Esoknya Magika datang ke kampus tepat waktu, tapi kali ini tak ada Randy yang menunggunya di parkiran, mungkin Randy ada jadwal kuliah pagi, dia berjalan sendirian menuju Gedung perkuliahan.Di Gedung perkuliahan Magika bertemu dengan Randy yang sedang duduk di kursi Lobby bersama teman-temannya, Randy yang melihat kedatangan Magika segera menghampirinya dan menyambut wanita kesayangannya itu."Selamat pagi Princess." Sapa Randy.Magika melontarkan seyuman manisnya "Tumben Karan gak ada di parkiran."Mendengar Magika memanggilnya Karan terdengar sangat aneh di telinga Randy. "Karan? Keran kali.""Aku sih menganalogikannya kapal karam malahan, bukan keran." Tutur Magika."Apa sih yang bisikkin kamu sampai kepikiran manggil nama aku Karan?" Tanya Randy penasaran."Semalem aku mimpi katanya panggil Karan aja, abisnya kepanjangan kalo aku manggil Kak Randy, yaudah aku singkat aja."Randy tertawa."Hahaha aneh banget! Ada panggilan yang lebih singkat dan enak didenger daripada Karan.""Apaa
Azzrafiq merasa lega karena sudah mengantar Magika ke klinik meskipun luka memarnya tadi di klinik hanya ditindak dengan dioles salep saja, tapi hatinya sudah lega karena sudah tanggung jawab pada Magika. Dia mengantar wanita itu ke parkiran, memastikan lagi, apa wanita itu bisa membawa motornya sendiri dengan tangan yang memar?"Aku bisa kok Azz, lihat nih." Kata Magika seraya memegang stang scooter vesvanya, meskipun sebenarnya ada rasa ngilu di tangan yang memar karena adanya tekanan untuk menancapkan gas.Azzrafiq ingin percaya pada Magika, tapi rasanya tak gentle jika membiarkan wanita itu pulang sendirian dengan tangan yang terluka karena dirinya, apalagi hari sudah gelap. Lagi pula dia tak keberatan untuk mengantar Magika pulang."Aku anterin kamu pulang ya Gee." Kata Azzrafiq."Terus nanti kamu pulangnya gimana coba? Aneh-aneh aja, aku bisa kok Azz."Azzrafiq menggendong tubuh Magika, agar wanita itu berpindah dudukya jadi di belakang, tentu saja Magika protes tapi tak dihirau
Di kelas Magika masih memikirkan mimpinya, dia coba mengingat lagi siapa lelaki yang dia temui di malam perpisahan bersama teman-teman SMA nya.Namun yang terlintas dalam pikirannya hanya wajah Azzrafiq, Magika berdecak sambil melempar pulpennya ke atas meja, dia tak bisa fokus dengan ujiannya."Kenapa wajah Azzrafiq lagi yang ada di pikiran aku?" Gerutu Magika pada dirinya sendiri, lalu dia berusaha fokus mengerjakan jawaban ujiannya sebaik mungkin.Selesai UTS Magika berniat pergi ke perpustakaan untuk mengalihkan pikirannya yang sedari tadi dipenuhi oleh bayangan Azzrafiq, banyak mahasiswa yang berlalu lalang di lobby, di dalam keramaian Magika malah merasa kosong, hanya karena sebuah mimpi, perasaannya menjadi tak karuan, hingga tak sadar dirinya menabrak Azzrafiq yang berjalan ke arahnya."Gee?" Sapa Azzrafiq.Magika menabrak bahu Azzrafiq yang sejajar dengan keningnya dan mencium aroma parfumnya, wangi ini terasa familiar, dan bukan parfum yang biasa lelaki itu pakai, dia mendon
Malam ini acara ngopi bareng Hukum Ekonomi akan di laksanakan, Magika tengah bersiap-siap, namun dia merasa aneh, sejak pagi Randy masih belum mengabarinya, pesan darinya tak ada balasan, bahkan dia sudah menelpon berkali-kali namun tetap tak ada jawaban, dia tahu Randy panitia dari acara itu, tapi apakah sampai sesibuk itu? Sampai tak mengabarinya sama sekali.Magika melihat bayangannya di cermin, malam ini dia tampil sangat out, terlihat sangat elegant namun masih tampak natural, sudah berkali-kali, dia berganti warna lipstik agar lebih pas untuk datang ke acara kampus."Apa gak berlebihan ya? Udah kayak mau dugem aja terlalu terang gini" Gumam Magika lalu menghapus lagi lipstik yang telah diaplikasikannya.Magika mengecek ponselnya dan melihat waktu telah menunjukkan pukul 17.00, dan pesan yang dia tunggu masih belum kunjung datang, hatinya mulai resah dan merasa sedikit kesal."Kak Randy kemana sih? Aneh banget gak biasanya dia ngilang, ternyata gini ya rasanya nunggu kabar dari o
