JIMAT TALI MAYAT
Written by David Khanz
Bagian (15)
--------------------- o0o ---------------------
Sosok perempuan itu berlari-lari dari ruangan karaoke menuju pelataran parkir. Sebelum memutuskan keluar, dia berhenti sejenak di dekat jendela kaca gedung. Mengintip sebentar, memperhatikan tiga sosok lelaki berbadan besar sedang beradu mulut di sana. ’Itu, ‘kan, anak buahnya Bos Brutus,’ gumamnya ragu hendak mendekat dan melihat secara langsung, terutama untuk menemui tiga orang lainnya. Mereka adalah pengunjung tempat hiburan tersebut barusan. &
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (16)--------------------- o0o ---------------------“Astaghfirullah, Nak!” jerit Lastri kian panik melihat kondisi Aryan. Anak lelaki sulung Basri itu tampak tergagap-gagap, kesulitan untuk bicara. Namun sorot matanya seperti tengah dilanda ketakutan menunjuk-nunjuk ke luar rumah. “Cepet tutup pintu dan jendelanya, Pak!” serunya pada Basri. Laki-laki ceking tersebut, sesaat hanya diam termangu. Kaget. Tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Dia pikir istrinya itu mampu melihat sosok menyeramkan yang berdiri di ambang pintu. “Tunggu apalagi, Pak? Cepetan tutup pintu dan kain gordennya! Ini waktunya sanekala!”“O-oh, i-iya, Bu!” ujar Basri turut panik, lantas buru-buru menutup pintu rumah serta kain gorden jendela yang masih terbuka lebar. ‘Iblis sialan! Awas kau kalau sampai ter
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (17)--------------------- o0o ---------------------Sesosok lelaki tua mengendap-endap di balik rerumputan liar. Berjongkok sedemikian rendah menyembunyikan tinggi badan di bawah tingginya batang serta dedaunan ilalang. Sebentar-sebentar merah mata itu mengintip ke depan, ke arah saung di tengah sebuah perkebunan, dimana di sana terdapat dua sosok berlainan jenis sedang duduk berduaan. ‘Sadam ....’ membatin lelaki tua berambut putih memanjang hingga sebahu tersebut, seraya memperhatikan dengan saksama. ‘Dan juga ... bukannya itu Asih? Mengapa perempuan itu bersama dia? Apa yang mereka l
JIMAT TALI MAYAT Written by David Khanz Bagian (18) ----------------- o0o ----------------- Basri termenung sejenak sambil pura-pura tersenyum-senyum di saat istrinya tengah mengernyit keheranan. “Maaf, Bu,” kata lelaki ceking tersebut kemudian, “Iya, itu emang aku yang ngerjain, kok. Hi-hi.” Dia melirik ke arah ruang dapur. “Aku cuman bercanda. He-he.” “Ah, Bapak ini!” Lastri bersungut-sungut. “Aku kira beneran. Dih!” Dalam hati, lelaki tersebut bergumam, ‘Hhmmm, aku sendiri malah tidak paham. Ini ulah siapa sebenarnya? Makhluk penghuni rumah ini atau sosok pemilik jimat itu?’ Sejujurnya, Basri sendiri belum mengetahui sepenuhnya tentang kegunaan jimat pemberian Ki Jarok itu. Niat semula memang hanya ingin mendapatkan kekayaan, tapi dari kejadian-kejadian yang telah dilalui, dia semakin yakin bahwa fungsi lain Jimat Tali Mayat tersebut bukan hany
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (19)----------------- o0o -----------------Ayunan kaki itu terus bergerak menembus kepekatan malam. Melangkah tertatih-tatih menerobos rimbunan dedaunan serta rerumputan ilalang di sepanjang tarikan napas. Terengah-engah keletihan, tapi tidak seperih hati yang kini sedang dia rasakan. Asih tidak peduli. Dia lupa akan rasa takut. Baginya, kamar peristirahatan adalah tempat pertama yang ingin dituju dan teraman untuk saat itu.Begitu tiba di rumah Juragan Juanda, janda muda tersebut mengendap-endap ke bagian belakang, tepatnya pintu keluar dapur. Membuka kunci perlahan-lahan, kemudian ....“Ehem!”Deham seseorang menghentikan langkah. Asih mendesah kaget, lantas spontan menoleh ke arah sumber suara. “S-siapa i-tu?” tanyanya ketakutan pada sesosok hitam yang berdiri di bawah bayang keremang
