Brak! sebuah meja terbang ke tembok hingga pecah berantakan dan bersepai di lantai kayu warna cokelat tua. Beberapa orang yang berada di dekatnya menunduk ketakutan, kali ini Tuan rajanya mengamuk! wajahnya semakin garang, bahkan tenaganya bisa membunuh sekali tebas, kukunya panjang dan runcing, bahkan kaki yang biasanya tak menampakkan wujudnya, kini terlihat semakin tinggi menopang tubuhnya yang tinggi menjulang hingga hampir mencapai atap ."Kalian BODOH! mengapa tak ada yang laporan padaku tentang keadaan Shang Fu, kau bilang dia sudah tewas, tapi sekarang aku lihat dengan pedangnya, berdiri masih dengan gagahnya.!!!!" Sekali lagi, kaki itu menghentak lantai dengan kerasnya.."Tenangkan emosimu, Tuan, mungkin tuan salah lihat, dia manusia biasa tak mungkin dalam keadaan masih muda Tuan Raja." Kata sang Patih membela diri atas segala laporannya pada Tuannya.Huang mendengus dengan kasar, "Aku tunggu kabarmu tentang dia!!! aku tak mau terulang lagi, mati dua kali di tangan Lelaki si
"Hai! mau kemana kau pencuri " Sebuah tangan sudah menarik kerah baju lusuh Bho Khong. Terlihat tubuh anak kurus itupun ikut terangkat sedikit.Anak kecil itu tersenyum memperlihatkan gigi yang terlihat kusam dan sebagian sudah ada yang mulai menghitam.'Ini aku kembalikan." ujar Bho khong menyodorkan dompet tebal yang milik juragan tersebut Mata anak itu sudah terbiasa melihat manusia-manusia kejadian tersebut, jago tak kaget lagi ketika manusia berkepala kambing berjenggot ini menarik kerahnya.Bret!! suara dari renyahnya kain lapuk milik Bho Khong membuat tubuh kurusnya terjatuh seketika, bojunya robek hingga punggung."Halah, kau ini! sama pergi, dasar sampah!"Bho langsung lari pergi meninggalkan toko tersebut, dengan mengomel karena kini baju lusuhnya sudah terlihat bolong dan robek hingga terlihat punggung kurus dan hitamnya "Sialan! mana ini baju satu-satunya. ah, harus jadi maling jemuran lagi. ah, nasib- nasib." Serunya, dan mulai berjalan perlahan mengintip dan mengintai s
Anak lelaki dengan tubuh kurus itu pun menarik bak sampah yang tingginya lebih dari dirinya, walaupun terlihat sangat kepayahan. Napasnya terdengar tak beraturan, Lagi-lagi, tangannya menarik lagi bak sampah tersebut. Bau busuk menguar, karena sampah yang bercampur dengan air hujan. Tanah becek yang diinjaknya membuat kaki kecil itu menjadi kotor dan sangat menjijikkan.Sejumlah uang yang diberikan sang pemilik sampah tadi lumayan bisa ia kantongi. Bisa untuk membeli makanan yang tak kalah nikmat di kampung tersembunyi. Kampung tersembunyi? Sher langsung turun dari kudanya dan menuntunnya ke sebuah palang kayu untuk parkiran kuda, mengikatnya dengan benar, begitu juga Elang melakukan hal yang sama, walaupun Yuhuu tak pernah terikat di palang parkiran untuk kuda. Sher masuk duluan ke sebuah warung yang tampak ramai, kali ini ia yang memilih tempat ini. Dipilihnya sebuah kursi dekat sebuah jendela. Lantai kayu warung ini tampak terlihat guratan-guratan tanah basah karena para pengunjun
Sher terdiam melihat hamparan tanah luas di hadapannya. Tanah lapang hanya ditumbuhi rumput yang tak begitu tinggi. "Kita ada di mana?" tanya Elang masih bingung, begitu juga kedua kuda milik mereka yang sedari tadi mereka tuntun, tampak binatang besar itu gelisah dan bingung melihat situasi yang beda dari yang lainnya "Aku merasakan aura yang berbeda di sini. gunakan mata emas," perintah Sher. Tapi nyatanya keduanya tak bisa gunakan mata emas, bahkan sherlyn tak bisa menembus dimensi."Kota apa ini? apakah kita aman masuk ke dalamnya.""Yuhuu merasa tak nyaman di sini.""Tunggu! aku melihat pergerakan! cepat jongkok Elang," perintah Sher, dan segera keduanya pun jongkok, dan mereka tersenyum melihat dua kuda itupun menekuk kedua kaki depannya. Tetiba terdengar suara gemuruh tawa anak-anak kecil mereka tertawa melihat dua kuda besar sedang menekuk dua kaki depannya, dan wajah menunduk. Shae dan Elnag langsung melihat ke arah sumber suara tersebut, ada sekitar tujuh anak sedang terke
