Share

Part 4 Alexei Yevgeny

"Auuuh! Sakit, Neng!"

Aruna memekik ketika Isma mengikat rambutnya sedikit kencang. Gadis itu memberengut menatap Isma dari pantulan cermin. Sedangkan Isma, hanya cengengesan tanpa dosa. Setelah selesai mengikat rambut Aruna, Isma membantu sang artis menyapukan alat make-up ala kadarnya.

"Sudah cantik. Setidaknya berilah kesan pertama yang bagus, Mbak. Eh, sudah mandi belum, sih?"

Aruna mendelik gemas dan mencubit paha Isma. "Enak saja. Sudah lah, memangnya kamu, pemalas? Tadi sebelum shalat Ashar mandi dulu!" jawabnya ketus.

"Ooh, kirain. Tumben shalat!" goda Isma lagi.

"Diam lho, Neng. Aku tuh sebisa mungkin shalat ya, Neng. Sudah, ayo turun," ajak Aruna sembari menyingkirkan tangan Isma yang masih memegang lipstik.

Isma menatap miris pada lipstik itu dan mengembalikan ke tempat semula. Aruna mengamati penampilannya sekali lagi di depan cermin. Dress selutut menjadi pilihan gadis itu.

"Ck, cantik Mbak. Berilah kesan pertama yang menggoda!" ledek Isma.

Aruna memutar bola mata malas. "Dia itu cuma mau jadi pengawal aku, itu pun karena keinginan Papa. Bukan jadi pacarku, Neng!" sahutnya gemas.

Isma kembali terkekeh sembari berkata lirih, "Belum tahu dia, kalau bodyguardnya lebih ganteng dari barisan mantan."

Setelahnya, Isma menggaruk kepala salah tingkah ketika tatapan maut Aruna tertuju padanya.

*

Seorang pemuda bertubuh tinggi, berkulit putih dan rambut coklat gelap berdiri menatap foto keluarga. Dia hanya tersenyum samar ketika Bagaskara menjelaskan, itu adalah foto Aruna kecil bersama keluarga besar Bagaskara.

Langkah Aruna terhenti di anak tangga terakhir. Dia menatap punggung tegap laki-laki yang masih fokus menghadap dinding itu.

Bagaskara tersenyum menyadari kehadiran putrinya. "Oh, itu Aruna, anak saya!" ucapnya bangga.

Laki-laki muda itu membalikkan badan. Dia bertemu pandang dengan Aruna sejenak. Isma menyenggol lengan Aruna yang membuat gadis itu menoleh.

"Kedip, Mbak. Gimana, ganteng kan?" bisiknya menggoda.

Aruna meliriknya tajam dan mendengus kasar. Selanjutnya, dia mengulurkan tangan pada pemuda itu. Namun, pemuda tersebut hanya melirik sekilas dan mengangguk samar.

"My name is Alexei, did your father say that?" tanya pemuda itu dengan nada dingin.

Aruna mengangguk samar. Dalam hati dia memaki sikap arogan Alexei. Melihat sikap Alexei yang kaku, runtuh sudah kekaguman Isma pada laki-laki berwajah tampan itu.

"Ganteng-ganteng, songong," cibir Isma lirih.

Alexei langsung meliriknya dan kembali bersikap tidak peduli. Selanjutnya, Aruna sibuk menjelaskan rutinitas yang dia jalani dari pagi sampai malam hari. Yang tentunya akan melibatkan Alexei di setiap kegiatan gadis itu.

Masih dengan sikap tak acuhnya, Alexei mengangguk mengerti. Juga tidak banyak bertanya. Aruna menggembungkan kedua pipinya sembari membuang napas. Baru pertama bertemu dengan laki-laki itu, dirinya sudah dibuat gregetan.

Aruna memang sering berinteraksi dengan beberapa bodyguard. Namun, tidak pernah dia melihat orang sekaku dan sedingin Alexei. Menurut temannya sesama mantan ratu kecantikan dari Russia, Aruna menjadi sedikit tahu tentang karakter orang Russia.

