Anna menutup dadanya yang terbuka dengan bantal. Piama tidurnya yang berpotongan dada rendah dengan serat kain yang agak transparan, tentu saja akan membuat hasrat kelelakian pria mana pun termasuk Luke tergoda.
“Luke. Ini tidak benar.” Suara Anna bergetar. Sungguh, dia sangat ketakutan sekarang. Apa yang akan Luke lakukan, dia belum siap. Hubungannya dengan Luke hanya sebatas status saja. Demi menutupi niat Luke untuk membalas dendam. Jadi, untuk memberikan Luke hak sebagai suaminya, dia tidak mungkin bisa memberikan.
Luke menyeringai—kejam. Tak peduli dengan teriakan Anna, Luke malah melepaskan kaos putihnya dan bertelanjang dada. Dengan beringas, Luke menarik kaki Anna sampai-sampai Anna jatuh telentang di bawah kungkungan tubuh Luke yang besar dan kekar.
“Luke! Apa yang kamu inginkan?” ucap Anna sambil memberi sekat pembatas antara tubuhnya dan Luke dengan mendorong dada Luke dengan ke dua tangannya.
Luke menatap Anna dengan pandangan tajamnya yang sayu. “Menidurimu, istriku.”
“Apa?!”
Luke menarik tangan Anna yang mendorong-dorong tubuhnya dan menahannya di samping kepala. Anna mencoba berontak sekuat tenaga. Tapi nihil. Pergerakan tubuhnya sia-sia karena tubuh besar Luke yang menindihnya dan pergelangan tangannya malah sakit karena kuatnya cengkeraman tangan Luke yang kasar.
“Tapi, dalam surat kesepakatan itu, tidak ada Sex dalam rumah tangga kita.”
“Jangan menolakku, Ann ... “ lirih Luke sambil menjatuhkan kepalanya di ceruk leher Anna yang wangi.
Anna merasa mual saat mencium aroma alkohol dari nafas Luke yang hangat. “Luke, kamu mabuk!” Anna mencoba menyadarkan Luke walaupun sangat kecil kemungkinannya untuk Luke bisa menyadari apa yang dilakukannya saat ini. “kamu akan menyesal saat kamu sadar nanti, “ lanjut Anna.
Luke menggeleng pelan. “Aku sadar Ann,”
Anna menetralkan detak jantungnya. Luke sedang mabuk dan tidak sadar dengan yang dilakukannya. Beberapa tahun yang lalu. Saat dirinya masih kuliah dan menjadi wanita urakan, yang suka berpesta di club setiap malam. Luke hampir merampas kesuciannya. Tapi, ada Peter yang saat itu menjadi malaikat penolongnya. Dan sekarang, saat Luke akan melakukan itu lagi, siapa yang bisa menolongnya? Anna sendirian dan harus berjuang sendiri pula.
Luke mulai melakukan tugasnya, dan Anna harus memutar akal untuk bisa melepaskan diri.
“Luke, aku tidak mau! Tolong, jangan lakukan ini,” tegas Anna sambil menghindari sentuhan Luke di lehernya.
“Kamu istriku. Dan aku punya hak atas dirimu!”
“Tapi, aku tidak mencintaimu!”
“Bagus! Karena aku pun sama.”
“Kau tidak bisa memaksaku! Ingat, aku pembantumu! ”
“Kalau begitu, aku akan memerkosa pembantuku!”
Deg! Anna bungkam. Entah harus dengan kata-kata apalagi dia menghentikan kebejatan suaminya itu? Luke berniat untuk memperkosanya? Tidak. Anna tidak akan membiarkan Luke berhasil dengan keinginannya.
“Luke, henti—kan!” Anna berhasil mendorong tubuh Luke yang tadinya menempel dengan tubuhnya. “tolong, berhenti!” pinta Anna dengan nafas memburu.
Luke menatap Anna tajam. Rambutnya yang berantakan dengan rahangnya yang tegas, membuat Anna terus merapalkan do’a agar tidak mudah tergoda. Bagaimana pun, dia wanita dewasa. Melihat suaminya se hot itu, tentu akan membuat imannya goyah.
