Magika melihat Edward pergi meninggalkannya, dia terus mengejar lelaki itu, namun semakin didekati bayangan lelaki itu semakin jauh dan kabur. "Edward!!" Teriak Magika seraya terbangun dari tidurnya. Kali ini mimpinya sangat berbeda dari biasanya, setelah satu minggu lebih tak memimpikan Edward. "Giliran mimpiin dia, malah begini, apa suatu pertanda Edward gak akan pernah balik lagi ke mimpi aku?" Alarm di ponsel nya baru berbunyi, Magika segera mematikannya dan beranjak dari tempat tidurnya untuk bergegas pergi ospek jurusan. Dia memakai kemeja putih seperti saat Ospek Universitas. Sampainya depan Gedung Rektorat, keadaan kampus masih sepi, baru suara air mancur dan suara sapu lidi yang menyapu halaman yang terdengar. Zea teman sekelas Magika yang sedang duduk di trotoar, memanggil Magika dari jauh, dia melambaikan tangannya, Magika langsung menghampirinya. Zea terlihat bingung menatap temannya yang kini ada di hadapannya. "Gee, kan harusnya pake baju warna hitam bukan putih, s
Magika dan Acha berjalan keluar Gedung Fakultas, hari semakin terang, matahari sudah naik, cahayanya menyinari wajah Magika dan membuatnya silau, hingga dia menyipitkan matanya. Teman-teman seangkatannya sudah banyak yang berkumpul, tidak seperti sebelumnya yang masih bisa dihitung jari keberadaannya.Ketika melihat Magika mendekat, teman -teman kelompoknya terpana melihat tampilan baru dirinya, jangankan teman lelaki, teman wanitanya pun memuji penampilan Magika yang semakin elegan. Azzrafiq dan Maulana tak lepas memandangi wanita yang sudah tidak lagi salah kostum itu."Stunning Gee, mau pake baju apa pun juga, emang udah bakatnya kamu keren." Puji Maulana."Gila Gee, padahal kita tiap hari ketemu tapi aku baru sadar, kamu Ok juga." Timpal Endy teman sekelasnya Magika.Magika merasa tidak terlalu nyaman karena pujian yang berlebihan dari teman-temannya, dia menyunggingkan senyum paksa yang tampak dari raut wajahnya."Jadi gak kelihatan itu baju cowok." Ujar Azzrafiq."Oh ya? Bagus g
Suara lagu We Are Young dari Fun berkumandang di dalam Aula, menyambut kedatangan Mahasiswa angkatan 2012, terlihat beberapa tulisan sambutan di atas stage, meja beserta kursi untuk peserta ospek sudah berjajar rapi.Randy sebagai MC, terlihat sudah berada di atas stage dan bersiap untuk memandu jalannya acara pembukaan ospek pagi ini. Randy memberi arahan pada peserta ospek untuk duduk, di mulai dari kelompok satu, yang mengisi jajaran kursi paling depan, dan kursi kedua diisi oleh kelompok dua, begitu seterusnya.Azzrafiq yang menyadari keberadaan Alin tampak risi, Alin bahkan duduk di sampingnya, padahal tadi dia sudah bersikap sinis tapi tetap saja Alin kukuh untuk berdekatan dengannya.Azzrafiq mencari Magika dan tak menganggap Alin yang ada di sampingnya, akhirnya dia menemukan keberadaan Magika yang terlahalang oleh teman-teman kelompoknya."Gee sini, masih ada bangku kosong." Panggil Azzrafiq seraya melambaikan tangannya."Kosong gimana?" Tanya Alin heran, karena dirinya sudah
Kegiatan peserta di pagi buta ini adalah renungan pagi, sesuai kepercayaan yang dianut masing-masing, setelah selesai, tepat pukul 06.00 peserta ospek diberi waktu tiga menit lagi oleh KOMDIS untuk berganti pakaian dengan baju olahraga beserta perlengkapannya.Matahari sudah terbit, cahayanya menyinari peserta ospek yang sedang baris, bersiap untuk olahrag, dan lagi-lagi, ada peserta ospek yang tidak sesuai dengan kriteria orang yang akan berolahraga, banyak di antara mereka yang tidak memakai sepatu olah raga. Salah satunya Maulana si ketua kelompok satu."Lo ngaco amat, masa olahraga pake sepatu pantofel." Cibir Azzrafiq."Iya, lupa." Bisik Maulana, lalu berjalan ke depan."Cari perjaka aja si Maul." Celetuk Selvi.Endy menoleh pada Selvi tak habis pikir dengan ucapan temannya itu. "Hah? Cari perkara kali." "Posisi kita salah, jadi kita gak bisa belain." Gerutu Magika."Jangan bilang kita juga kena hukuman, gara-gara ketuanya salah." Timpal Acha.Karena ketua mereka melakukan kesal