Semua berdecak kagum melihat sebuah pedang berdiri sendiri, walau pun pedang itu tak terlihat indah, bahkan terlihat karatan di beberapa bagian. Bho Khong menatap dengan wajah memucat."I–ini pedang milik tuan Shang Fu. pedang yang tak tertandingi. Bagaimana dia bisa bersamamu, sedangkan aku tak melihatmu membawanya." Sher menatap Elang dengan heran, padahal pedang itu terikat di pinggang Elang sedari tadi, apa selama ini tak terlihat?"Bho ceritakan tentang pedang ini, dan di mana aku harus temukan batu giok hitam!" gertakan Elang membuat Bho semakin tegang. "Bisakah kita bicara empat mata saja denganmu, tuan terhormat.""Kau panggil aku tuan yang terhormat?!" tanya Elang bingung dengan panggilan baru dari Bho.Akhirnya, Elang dan Bho mencari tempat untuk mereka bicara Bho menceritakan sebuah rahasia hanya dia tahu, bahwa, Huang sang raja monster hanya takut pada pedang milik Shang fu yang bisa membelah tubuhnya, hingga Huang melepas batu giok hitam itu, dan memecahnya menjadi beb
Byur! seember air dingin mengguyur tubuh kecil, kurus dan lusuh itu, tak ayal anak tersebut langsung terbangun dari tidur lelapnya."Bangun, bodoh! tidur saja kerjamu, bersihkan kapal itu!" teriak seorang lelaki berwajah garang. Bho melaksanakan apa yang di perintahkan, ini adalah kali ke duanya kelompok perompak itu menculik Bho. Para awak kapal tak menyadari kalau ada dua penyusup gelap ikut dalan kapal mereka, yaitu Sher dan Elang."Kali ini bila kau bohong lagi tentang tanah keramat itu, nyawamu akan melayang!"Semua tertawa pada Bho, yang hanya ketakutan dan sedang mengepel lantai kapal yang sangat kotor."Aku dengar kau bicarakan. tanah keramat pada dua orang asing tadi! katakan apa yang kau dapat dari mereka!""Aku tak dapat apa-apa, dan aku tak mengenal mereka!" bohong Bho pada mereka."Halah kau kan paling licik, pasti kau membohongi kami bukan!"Byur! seember air dingin sudah menyiram tubuh kerempengnya.Elang nampak geregetan melihat kelakuan mereka yang tak berperikemanus
Tubuh Elang semakin bisa menguasai gerakan dari pedang tersebut, Setiap kebasannya memberikan efek asap tipis, terkadang Elang meniupnya, sambil meledek para lawannya untuk maju melawan. Berapa para perompak sudah terkapar di tanah, bukan karena terluka karena pedang, tapi karena sakit panas saat tersentuh pedang tersebut. Elang terus perhatikan perubahan pada pedang yang dipegangnya, sedikit berkurang karatan pada sisi pedangnya."Luar biasa pedang milik kakek ini." Elang berulang kali memuji pedang milik Shang Fu. Hingga kini tak ada siapapun di hadapan Elang, mereka kocar-kacir ketakutan. Elang tersenyum, dan kembali masukan pedang tanpa warangka itu di sisi kiri pinggangnya, secara otomatis pedang itu langsung menempel pada kakinya. Matanya beredar memperhatikan sekitar, yang tadinya banyak sekali mahluk tak kasat mata dilihatnya, kini tak ada sama sekali. ke mana perginya? juga Sher dan Bho? Elang berjalan pelan menuju tanah yang agak tinggi, tangganya berkacak pinggang, suasana
Elang sudah siap dengan kuda-kudanya, liukan tubuhnya yang lincah menjadikan gerakan yang sulit terduga oleh lawan. Sabetan pedang itu memang belum mematikan, hanya mengeluarkan hawa panas saja bila tersentuh oleh asap yang berwarna hitam pias tersebut. Itu pun cepat menghilang tersapu oleh angin.Lawan yang kini bertambah dua, membuat Elang mengernyitkan dahinya, dari manakah lawan ini muncul?"Haha, kau lupa dengan kehadiranku, Shang Fu! aku si halimun!" teriak salah satu dari lelaki tambun yang berdiri tepat di sebelah kirinya. Dia memegang tombak panjang yang runcing, ujung logamnya tampak bersinar saat tertimpa sinar rembulan malam. Tunggu! bukankah tadi siang hari, mengapa dengan cepat berganti dengan malam? berbagai pertanyaan ada dalam pikiran Elang.Swing, sebuah belati kembali melayang, kali ini sebelum melewati tubuhnya, pedang yang Elang pegang sudah menangkisnya dan berbalik arah dengan cepat "Sialan!!! kau !"Lelaki berikutnya yang maju dengan gerakan memutarkan tombak,