Luke mendekap tubuh Anna dan kembali melakukan aktivitasnya yang sempat terhenti tadi. Dengan brutal dan memaksa, Luke mengecap bagian leher dan bahu Anna yang terbuka. Luke memang membenci Anna. Tapi, entahlah. Anna seakan punya daya tarik sendiri untuk membuatnya luluh begitu saja.
Anna memutar akal. Dia tidak mau Luke semakin membuat hidupnya hancur. Apalagi yang akan Luke lakukan setelah menidurinya, jika bukan menjadikannya sebagai pelacurnya. Luke pasti akan menjadikannya sebagai boneka sex nya yang bisa kapan pun dan di mana pun bisa pria itu tiduri.
“Aku sudah tidak suci lagi, Luke!” teriakan Anna bersamaan dengan berhentinya aktivitas Luke yang menarik tali piamanya.
Luke mengangkat wajahnya. Matanya yang semula menyiramkan kelembutan, kini terlihat berkobar oleh api amarah. “Katakan sekali lagi!” titah Luke sarat akan sebuah ancaman.
Anna gemetar. Tapi dia harus meyakinkan Luke, agar dirinya selamat. Tak peduli apa yang akan Luke lakukan nanti, asalkan Luke tidak berhasil menjeratnya untuk semakin terikat dengan pernikahan palsu itu.
“Aku sering bergonta-ganti pria setiap akhir pekan.”
Seketika, Luke bangkit dan berdiri di samping ranjang. Anna memeluk tubuhnya dengan takut. Tatapan mata Luke, memberinya peringatan, jika Luke sudah kerasukan setan pemarahnya lagi.
“Terima kasih, sudah mengakui betapa kotornya dan tak pantasnya dirimu menyandang gelar sebagai istriku!” ucap Luke sambil mencengkeram rambut panjang Anna dalam sekali sentakan, hingga membuat Anna terjatuh dari ranjang.
“Awww! Sa—kit Luke.” Anna mengaduh kesakitan. Benar. Inilah yang akan dia dapatkan atas penolakannya. Tapi tak apa. Lebih baik dia merasakan sakit, dari pada jatuh dalam jeratan neraka suaminya.
Luke menarik ikat pinggang nya, dan—plak! Tanpa berpikir panjang, Luke mencambuki tubuh lemah Anna yang meringkuk di lantai. Plak!
Anna menutup matanya rapat-rapat sambil mendesis menahan rasa sakitnya. Dia akan merelakan tubuhnya dicambuki oleh Luke sepuas hatinya. Asalkan Luke melepaskannya, yang artinya membebaskannya dari hak sebagai seorang istri. Karena sudah lebih dulu Luke menegaskan, jika posisinya di rumah ini, hanya sebagai seorang pembantu, tidak lebih. Dan apa salahnya, jika kali ini, dia mengatakan sebuah kebohongan, agar bisa melepaskan diri?
Plak!
Air mata Anna mengalir di sudut matanya. Dan entah sudah berapa banyak cambukan yang didapatkan oleh tubuhnya. Perlahan, kegelapan menjemput kesadarannya. Anna pingsan secara mengenaskan di lantai kamar saat malam pertama pernikahannya.
Prangg!
Luke melempar ikat pinggangnya yang sudah dengan keji menyakiti tubuh tak berdaya Anna sampai pingsan. Dia kacau. Luke merasa, Anna sangat berengsek. Bagaimana bisa Anna se jalang itu?
Lalu, di mana letak kesalahan Anna? Anna berhak dengan hidupnya sendiri. Mereka hanyalah dua orang asing yang terikat pernikahan karena sebuah dendam. Dan di luar itu, mereka bebas dengan hidup mereka masing-masing.
Luke tersenyum tipis. Dia menarik tubuh Anna dalam rengkuhan tangannya yang besar lalu membaringkannya di ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Anna yang memerah oleh bekas cambukan.
“Kenapa kamu se berengsek ini, huh?! Siapa kamu berani menolak dan mempermainkan emosiku?” lirih Luke sambil mengusap wajah Anna yang sembab. “kamu tidak akan bermain dengan pria-pria bajingan itu lagi. Karena aku, aku akan mengikatmu disisiku selamanya,” lanjut Luke kemudian keluar dari kamar itu.