Magika, Azzrafiq dan Randy, keluar jalur dan berjalan menuju sungai yang memang lumayan jauh juga dari tempat mereka saat ini berdiri. Mereka menyusuri perkebunan dan jalan setapak untuk menuju sungai.Mereka berjalan berbaris, Randy memimpin perjalanan mereka, dan jalanan sedikit licin, Magika yang berada di tengah memegang tangan Randy yang berjalan di depannya dan Azzrafiq di belakangnya.Sungai yang akan mereka tuju sudah terlihat, suara aliran sungai terdengar merdu, vibes pedesaan yang khas. Diiringi dengan suara nyanyian burung yang menambah keindahan di sini. Hanya suara suling saja yang tak ada."Sungainya sudah mulai terlihat adik-adik." Seru Randy."Kelihatannya airnya bening, padahal baru turun hujan." Kata Magika bingung."Mungkin hujannya gak sampe sini." Sela Azzrafiq seraya melihat jalan setapak yang tidak basah seperti jalan yang dilewati sebelumnya."Semoga aja ada para bidadari yang lagi mandi, terus bawa pulang." Celetuk Randy."Kita kan udah dapet Kak." Sahut Azz
Magika dan Azzrafiq masuk ke ruangan panitia, di dalam terdapat beberapa ruangan, terlihat para panitia yang berlalu lalang, ada juga yang bersantai, ada pula yang sibuk untuk mengurusi acara selanjutnya.Randy mengajak mereka ke ruangan Kesehatan, yang diperuntukan bagi peserta ospek jika terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti yang Magika alami saat ini. Suasana begitu terasa sangat asing bagi mereka berdua berada di sini dan merasa canggung karena banyak kakak tingkat."Kenapa ini Ran?" Tanya Nizar yang melihat Randy membawa pasukan."Keseleo, saya balik dulu ke Aula, harus ngisi acara." Jawab Randy."Ok, kamu ke Aula aja, biar saya yang urus semuanya." Kata Nizar seraya menyiapkan alat-alat untuk mengompres."Ayo Fiq, kamu harus masuk kelompok kamu juga, kasih tahu buat bawain baju Magika, kebasahan kasihan dia." Tutur Randy."Gee, aku balik ke Aula ya." Ucap Azzrafiq.Magika menahan tangan Azzrafiq sambil berbisik."Aku gak mau ditinggal sendirian."Azzrafiq tersenyum coba mene
Setelah selesai dengan wara-wiri dari KOMDIS, akhirnya peserta ospek diperintahkan untuk tidur, karena tahu akan dibangunkan satu jam lagi, semua peserta tak ada yang mengganti pakaiannya, mereka tidur apa adanya dengan baju yang sudah seharian dipakai.Azzrafiq mencari nomor provider Magika yang pernah dia minta, namun dia tak menemukannya."Aneh, bukannya kemarin-kemarin dia udah save nomornya ya?" Gumam Azzrafiq.Lalu dia coba scroll lagi, terdapat kontak dengan nama my sweet girlfriend, Azzrafiq mengerutkan keningnya, seingatnya, tak pernah menyimpan kontak dengan nama tersebut, meskipun dia sudah berpacaran dengan Bianca, namun namun kontaknya tak pernah dia simpan dengan nama itu.Azzrafiq coba memanggil kontak tersebut, seketika dia tahu suara yang menjawab panggilannya."Hallo my sweet girlfriend." Kata Azzrafiq sambil terkekeh"Hahaha, ketauan juga, kenapa nelpon? Tidur yuk bentar lagi kan ada jerit malam." Ujar Magika."Iya, sebelum tidur aku mau denger suara kamu.""Hah? Ken
Magika dan Azzrafiq saling berpegangan tangan, namun seseorang yang menarik tangan mereka memisahkan keduanya.Magika menjerit sekuatnya meskipun mulutnya dibekap, selain kaget kakinya juga masih terasa sakit. Lalu orang yang membawanya itu coba menenangkannya perlahan."Ssstt jangan teriak-teriak, tenang ini aku." Ujar Randy yang masih membekap mulut adik tingkatnya itu. Dirasa Magika sudah cukup tenang, Randy melepaskan bekapannya perlahan dan membuka hoodie yang menutup kepalanya.Magika menatap tajam Randy yang membuatnya terperanjat setengah mati. Betapa tidak, di tengah malam yang gelap dan panik mendengar teriakan seseorang lalu tiba-tiba ada yang menarik tangannya."Ish Kak Randy gak lucu tahu." Pekik Magika yang hampir menangis. "Mana kaki aku masih sakit lagi.""Maaf Gee, tadinya aku cuma mau bebasin kamu dari kerjaan KOMDIS." Jelas Randy.Dengan kesal Magika memukul bahu Randy sekencangnya hingga Randy merintih kesakitan, itu risiko orang yang suka usil."Ya tapi gak narik