mundur dengan cepat hingga terjerembab ke atas lantai dengan suara yang keras.

Myan yang juga terkejut, segera menuju sisi ranjang dan melongokkan kepalanya untuk memeriksa keadaan Kouza.

"Kau tak apa-apa, Kouza?" tanyanya sambil membungkuk di salah satu sisi ranjang. Myan mengulurkan tangan padanya.

Kouza membeku. Ia sedikit tertegun karena mendapati posisi Myan yang membuatnya dapat lebih jelas lagi melihat belahan dadanya. Karena malu, ia memalingkan mukanya dan berdiri sendiri.

"Tidak apa-apa," jawabnya tanpa memandang Myan.

Myan memandangi Kouza dengan keheranan, meneliti perubahan sikapnya yang begitu mendadak. Ia akhirnya berjalan mendekatinya karena begitu penasaran.

"Kau, tadi hendak..."

"Apa yang sudah aku lakukan?" Kouza tersentak dan menatap Myan. Ia berbalik dan mencengkeram kedua bahu Myan setelah memotong ucapan gadis itu.

"Ti__tidak, maksudku kau tadi..... aku pikir kau hendak menyerangku lagi, jadi tanpa sadar aku berteriak padamu. Apa kau kesakitan lagi?" tanyanya.

"Apa aku menyakitimu?" tanya Kouza lagi.

Myan membulatkan matanya dan menelan ludahnya. Membayangkan kembali yang telah Kouza lakukan padanya tadi. Ciuman serangannya  tadi memang terasa begitu intens dan panas.

Kouza memang tidak menyakitinya. Tapi hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat Myan kembali tergelitik. Belum pernah ia merasakan ciuman yang sepanas itu sebelumnya. Muka Myan kembali merona hanya dengan mengingatnya saja.

"Maafkan aku," ucap Kouza lembut dengan wajah penuh penyesalan.

"Kau tidak menyakitiku," Myan sedikit terkejut dengan perubahan ekspresi Kouza. 

"Kau hanya... me_mengagetkanku saja dengan c_ciuman mendadakmu tadi, selain itu aku tak apa-apa"

"Apa?!" Kouza terkejut dengan ucapan Myan.

"Aku menciummu?" tanyanya. Tubuhnya seketika menegang.

Myan mengerjap dan mengangguk tanpa ia sadari. 

"Oh, maaf," Kouza mendesah. Kali ini raut wajahnya berubah menjadi kusut.

"Maafkan aku, itu bukan aku," ucapnya. Myan tak mengerti maksud perkataan Kouza.

"Itu aku, tapi bukan aku," lanjutnya. 

"Jika kau melihatku lagi, dan saat itu aku berkelakuan aneh, tolong pergilah. Menghindarlah dariku, sampai aku yang seperti sekarang kembali lagi." 

"Apa maksud perkataanmu sih?" Myan 

"Aku akan menjelaskan semua padamu nanti Myan, sekarang buatlah dirimu lebih nyaman dahulu. Jika kau ingin berganti pakaian, atau mungkin membersihkan dirimu, para pelayan akan mempersiapkannya untukmu."

Myan baru tersadar dengan keadaannya sendiri, setelah Kouza menyebutkannya. Baju atasannya yang sudah berantakan, dan dengan dadanya yang sudah separuh menyembul memperlihatkan kemulusannya kulitnya di depan Kouza, seketika membuatnya sangat malu! Refleks, ia menutupi dengan tangannya. Kouza ikut berpaling dengan canggung.

****

Beberapa pelayan wanita membawa Myan ke tempat pemandian di dalam istana. Mereka menyiapkan bak kayu besar berisi air hangat yang muat untuk dirinya. Di sisi lain ada sebuah kolam yang berisi air yang jernih mirip seperti kolam berenang kecil.

Myan memilih untuk berendam di dalam bak berisi air hangat dengan banyak kelopak mawar merah yang menghiasinya.

Seorang pelayan wanita hendak membantunya menggosok tubuhnya saat ia mulai berendam.

"Biar aku sendiri saja," ucap Myan. Pelayan tersebut mengangguk dan undur diri.

"Aku akan membersihkan diriku sendiri. Kalian bisa menungguku diluar, terima kasih," ucapnya canggung.

"Baik, Nona" jawab mereka kemudian keluar.

Myan menarik napas lega. Ia memejamkan matanya untuk menikmati air hangat yang menyelimuti tubuhnya.

Jelas ia tidak gila, atau sedang berhalusinasi. Entah apa, tapi tempat ini memang lah asli. Semua yang ia lihat, ia alami, dan ia sentuh terasa begitu nyata. 

Di mana ini? Jaman apa ini? Negara apa ini? apa ia sedang berada di dimensi lain dengan hal-hal ajaib dan sihir aneh yang tadi dilihatnya?

Siapa mereka semua dengan pakaian anehnya? Kerajaan apa ini? Semua terasa sangat asing, tapi mengapa bahasa mereka sama? Mengapa ia bisa berada di sini? Ini jelas bukan surga! Ah entahlah! Tak tahulah! Myan merasa sangat frustasi.

Pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikirannya membuatnya sangat kesal. Walau begitu, Myan berusaha untuk tetap tenang. Ia mulai merunut kembali kejadian yang telah dialaminya sebelum ini.

Logikanya, jika ia memang telah terjatuh dari tebing, pasti dirinya sekarang sedang berakhir di rumah sakit. Atau yang lebih buruk adalah... Kematian. Ya, ia mungkin sudah mati.

Myan membuka kembali matanya. Membelalak. Sedikit tercekat dengan analisanya. Jika memang ia sudah mati, apa mungkin arwahnya lalu masuk ke dalam tubuh orang lain yang mirip dengan dirinya? Dari jaman, waktu, dan dimensi yang lain mungkin? Seperti yang ada di film-film yang pernah ia tonton?

Ah masa bodoh lah! Myan berpikir, jika memang masih ada kemungkinan ia bisa kembali ke dunianya sendiri, jelas itu yang akan ia upayakan. Ia tidak mau peduli dan tidak mau tahu di mana dan dunia apa yang sebenarnya sedang ia jelajahi sekarang. Ia hanya ingin pulang.

Walau tampak menyedihkan dan tidak ada lagi yang tersisa di kehidupan aslinya, ia tetap ingin kembali jika bisa. Kembali ke rutinitasnya sehari-hari, berangkat bekerja setiap pagi. Ia bahkan mulai sedikit merindukan Rick bodoh yang telah mengkhianatinya.

Tunggu saja Rick, begitu aku bisa kembali, aku akan memberimu pelajaran! Batin Myan geram.

Perasaan amarah dan frustasi bercampur menjadi satu, bagaimana pun ia harus segera mencari cara agar dapat kembali kebdunianya sendiri! Yang paling penting sekarang adalah dirinya. Benar, ia tak ingin tahu sedang di mana. Ia hanya ingin pulang!

"Oh, sungguh menyebalkan!"

Myan mendesah, menyeka air matanya yang sudah berkumpul di pelupuk matanya. Ia begitu sedih hingga tak dapat menahan air matanya.

Tapi ia memiliki misi sekarang. Ia tidak boleh lemah dan menjadi pengecut. Ia akan mencari tahu alasan mengapa dirinya bisa berada di sini, dan bagaimana caranya ia bisa pulang. Itu yang paling penting.

Myan sudah membulatkan tekadnya dan akan mencari cara apapun yang bisa membuatnya pulang lagi ke dunianya sendiri.

*******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status