Setelah turun dari pesawat, Patricia langsung pergi menuju kantor polisi untuk menemui seseorang di sana. Sejak dia pergi dari kantor sampai turun dari pesawat, teleponnya terus berdering tanpa henti dan Patricia terus mematikannya bahkan dia membuat teleponnya dalam mode getar saja. Tasha yang meneleponnya dan mengirim banyak pesan padanya pun sama sekali tidak dia gubris. Pikiran wanita berusia dua puluh lima tahun ini sedang sangat kacau sekarang. Sepanjang perjalanan dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan mengurut kepalanya.“Selamat sore, saya Patricia wali dari William. Dimana adikku sekarang?” tanyanya pada polisi yang sedang bertugas.“Kamu Patricia Hills? Kakak kandung sekaligus wali dari William Zachary?” Patricia mengangguk dengan cepat. “Tunggu di sini sebentar. Aku harus menghubungi atasanku dulu.”Petugas itu pergi entah kemana selama beberapa menit. Patricia yang datang sendirian semakin merasa cemas dan gugup. Bertanya-tanya sebesar apakah masalah adiknya sampai
“Meski kubilang aku kenal mereka, bukan berarti aku bisa membantumu Patcy. Mereka punya koneksi dan kekuasaan yang jauh lebih luas dariku.”“Tapi aku tidak bisa membiarkan adikku di penjara Sean. Bagaimana jika ibuku bertanya dan ingin bertemu dengannya? Apa yang harus aku lakukan?”“Patcy, terakhir kau bertemu dengannya saja kau sudah meninggalkan dia tanpa uang sedikit pun. Semua ini tidak akan terjadi jika kau tidak melakukan itu. Bisa saja itu salahmu bukan?”Patricia tidak membantah lagi dengan apa yang diucapkan bossnya itu. Dia sepertinya menyadari jika adiknya seperti ini karena dia meninggalkan saat mereka bertemu satu bulan lalu. Jika Patricia tidak meninggalkannya, mungkin Will tidak akan masuk penjara dan tidak ada masalah dengan siapa pun.“Aku hanya ingin memberi adikku sedikit pelajaran saja, aku ingin dia tahu kalau mendapat uang itu tidak semudah saat dia meminta. Dan aku juga tidak tahu jika hasilnya akan jadi seperti ini,” ujar Patricia dengan lemas. Dia membuang na
Patricia duduk dengan gelisah sambil menunggu Nyonya besar Hardins tiba. Sudah berapa kali dia melihat jam tangan dengan tidak sabar dan mengetuk-ngetuk sepatu heels-nya. Sesekali dia melihat kearah pintu, berharap orang yang ditunggunya sudah datang.“Dia benar akan datang atau tidak? Sudah dua jam kita duduk menunggu orang itu datang,” keluh Patricia yang kesekian kali. Jujur saja dia mulai kesal karena merasa diberi harapan palsu.“Asistennya yang menghubungiku, dia ingin bertemu di restoran ini jam tujuh malam. Tunggu saja, mungkin sebentar lagi dia datang,” timpal Sean. Sean sepertinya kesal menunggu, tapi dia menikmati waktunya mengamati wanita yang duduk di depannya dengan ekpresi seperti ingin memarahi semua orang di tempat ini.“Sebentar lagi katamu? Ini sudah mau jam setengah sepuluh malam. Apa benar orang yang menghubungi itu asisten keluarga Hardins? Jangan-jangan hanya orang iseng saja yang mengaku-ngaku,” ujar Patricia kesal.“Mereka selalu melalui orang lain sebagai per
Tiada reaksi apa pun pada sapaanku. Sebaliknya, dia malah memerhatikan aku yang masih menggunakan kemeja putih dan rok hitam ketatku dan sepatu heels yang sedikit kotor dengan pandangan yang jijik.“Kau datang kemari dengan pakaian pengemis seperti itu?” tanyanya sambil mengernyit tidak suka.“Aku baru saja pulang kerja dan tidak sempat berganti pakaian,” balas Patricia dengan pelan.“Merek pakaian apa yang kau pakai? Dua asistenku yang berada di luar memiliki selera yang lebih baik dari pada dirimu. Pakaianmu seperti, pakaian bekas yang dijual di pasar,” ujarnya dengan nada yang merendahkan.Patricia hanya bisa tertunduk, dia mengakui kalau pakaiannya itu memang berharga murah tidak sebanding dengannya. Bahkan, dirinya tidak diminta untuk duduk, Patricia merasa nilai dirinya semakin rendah.“Jadi kau wali dari anak berandalan itu? Patricia, bukan?” cecarnya lagi.“Ya, saya adalah kakak dari William. Aku yang menghubungi keluarga Hardins lebih dulu untuk membicarakan masalah ini.” Pat
