Share

Bab 6

"Kau mungkin salah orang." Dante berucap pelan sambil menatap laki-laki asing itu dengan sorot waspada.

Tidak mungkin Dante menerima tamu tidak diundang ini dengan tangan terbuka. Mereka tidak pernah bertemu, juga tidak saling mengenal. Benigno juga tidak pernah bercerita tentang keberadaan laki-laki bernama Luca Massimo ini.

"Sama sekali tidak. Aku memang saudaram. Lebih tepatnya saudara tiri," balas Luca dengan sikap acuh tak acuh. Dia lalu mendaratkan tubuhnya di atas sofa. Matanya melihat ke sekeliling ruangan itu dengan tatapan menyelidik. "Kau terlihat cocok berada di ruangan ini," lanjut Luca memberi komentar.

Tangan Dante terkepal erat di atas meja. Sudut bibirnya terangkat sedikit. Dia cukup bersabar dan berusaha menahan amarah yang hampir meledak saat menghadapi sikap lancang dari tamunya. Bila tidak mempedulikan posisinya saat ini, Dante pasti sudah menerkam Luca, lalu melemparkan laki-laki itu keluar dari hadapannya sekarang.

"Kalau memang benar kita memiliki hubungan seperti yang kau ucapkan tadi, kenapa tidak dari dulu kau muncul di hadapan Benigno?" tanya Dante sedikit kasar.

Luca menggelengkan kepalanya seraya menyunggingkan senyum sinis. "Aku baru mengetahui kenyataan itu seminggu yang lalu. Kau boleh percaya atau tidak, terserah padamu." Luca mencebik sambil mengangkat bahunya santai.

"Seharusnya kau datang menemui Benigno, bukannya aku!" seru Dante kesal. Tentu saja dia tidak ingin terlibat dalam permasalahan kakekanya dan Luca.

"Seandainya kata-katamu mudah untuk dilakukan," gumam Luca pelan. "Sebenarnya aku mengalami kesulitan saat ingin menemui dia."

Aku tidak peduli. Ingin rasanya Dante meneriakkan kalimat itu. Tapi kata-katanya tertahan di tenggorokannya. Dia tidak memiliki cara lain selain segera mengakhiri pertemuan tidak terduga ini.

"Aku masih banyak urusan. Kita bisa membahas masalah ini lain kali. Tentunya setelah kau bertemu dengan Benigno."Dari ucapannya barusan, Dante memberi isyarat pada Luca agar laki-laki itu menyingkir dari hadapannya secepatnya.

Luca membuka mulutnya sebentar, lalu menutupnya lagi. Rasanya percuma saja mendesak Dante agar bersedia mendengar ceritanya. Dante seolah tidak peduli status hubungan mereka yang sebenarnya sebagai keluarga. Dia menyimpan kekecewaannya seorang diri.

"Aku akan menghubungimu lagi. Masalah kita belum selesai."

Setelah mengatakan itu Luca langsung meninggalkan ruangan Dante. Hari ini dia boleh gagal. Tapi lain kali dia pasti bisa meyakinkan Dante bahwa mereka benar-benar memiliki hubungan darah.

Sepeninggal Luca, Dante mencoba menghubungi kakeknya. Benigno harus tahu tentang persoalan ini. Dante tidak mungkin diam saja saat ada seseorang yang mendatanginya, lalu memberi tahu dia bahwa mereka masih saudara. Padahal sebelumnya Benigno bercerita bahwa dia hanya memiliki seorang putri, yaitu Claudia. Ibu Dante.

"Dia sudah kembali ke Milan beberapa saat yang lalu," ucap asisten pribadi Benigno. "Ada masalah mendadak yang harus dia selesaikan," pungkasnya lalu mengakhiri sambungan telepon.

Tidak seperti yang Benigno bilang sebelumnya bahwa dia akan tinggal di sini selama dua hari, laki-laki tua itu justru telah kembali ke negara asalnya. Dante memutuskan dia harus menyusul ke sana juga. Dia tidak mungkin menunda-nunda masalah Luca karena bisa mengacaukan segalanya.

Dante terbang ke Milan menggunakan jet pribadi pemberian Benigno satu jam setelahnya. Dalam hati dia tersenyum senang. Ternyata ada gunanya dia sebagai cucu Benigno Corradeo. Saat Dante ingin pergi ke suatu tempat, dia bisa melakukannya dengan leluasa berkat hadiah dari kakeknya itu.

Jet itu mendarat dengan sempurna. Sebuah limusin sudah menanti Dante di dekat landasan pacu. Dante bersandar di jok kulit mobil yang membawanya, menikmati minuman yang tersedia di dalam kulkas. Hidupnya kini berubah sangat drastis. Mana pernah dia  berpikir akan menikmati perjalanan senyaman ini dengan kendaraan mewah. Dulu dia hanya bisa mengenderai  motornya saat bepergian , dan tidak pernah membayangkan akan melakukan perjalanan ke luar negeri semudah ini.

