Share

Terkapar Lemah

Kembali untuk meminta

Lalu pergi untuk melupakan!

Tak terasa waktu cepat bergulir, ia seperti matahari yang cepat terbit lalu cepat juga tenggelam. Suci yang dulu aku kenal kini berubah menjadi orang asing. 

“ciee yang dulu sedekat nadi kini sejauh matahari”, ujar aku kepadanya.

“kenapa dah yass”, sambil memberi senyuman untuk ku.

“itu cowo kamu”, ucap ku sambil tersenyum.

“iyah yas”, uci menjawab sambil tersenyum kembali.

“oh, yang awet yah”, ucap ku sambil tersenyum palsu.

Ketika itu aku langsung pergi meninggalkannya,

Sungguh suatu pertemuan yang membuat hatiku sedikit lemah, Rasanya seperti memeluk kaktus, semakin erat kita jalani, semakin terasa sakit pula.

Kemudian harinya aku bertemunya kembali, sedang membeli bakso dipinggir jalan pasar.

“hay, cii”, ucap aku sambil memberi senyuman.

“eh tiasss..”, jawabnya

“kenapa Cuma senyum aja”, dia menambahkannya.

“gpp kok”, jawab aku.

“ihh serius juga ditanya”, ucap dia sambil menepuk pundakku.

“jangan serius serius nanti ditinggalin aja nangis”, jawab aku sambil tertawa.

“sakit aja gituh liat kemaren ketemu lagi makan sama cowonya”, aku menambahkannya

“yaudah deh gue minta maaf udah bikin sakit”, jawab uci sambil menengok kebawah.

“eh eh ngapain minta maaf, bukan kamu kok yang salah tapi aku aja yang terlalu berharap”, jawab aku sambil melemparkan senyum.

Dua minggu setelah pertemuan itu, aku mulai sadar bahwa hatiku sudah terlalu hancur olehnya, aku bahkan mulai menjauh darinya. Entah mengapa sulit untuk dilupakan.

Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, lebih baik aku pergi bersama kawan kawan ku, aku mulai menghampiri hamzah.

“ringsung gue jon”, ucap aku kepadanya.

“kenapa lagi pasti juga gara gara cewe”, jawab dia sambil menertawaiku.

“udah lah ga usah terlalu dipikirin jodoh, maut, rejeki, udah ada yang mengatur”, dia menambahkannya.

“iya ya jon, kenapa gue terus mengejar kalo dia terus berlari”, ucap aku sambil tersenyum padanya.

Setelah dari itu aku mulai, tidak memikirkan masalah jodoh, aku hanya ingin menikmati masa masa muda ku.

Aku ga mau seperti teman ku dikelas, Kasihan mereka masih muda taunya hambur hamburkan uang orangtuanya.

Aku berharap agar tuhan memberikan yang terbaik untuk ku, aku tau bahwa skenario tuhan itu indah.

Aku mencoba tegar ketika saat bertemu Suci, aku mencoba tersenyum walaupun sakit. Aku rindu dia, dan hanya bisa memandangi dari kejauhan saja.

Aku melepas semua kesedihan ku bersama kawanku, hamzah dan ade.

Kita saling mengerti dan saling terbuka, setiap ada masalah kita selesaikan bareng, kita jalani layaknya seorang lelaki tangguh.

Saat kita pulang dari bogor, menggunakan allysa, kita susah

senang bareng, ketika cuaca sedang hujan,

“jon ujan neduh dlu aja”, ucap aku.

“iyeh bentar cari alfamart dlu”, ucap ade.

sampainya dialfamart kita seperti layaknya gembel, baju yang basah, penuh dengan lumpur. Kita memasuki alfamart sambil tertawa untuk membeli air mineral dan makanan. Kita dipandang sebelah mata oleh para karyawan karyawan tersebut.

Kita menunggu hujan reda dengan cara tidur diluar pintu alfamart,

Ketika kita mulai jenuh menunggu hujan pada akhirnya kita melanjutkan perjalanan pulang.

“ayo udah lanjut aja lah”, ucap hamzah.

“kuy dah bebas gue mah”. jawab aku sambil memakai sweater.

“yaudah dah ayo”, ucap ade sambil mendorong allysa keluar dr parkiran alfamart.

Ini pertama kalinya aku dan kawanku menikmati bervespa sambil berlumpur lumpuran, akibat jalan yang masih menggunakan tanah.

Kita menikmatinya bersama walaupun kotor, dan kumal. Disitulah aku merasa tak terasa jika kemarin ada yang membuat hatiku hancur.

“Banyak yang mengaku teman. Tapi Mana yang benar benar namanya Teman”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status