“Tolong gantikan aku sebentar saja! Hanya dua jam, aku janji hanya dua jam. Ibuku sedang tidak baik-baik saja di rumah sakit, perawat bilang mereka butuh aku untuk menenangkannya. Ayolah Julia, aku akan mentraktirmu makan malam nanti!” Patricia memohon pada rekan kerjanya untuk menggantikannya sementara dia pergi. Pihak dari rumah sakit tiba-tiba saja menelpon dan memberi tahu bahwa episode ibunya kembali terjadi. Emosinya tidak stabil dan menyerang semua perawat yang datang mengurusnya.“Hari ini aku ada kencan dengan Erick. Aku dan dia sudah merencanakannya jauh-jauh hari lalu kau datang menghancurkan rencana kencanku. Dia sangat sibuk, aku tidak tahu kapan kami akan berkencan lagi,” omel Julia. Dia sudah melotot kemudian mengentakkan kakinya kesal.“Aku tahu aku salah, tetapi aku tidak bisa membiarkan ibuku dalam kondisi seperti itu. Nanti malam aku akan mentraktirmu makan steak enak di restoran, aku janji! Tolong gantikan aku sebentar saja.” Patricia tampak pasrah, tahu lagi harus
“Kak, apa besok bisa datang ke pertemuan orang tua di sekolah? Kakak tidak perlu datang jika sibuk, aku akan memberi tahu guruku bahwa kakak sibuk dan tidak bisa datang,” ujar Karina adik bungsuku.“Jam berapa pertemuan itu dimulai? Kakak mungkin bisa datang setelah jam makan siang,” aku sibuk menyiapkan sarapan untuk adikku.“Pertemuannya jam sebelas siang, tenang saja kamu masih sempat datang di saat-saat terakhir, Kak. Tapi apa benar tidak apa-apa kau datang? Bagaimana dengan pekerjaanmu, kakak pasti sangat sibuk,” sahut Karin sambil mengunyah french toast yang dioles dengan madu dan juga buah stroberi sebagai topingnya.“Tidak apa-apa, aku satu-satunya keluargamu yang bisa datang di setiap kegiatan sekolahmu. Will sedang berada di tempat yang jauh. Dia pasti sangat sibuk sebagai mahasiswa tahun pertama, jadi dia sepertinya tidak akan pulang,” Aku selesai mengemasi sarapan sekaligus makan siangku. Kuminum susu cokelat yang menjadi favoritku sampai habis.“Kamu tidak pernah makan a
Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore dan semua pekerjaan selesai tanpa perlu lembur. Semoga saja Crazy Baldie itu tidak datang ke ruangan dan menyuruh untuk kerja lembur menyelesaikan pekerjaannya. Selain itu masih punya waktu lebih dari satu jam sebelum pergi ke restoran yang menjadi tempat pekerjaan yang lain, tetapi sepertinya harus datang lebih awal karena hampir memasuki jam makan malam.Lagi, hal yang membuat kesal sejak tadi adalah ada beberapa nomor yang tidak dikenal sama sekali terus menerus mengirimkan spam pesan. Isinya hampir sama, berisi ancaman-ancaman yang tidak tahu apa alasannya, tawaran pada sesuatu yang sudah jelas merupakan suatu penipuan. Mereka benar-benar tidak lelah mengganggu orang lain dengan cara seperti ini.“Tricia? Kamu sudah pulang?” ternyata Julia yang memasuki ruanganku.“Juli? Kupikir yang datang Thomas si Crazy Baldie,” aku muncul dari tempat persembunyianku dengan penuh kelegaan.“Memangnya dia selalu datang ke ruanganmu setiap jam pulang
Itu bukan urusanmu untuk menyuruhku berhenti bekerja. Aku ingin bekerja di mana pun, berapa pekerjaan yang aku lakukan semua itu bukan urusanmu.” Rupanya dia ingin aku keluar dari sini. Tapi apa masalahnya sampai aku harus keluar, memangnya dia siapa?“Jangan serakah Patricia, perusahaan tempatmu bekerja adalah perusahaan multinasional yang memiliki banyak bisnis salah satunya adalah ritel supermarket terbesar. Gajimu pasti puluhan juta dari tempat itu, kenapa kau mau bekerja paruh waktu yang bahkan gajinya sangat jauh dari tempatmu bekerja sekarang.” Milla terus menekan agar Patricia keluar bekerja dari tempat ini dengan terus mengungkit gaji dari perusahaan tempatnya bekerja.“Kenapa mengaturku harus bekerja di mana. Sudah kubilang aku bisa bekerja di mana saja, tentang gajiku itu bukan urusanmu. Kamu tidak perlu tahu kenapa aku mengambil pekerjaan lain selain menjadi karyawan perusahaan. Bagaimana kamu bisa tahu profil perusahaanku, apa sebelumnya kamu juga bekerja disana?” cecarku