Magika masuk ke dalam kamar seraya membanting tasnya ke atas tempat tidur, dia terduduk di samping tempat tidurnya, dia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Randy yang baru saja mulai dia cintai setega itu menghancurkan hatinya.Magika merasa sangat bodoh, mengingat dirinya sedari pagi terus menerus mengabari Randy yang tak membalasnya sama sekali, bisa-bisanya dia mempermalukan dirinya sendiri seperti itu.Kini air matanya terjatuh lagi membasahi kedua pipinya, terpikir olehnya selama ini Randy bersikap manis padanya hanya untuk menyakitinya, mengingat ciuman kemarin malam yang dilakukannya bersama Randy membuat Magika semakin sedih dan terluka.Bagaimana bisa ciuman yang menurut Magika sangat istimewa hanya menjadi sebatas pelarian semata bagi Randy?"Kenapa aku memilih Kak Randy? Kenapa aku memilih hati yang salah?" Sesal Magika dalam tangisannya.Malam minggu yang kelabu.***Hari senin kembali menyapa, pagi-pagi Magika bangun saatnya bersiap untuk kuliah, rasanya kepala
Suara lagu mix yang diputar menggelegar seantero Cafe, keadaan di sini semakin malam semakin ramai oleh orang-orang yang berkunjung, Magika dan teman-temannya bermain Truth or Dare, turut meramaikan suasana bingar di Cafe, dan sebagai penutup dari pertemuan terakhir mereka, sebelum akhirnya masing-masing dari mereka sibuk mempersiapkan ujian masuk ke perguruan tinggi.Botol berputar di atas meja yang telah di tempati oleh Magika dan teman-temannya, dan botol berhenti berputar, menunjuk ke arah Magika, teman-temannya bersorak riang karena sedari tadi dia selalu lolos dari permainan ini."Truth or Dare?" Tanya Nadira, Helena, Andini, dan Leonard secara bersamaan dengan sangat antusias.Magika yang sudah menghabiskan beberapa gelas minuman berkadar alkohol, mulai merasakan sensasi euforia efek dari minuman tersebut, adrenalinnya semakin terpacu untuk menyelesaikan permainan ini. Dia tahu teman-temannya pasti tak akan tanggung-tanggung jika memberikan tantangan."Dare." Jawab Magika denga
Magika merasakan sakit di kepalanya yang kian terasa selagi matanya terpejam, dia meraba-raba sprei yang terasa dingin, perlahan matanya terbuka, dia mulai sepenuhnya sadar, seketika dirinya tersentak menyadari terbangun di kamar yang terasa asing, dia tak ingat apa yang terjadi semalam.Dia meraba tubuhnya, dan merasa sedikit lega ketika mengetahui dirinya masih berpakaian dengan lengkap dan tertutup, lalu dia melihat seisi kamar, hanya dirinya saja yang berada di sini.Magika segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja untuk mengambil air putih yang tersedia di kamar ini, tenggorokannya terasa sangat kering.Ketika meminum air botol mineral, dia melihat ada tas belanjaan dari minimarket, dia memeriksa isinya dan mendapati kondom diantara makanan ringan."Shit ada kondom, udah gila apa aku? Tapi ini masih utuh dan belum kebuka, apa semalam aku masih aman?" Gumam Magika.Mendengar ada suara percikan air di dalam kamar mandi, dia dapat memastikan masih ada orang yang bersam
Empat bulan berlalu, setelah kejadian malam syahdu itu, Magika tak pernah bertemu lagi dengan Edward, dan yang tak habis pikir setiap malam lelaki itu selalu menghantuinya melalui mimpi, seakan kejadian malam itu terus berulang setiap harinya ketika Magika tertidur.Masih sangat terasa jelas ciumannya bersama Edward, namun sayangnya Magika tak pernah ingat dengan wajah lelaki itu, sekuat apapun dia berusaha mengingatnya.Dia sangat salut pada Edward karena masih menghormatinya, lelaki itu tak menyentuhnya selama dirinya tak sadarkan diri, zaman sekarang mana ada lelaki yang seperti itu, padahal begitu banyak kesempatan untuk Edward berbuat sesuka hati padanya, tapi apa yang dilakukannya benar-benar sesuatu yang patut diacungi jempol."Seandainya hp aku gak ilang aku pasti bakalan cari kamu Edward, sampai ketemu di dalam mimpi." Gumam Magika yang sudah terbiasa dan tahu akan didatangi Edward dalam mimpinya.Esok paginya Magika terbangun, hari ini senin, tanggal 01 Oktober 2012 dia masu