Flash back off
***
Anna sedang membaca buku di halaman rumah. Karya tulis seorang ibu rumah tangga yang menuliskan kisah seorang istri sepertinya, membuat Anna tersentuh.
Beberapa karya tulis, penulis bernama Riski Hakiki itu juga berhasil membuatnya jatuh cinta dan susah move on.
Ceritanya yang selalu berkisahkan wanita yang lemah tapi harus tetap tegar menjalani kehidupan, benar-benar menjadi motivasi untuk dirinya.
Anna mengusap air matanya yang terjatuh dengan ibu jarinya. Akhir kisah hidup tokoh wanita dalam cerita itu berakhir bahagia. Dan Anna berharap, takdir hidupnya juga akan sama dengan tokoh dalam cerita itu.
Anna menutup novel yang di bacanya. Udara yang sejuk dan rindang pepohonan, membuatnya betah berada di sana. Tak peduli apa komentar Luke nantinya, begitu melihat dia berada di luar rumah. Dia butuh udara segar. Terus berada di dalam rumah, akan membuatnya menderita penyakit asma.
Beberapa jam sudah dilewatinya. Beginilah cara untuk membuang kejenuhan selama menyandang gelar sebagai istri Luxander yang di cap sebagai pembantu.
Ya Tuhan, malang sekali nasibku.
Anna bangkit dan merapikan buku-buku bacaannya. Dia kembali melangkah masuk ke dalam rumah. Ahh – lebih tepatnya, sel penjara nya .
Jika saja dia tidak terikat dengan pernikahan bodoh ini, tentu saja, dia akan bebas menikmati hidup dan masa mudanya. Jika saja dia tidak melakukan kesalahan yang amat fatal, mungkin orang tuanya masih hidup dan sekarang dia akan melanjutkan bisnis ayahnya sebagai satu-satunya penerus Axelendra Company.
Jika saja, dia tidak pernah terobsesi untuk merebut Peter dari Jasmine, pasti hidupnya tidak akan se buruk ini. Ini adalah karma, dan dia harus menjalaninya sebagai penebusan dosa.
Tiba-tiba, datang seorang wanita dengan pakaian ketat dan rambut pirang mendekat ke arahnya. Anna mulai berpikiran tidak-tidak. Kalau dilihat dari segi penampilan, wanita itu sepertinya kalangan yang menjadi sumber masalah kaum istri sah.
“Kamu siapa?” tanya Anna begitu melihat wanita berpakaian sexi berada dalam rumahnya. Wanita dengan rambut pirang itu tersenyum angkuh.
“Aku Selena. Mulai sekarang, aku akan tinggal di rumah ini.”
Anna mengerutkan keningnya. Masih belum mengerti dengan maksud wanita blonde di depannya saat ini. “Tinggal di sini? Untuk apa?”
“Tentu saja, untuk memuaskan suamimu. Memberikan suamimu sesuatu yang tidak bisa di dapatkan dari mu. Apa lagi?”
Jawaban wanita itu, membuat Anna hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya. Tidak perlu orang lain yang mengatakannya. Dia pun sadar diri. Luke tak akan pernah sudi lagi untuk menyentuhnya.