Orang Russia kebanyakan bersikap kaku, tak acuh, dan dingin. Tetapi dia akan sangat ramah jika kita ramah padanya. Akan tetapi, apa ini? Sebagai calon "bos" Aruna justru yang berusaha ramah. Sedangkan Alexei tetap bersikap dingin.

Tanpa sadar, Aruna kembali menarik napas kasar. Alexei meliriknya sekilas, kemudian kembali fokus pada kertas di tangannya.

"Okay, I understand!" ucap Alexei dengan suara baritonenya.

Aruna melirik Isma yang langsung mendekat. Isma duduk di dekat Alexei sembari menyodorkan ballpoint. Diam-diam, Isma memperhatikan Alexei yang membubuhkan beberapa tanda tangan sesuai arahan Isma.

Arogan, dingin, kaku, untung ganteng dan wangi. Isma sibuk menilai laki-laki di sampingnya. Gadis itu berjingkat kaget ketika Bagaskara menepuk bahunya.

"Eh, Om. Bikin kaget saja!" sungut Isma kemudian berpindah tempat duduk.

"Apa ada yang ditanyakan atau Anda meminta sesuatu?" tanya Aruna menggunakan bahasa Inggris pada Alexei.

Alexei mengeryitkan dahi tidak mengerti. "What's your mean?" tanyanya.

"I mean, you take once a year off day, is that enough?" tanya Aruna hati-hati.

Alexei mengangguk. "Yes, enough!" jawabnya singkat.

Padahal, bukan itu yang diinginkan Aruna. Dia berharap Alexei meminta waktu cuti setiap enam bulan sekali. Atau lebih cepat dari itu. Tentu, Aruna akan senang bukan main. Dengan begitu, dia bisa terbebas dari pria kaku seperti itu.

Aruna memutar otak. Dia berharap kerjasama dengan Alexei tidak berlangsung lama. Tetapi bagaimana caranya? Memutuskan kontrak secara sepihak, jelas menyalahi aturan yang telah mereka sepakati. Dia harus tetap bersikap profesional meskipun tidak menyukai Alexei.

Alexei menggeleng samar melihat kegelisahan di wajah Aruna. "Jangan coba-coba berbuat licik, Nona," ucapnya dalam hati sembari tersenyum satu sudut sekilas.

Isma kembali goyah. Dengan antusias, gadis itu mengantarkan Alexei ke kamarnya yang berada di lantai atas. Kamar besar yang terletak bersebrangan dengan kamar Aruna, dipilih Bagaskara sebagai kamar pribadi Alexei. Hal itu dimaksudkan supaya keamanan Aruna lebih terjamin.

"Papa beri dia kamar di depan kamar aku?" protes Aruna sembari melirik ke lantai atas.

Bagaskara mengangguk. "Iya, dia kan pengawal kamu, masa mau tidur di samping kamar tamu," jawabnya santai.

Aruna mendengus kasar. Sekali lagi, ayahnya itu membuat keputusan sendiri tanpa bisa dibantah. Aruna mengerucutkan bibirnya maju. Gadis itu menghentakkan kaki dan meniti anak tangga menuju lantai dua. Dia sempat melirik ke arah kamar di mana Alexei akan tinggal.

"Hopefully you like this room!" ucap Isma ramah.

Alexei mengangguk. Laki-laki itu meletakkan koper ukuran cabin di sisi tempat tidur. Lalu, dia melangkah menuju ke jendela, menyibak tirai jendela itu. Pemandangan lahan kosong yang luas di samping rumah, mengingatkan laki-laki itu akan rumahnya di Kota  Astrakhan, Russia.

Senyum penuh misteri tersungging di sudut bibir Alexei. "Ya, uzhe zdes' Papa," (I'm already here, Papa) gumamnya.

* * *

Comments (2)
goodnovel comment avatar
La Bianconera
Nooo, ikutin terus ya. ...
goodnovel comment avatar
Mha Yanti
jangan bilang itu kakanya aruna
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status