"Kita sudah sampai," ucap sopir, lalu dia berlari memutar untuk membuka pintu di samping Dante.

"Apa kakekku ada di dalam?" tanya Dante pada penjaga setelah dia turun dari limusin.

"Dia sedang menerima tamu dari luar kota. Kau bisa menunggunya di ruang tengah," jawab penjaga itu.

Dante berjalan pelan menuju ruang tengah yang tampak sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana selain dirinya. Semua petugas keamanan tengah berada di luar rumah.

Sambil menunggu kakeknya, Dante membuka Ipadnya, memeriksa laporan yang dikirim oleh Kathryn, asisten pribadinya. Selama sisa bulan ini rupanya dia tidak bisa bersantai. Ada banyak hal yang harus dia lakukan. 

Kemudian Dante mendengar suara dehaman di belakangnya. Dia langsung menoleh, dan mendapati Benigno tengah berdiri dan menatapnya lurus. Kakeknya itu tersenyum lebar seolah tidak ada beban berat yang dia tanggung.

"Ada perlu apa kau menemuiku malam-malam begini?"

"Aku tidak mungkin menemuimu bila tidak ada hal yang penting," sahut Dante. Dia memasang raut wajah serius.

"Kita ke ruanganku sekarang."

Benigno berjalan terlebih dahulu menuju ruang kerjanya. Dia menghampiri rak minuman, dan mengambil sebotol wine dan dua gelas untuknya serta Dante. Pelan-pelan dia menuang minuman itu, lalu menyodorkannya pada Dante.

Dante menerima gelas itu, dan meneguk isinya sampai habis. Dante ingin menghilangkan rasa kalutnya dengan minuman itu, sehingga dia bisa sedikit lebih santai saat menyampaikan kabar buruk pada kakeknya. Setelah itu dia meletakkan gelasnya yang kosong di atas meja.

"Katakan apa masalahmu sebenarnya," pinta Benigno penasaran.

"Seseorang telah menemuiku beberapa jam yang lalu. Namanya Luca Massimo." Dante mengamati perubahan di wajah kakeknya yang mendadak kaku, tapi hanya sebentar. "Apa kau mengenalnya?"

Tidak ada jawaban. Benigno hanya diam sambil menatap Dante. Setelah itu dia menggeleng cepat sambil tersenyum lebar.

"Siapa dia? Aku baru pertama kali ini mendengar nama itu."

"Dia mengaku sebagai saudara tiriku," balas Dante. "Apa benar begitu?" Dia memicingkan matanya, mengawasi kakeknya yang bersikap biasa saja.

"Aku hanya memiliki seorang putri, yaitu ibumu sendiri. Jadi mana mungkin kau memiliki saudara," tukas Benigno tegas.

"Benarkah itu? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"

"Tidak ada yang aku sembunyikan. Kau boleh percaya atau tidak." Benigno terlihat kesal dengan pertanyaan Dante yang mendesak.

"Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan memperpanjang masalah ini," balas Dante, lalu dia berjalan menghampiri pintu. "Aku akan kembali ke London sekarang. Saampai jumpa lagi." Dante bergegas keluar dari rumah Benigno, dan masuk ke limusinnya lagi. Dia akan langsung terbang ke London saat ini.

Keesokan harinya.

Dante berada di ruangannya. Sementara ini dia akan fokus pada pekerjaannya. Mengenai Luca Massimo, dia mencoba untuk tidak terlalu mempedulikannya. Lalu dia memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan itu.

"Untuk pemotretan koleksi terbaru, apa kau sudah menghubungi modelnya?" tanya Dante pada Kathryn.

"Aku telah menghubungi agensinya seminggu lalu. Saat ini model tersebut sedang liburan ke Yunani dan kembali besok lusa," jawab Kathryn, lalu dia menyentuh layar iPad dan berhenti sejenak. "Bila sesuai rencana, dia akan melakukan pemotretan di akhir pekan besok."

"Aku ingin semua berjalan lancar. Selain itu, kau belum memberi tahuku nama model itu. Seperti apa dirinya? Apakah dia pantas membawakan koleksi musim gugur kita?" cerca Dante cepat. Selama ini, dia hanya fokus pada peningkatan penjualan produk hingga melupakan tentang masalah tersebut.

Kathryn menyentuh layar iPadnya kembali. Lalu dia berjalan mendekati meja Dante, dan  mengulurkan benda itu pada atasannya.

"Namanya Emily. Dua bulan lalu dia telah menandatangani kontrak eksklusif dengan perusahaan kita selama dua tahun," terang Kathryn sama sekali tidak memperhatikan raut wajah Dante yang tegang.

Dante menatap nanar layar iPad yang memperlihatkan seorang wanita cantik yang tersenyum ke arahnya. Wajah yang hampir dia lupakan kini hadir kembali di depannya.

Bibirnya terasa kelu. Tapi akhirnya dia berhasil menyebut nama mantan kekasihnya itu.

"Emily ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status