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (20)----------------- o0o -----------------Bulan penuh membulat putih di langit biru. Berhiaskan kerlip bintang-bintang mengedip-ngedip genit di angkasa, seakan sedang sibuk menggoda jutaan pasang mata makhluk penghuni ragam alam untuk mengangkat wajah dan memuja-muji keelokannya. Benar-benar malam terindah tanpa sekat awan yang mencoreng di tengah-tengah masa peristirahatan raja penguasa, sang mentari.Nun jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan yang nyaris enggan terlelap oleh para pemuja duniawi, sesosok lelaki justru duduk menyepi di sebuah tempat hening pinggiran kampung Kedawung. Bersila tegak dengan posisi kedua telapak tangan saling merapat di depan dada, disertai mata terpejam dan pelafalan kalimat-kalimat tertentu. Di hadapannya mengepul asap putih berbau getah kayu, semerbak mewangi menyebar tersapu embusan angin, menim
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (21)----------------- o0o -----------------Beberapa bulan sebelum peristiwa pembongkaran kuburan mendiang Sukaesih oleh Basri, Juragan Juanda bersama keluarganya bertandang ke kampung halaman Sumiarsih di Kampung Sindang Astana. Mereka berada di sana hampir sepekan lamanya. Kedatangan orang terkaya di Kampung Sirnagalih tersebut, tentu saja banyak menyita perhatian warga setempat, tidak terkecuali bagi Selasih sendiri. Perempuan berusia tiga puluhan tahun dan menyandang status janda itu tiba-tiba merasa tertarik untuk mengenal lebih dekat dengan keluarga Juragan Juanda. Hal pertama yang dia lakukan pada waktu itu adalah mendekati sosok Sadam, satu-satunya orang kepercayaan lelaki tua tersebut tapi masih terlihat perlente.“Nama saya Selasih, Kang,” ucap Asih memperkenalkan diri pada saat pertama kalinya mereka bertemu
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 22----------------- o0o -----------------Gemerlap dunia dengan segala keindahan dan godaannya akan terus membutakan mata hati dan pikiran manusia sampai kiamat. Kurangnya rasa syukur serta ketidaksanggupan untuk bersabar dalam menghadapi ujian, seringkali pula menanggalkan keimanan yang ada. Itu akan terus berlanjut, karena sumpah dan janji setan pada Tuhan dulu masih tetap berlaku.Basri, lelaki kurus kering anak semata wayang Mbah Jarwo, calon pewaris tunggal harta kekayaan keluarga, nyata-nyatanya malah memilih jalan pintas untuk mengubah perekonomian keluarga. Menjadi penghamba duniawi dengan bantuan makhlu
JIMAT TALI MAYAT Written by David Khanz Bagian (23) ----------------- o0o ----------------- “Uuuhhh ....” Basri membuka matanya perlahan-lahan. Penglihatannya membias untuk beberapa saat di seputar pandangan. Lantas berusaha bangkit dari goleknya di atas sebuah tempat tidur empuk dan harum penuh dengan berbagai taburan rupa bunga-bungaan. “Aahhh,” desah laki-laki bertubuh ceking tersebut kala hendak mengangkat badan. Ngilu dan sakit sekali mengentak persendian pinggang. ‘Di mana aku?’ tanyanya seraya memutar kepala mengitari tempat terasing yang kini sedang dia diami. ‘Ruang apakah ini? Sejak kapan pula aku berada di sini?’ Sebuah ruangan yang begitu luas. Berdinding bebatuan berwarna kuning keemasan, lengkap dengan berbagai hiasan berupa bunga-bunga dan kain warna-warni terbentang dari satu sudut ke sudut lainnya. Beberapa nyala api yang