Keesokan harinya, Anna bersiap untuk pergi ke kantor lebih awal mengingat banyak beberapa pekerjaan yang harus ia lakukan pagi ini. "Jangan sampai aku terlambat, nanti yang ada tuan Daren menegurku," gumam Anna meraih tas selempang dan beberapa map yang berisi dokumen penting perusahaan. Bu Ratih yang sudah membaik, wanita paruh baya itu pun sengaja membuat sarapan pagi untuk putri yang sangat dia sayangi. "Putri ibu ternyata sudah bangun, Baru saja ibu ingin membangunkan mu," sapa Bu Ratih yang terlihat begitu senang. Anna terkejut saat melihat ibunya yang perlahan sudah bisa beraktifitas seperti biasanya lagi, bahkan ia merasa apa yang sedang di lihat seperti mimpi. "Ya ampun ibu, kenapa ibu repot menyiapkan makanan padahal kan ibu belum sembuh benar?" tanya Anna yang memeluk tubuh Bu Ratih. "Anna, ibu sudah sehat. Jadi tidak usah khawatir nak. Lagi pula ibu tidak tega jika kamu melakukan banyak hal sementara ibu hanya berdiam saja," Kata Bu Ratih yang menyemangati putri kesaya
Sesampainya di kantor Anna sangat terkejut saat semua para rekan kerjanya tengah berbisik dan mulai membicarakan tentang pesta yang akan di lakukan oleh bosnya nanti malam. Sebagai karyawan yang tidak ingin tahu lebih dalam lagi tentang beberapa isu yang ada di dalam bicarakan oleh para rekannya membuat Anna tidak peduli. Namun baru saja wanita cantik itu ingin memasuki ruang kerjanya. Tiba-tiba datang dan menyuruhnya untuk segera menghadap ke ruangan bos mereka. Anna pun menghela nafas berat, lalu ia terpaksa segera menghadap pada tuannya. Dengan perasaan yang sangat gugup dan ragu ketika berdiri tepat di depan pintu sang bos. Tok. .tok..."Masuklah!" Setelah mendengar perintah dari dalam, Anna segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Daren. Daren yang tengah duduk di kursi kebesarannya pun segera beranjak dari tempat duduk. Dia terlihat sangat senang saat melihat sekertaris barunya yang terlihat sangat cantik. "Kamu hari ini sangat cantik Anna," ucap Daren berbisik semba
"Tidak tuan! jangan lakukan ini, kita sedang berada di kantor tidak baik jika ada orang lain yang tahu," Anna berusaha mengingatkan atasannya karena ia tidak mau jika sampai ada yang tahu jika selama ini dia dan bosnya memiliki sebuah kesepakatan dan hubungan yang sulit untuk di artikan. Melihat Anna yang melepaskan pelukannya, membuat Daren tersinggung dan tidak senang. "Atas dasar apa kamu menolakku Anna? bukankah kau sudah setuju akan patuh dan menurut dengan semua perintahku untuk menjadi kekasihku," peringat Daren sembari menyangkup dagu lancip Anna. Anna menggelengkan kepala, ia berusaha sekuat tenaga untuk menjawab perkataan pria yang ada di depannya itu. "Tentu saja aku bisa menolak perintah anda tuan, anda sudah memiliki istri dan bukan pria yang bisa sesuka hati bermain dengan wanita lain jadi aku mohon, bisakah kita mengakhiri kesepakatan yang telah kita buat, karena aku tidak mau menjadi seorang pelakor yang di pandang orang sebagai perusak hubungan anda," pinta Anna wal
Baru saja Daren memeluk erat tubuh dan hampir meraih bibir merah Anna, tiba-tiba saja seseorang datang dan mengetuk ruang kebesarannya. Tok..tok...Seketika Daren menjeda aktivitasnya dan mendengus kesal, lalu ia melontarkan sebuah pertanyaan untuk memastikan siapa yang datang menganggu waktu dia dan Anna. "Siapa?!" tanya Daren dengan nada ketus. Dirga yang sudah berdiri cukup lama di depan pintu, dengan cepatnya dia menyahut pertanyaan kakak sepupunya. "Ini aku Dirga, ada beberapa dokumen yang perlu tuan tanda tangani," jawab Dirga sembari menunggu di depan pintu. "Masuklah!"Setelah mendapat ijin dari bosnya, Dirga pun mulai membuka gagang pintu lalu masuk dan segera menghampiri. Tapi Dirga sangat terkejut bahkan perhatiannya teralihkan saat melihat Anna yang berdiri tepat di samping Daren. "Ternyata ada sekertaris Anna juga di sini," Dirga sengaja menyapa. Anna terlihat salah tingkah tak mau jika sampai orang lain curiga tentang hubungannya dengan Daren. Tanpa membuang waktu
"Ya ampun mas, tentu saja aku datang ke sini untuk menemui suamiku. Lihatlah aku Sengaja membawa makan siang khusus untukmu dan ini aku sendiri loh yang masak," jelas Renata sembari memperlihatkan kotak makanan dengan senyuman yang terpancar di wajahnya. Daren yang tak sengaja melihat salah satu map yang terjatuh di belakang Renata, membuat dia sangat penasaran dan segera mengambil. "Apa ini? bukankah ini map yang di bawa oleh Anna," batin Daren yang bertanya-tanya dengan penuh keheranan. Melihat Daren yang masih diam mematung, dengan cepatnya Renata mengambil satu kesempatan agar dirinya dan Daren dengan semakin dekat dan memiliki hubungan lebih dalam lagi. "Mas Daren, aku kan ke sini sudah jauh-jauh nganterin makanan buat mas, sekarang bagaimana kalau mas memakannya dulu," Renata mengusulkan dengan nada manja. Daren terdiam, ingin rasanya dia menolak tapi mengingat dirinya adalah seorang pimpinan besar di perusahaan, yang harus bisa menjaga image baiknya di depan para karyaw
Setelah mendengar meeting singkat dari bosnya, Anna segera kembali ke ruang kerja dengan perasaan yang tak menentu. Dirga yang tak sengaja melihat Anna membuatnya segera menghampiri. "Anna! tunggu," panggil Dirga. Langkah Anna terhenti, saat seseorang tiba-tiba saja memanggil dirinya. Dengan pelan Anna menoleh ke arah sumber suara yang berada tepat di belakangnya "Iya, ada apa ya tuan?" tanya Anna seraya mengerutkan dahi. Dirga tersenyum lalu menghampiri dan membahas tentang pesta perjamuan yang akan di laksanakan oleh perusahaan nanti malam. Anna terdiam, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Dirga. Mengingat di pesta itu pasti akan banyak tamu yang datang dari kalangan elit membuat nyali Anna apa lagi saat mengingat Daren sudah mempunyai istri membuat hatinya dilema. "Bagaimana bisa aku datang ke pesta Perjamuan itu? sementara tuan Daren bersama dengan istrinya," lirih Anna dalam hati. "Nona Anna, nanti malam apa bisa nanti kita pergi berangkat bareng ke
"Apa kamu masih pura-pura lupa Anna, bukankah aku sudah mengingatkan mu agar menjaga jarak dengan Dirga, karena aku tidak suka jika dia terus mendekatimu," Hardik Daren yang marah besar. "Cukup tuan, berhentilah bersikap berlebihan padaku. Lagi pula anda sudah punya istri untuk apa mempermasalahkan tuan Dirga," balas Anna yang sangat kesal dan meluapkan semua kekesalan dalam hati. Mendengar perkataan Anna yang berani membangkang dirinya, membuat Daren semakin murka. "Cukup Anna! kamu benar-benar sudah lupa dengan apa yang telah kita sepakati, apa pun status kita. Kau hanya milikku," tegas Daren mengingatkan sembari mencengkram erat lengan Anna. Jantung Anna berdegup sangat kencang saat Daren mencoba untuk meraih bibirnya, ketika keduanya terlihat sangat dekat tiba-tiba seseorang datang dan memanggil Daren . "Mas! kamu di mana?" panggil Renata yang terdengar sangat cemas dan khawatir. Dengan cepatnya Anna mendorong pelan dada bidang bosnya, karena dia tidak mau jika samp
Tepat jam delapan malam, Anna bersiap-siap untuk menghadiri pesta perjamuan di perusahaannya. Dia terlihat sangat bingung saat memilih pakaian apa yang akan di kenakan. Bu Ratih yang tak sengaja berjalan di depan pintu kamar putrinya, membuat wanita paruh baya itu pun sedikit penasaran. Dengan cepatnya masuk ke dalam kamar dan melontarkan beberapa pertanyaan pada Anna. "Putri ibu kenapa? kelihatannya sangat bingung?" Bu Ratih bertanya sembari mendaratkan tangan di bahu Anna. Anna terbuyar dari lamunannya saat baru menyadari jika tiba-tiba saja sang ibu ada di belakang. "Ibu, Anna pikir tadi siapa sampai kaget, malam ini ada pesta penting di perusahaan. Tadinya Anna tidak mau ikut tapi mengingat Anna sebagai sekretaris rasanya tidak mungkin jika tidak hadir di acara penting ini," jawab Anna yang terlihat bimbang. Mendengar keluhan putrinya, Bu Ratih pun memberikan beberapa saran pada putri semata wayangnya. "Tentu saja kamu harus hadir nak, apa lagi tuan Daren sudah baik