***
Anna meneliti wanita, ahh—tepatnya, Pelacur suaminya yang saat ini sedang duduk manis di depannya.. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, penampilan wanita itu, memang menunjukkan siapa dirinya, dan apa statusnya. Jadi tidak mungkin, jika Luke hanya berniat membohonginya. Wanita bernama Selena itu, benar-benar pelacur yang Luke sewa untuk menggantikan tugas yang seharusnya dilakukan olehnya sebagai seorang istri.Anna menarik nafasnya pelan. Boleh saja Luke menganggapnya sebagai pembantu, budak atau apa. Luke membencinya, juga tidak masalah. Tapi, membawa seorang wanita bayaran ke dalam rumah, saat dirinya masih sah sebagai istri dan nyonya penguasa rumah, tentu sangat tidak sopan dan tidak adil untuknya.“Sebaiknya kamu pergi. Tuan rumah yang ingin kamu kunjungi, sedang tidak ada di rumah,” ucap Anna dengan ramah, meskipun saat ini, dia sangat ingin mencakar wajah wanita yang sok cantik di depannya kini. Bagaimana tidak? Sejak datang beber
Sepanjang perjalanan, Anna membuang muka sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang memadati kota. Di sampingnya, Luke sedang fokus menyetir dengan tampang sangarnya. Jangan tanya, bagaimana takutnya Anna sekarang. Gerak-gerik Luke, menandakan jika sebentar lagi dia akan mendapatkan hukuman.Sungguh Anna tak menyangka, Luke akan berada di mansion utama. Dia kira, Luke sedang di kantor atau di club bersenang-senang dengan makhluk jadi-jadian seperti Selena.Anna melirik Luke kilas. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara dari kubunya maupun dari pihak si menakutkan. Sehingga, suasana di dalam mobil semakin terasa mencekam.Menyadari, jika Anna menatapnya, secara mendadak, Luke menginjak rem dan .... dug! Anna yang tidak siap, harus terantuk ke dashboard mobil.“Aduh! Kamu sudah gila ya?” sungut Anna sambil mengusap keningnya yang merah.Luke menoleh dengan matanya yang tajam. Seringaian t
Luke sudah sampai di rumah. Dalam hatinya, sama sekali tak terbesit keinginan untuk menunggu atau memutar arah untuk menjemput Anna. Biarlah wanita itu mendapatkan hukuman atas kelancangannya. Anna sudah melewati batas, hanya gara-gara perhatiannya tadi pagi. Anna kira, dia akan luluh begitu saja? Cuih! Mimpi!Luke membuka pintu. Dan pemandangan di depannya, membuat bibirnya sedikit tertarik membuat senyuman tipis. Rasa kesal dan kepenatannya menghilang seketika. Selena, pelacur sexi yang dia booking untuk memuaskan sekaligus tinggal di rumahnya, sudah menunggunya dengan pose sexi. Wajah Selena yang cantik dengan gaun tidur merahnya yang berpotongan dada rendah dengan panjang sampai paha, membuat Luke bangga pada dirinya sendiri. Dia tidak salah memilih jalang, untuk membalas penolakan Anna. Selena tak kalah cantik dari Anna, walaupun sisi memesona Anna—sangat alamiah.Luke menutup pintu dan Selena sudah memeluknya dari belakang. Tubuhnya
Beberapa jam sebelumnya ...Alex yang tadi sempat melihat kedatangan Anna, bergegas untuk masuk ke dalam mansion. Entah bagaimana reaksi Queen atau Katherine melihat Anna berada di sana. Yang pastinya, istrinya Rose lah yang akan menjadi penengah di antara mereka.“Sweety, di mana Anna? Tadi, aku melihatnya datang?” tanya Alex begitu mendapati ruang tamu mansion nya, sudah sepi. Hanya ada Rose yang sedang merapikan mainan Davio yang tercecer di sofa.Rose duduk di sofa, lalu menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Mengisyaratkan agar Alex duduk bersamanya.Alex tersenyum geli, kemudian mengikuti perintah wanita yang sudah menjadi ibu dari anaknya itu. “Kau semakin manis, Sweety,” Cup! ucap Alex sambil mengecup pipi kiri Rose.Rose sedikit tersentak, lalu memukul dada Alex dan celingak-celinguk tak jelas. “Alex! Ingat umur. Jangan bertingkah sep
“Anna bagaimana keadaanmu?” tanya Alex yang saat ini duduk di kursi di sebelah ranjang yang di tiduri Anna. Benar. Orang yang sudah menolong Anna dari kejahatan preman jalanan itu, adalah ayah mertuanya sendiri. Entah bagaimana ayah mertuanya itu, bisa berada di sana dan menolongnya? Sedangkan Luke? Bahkan sampai saat ini, Luke belum juga menjemputnya. Dasar suami brengsek! Anna yakin. Luke pasti sedang bersenang-senang dengan wanita jalang bernama Selena itu di rumahnya, tanpa peduli tragedi apa yang menimpanya karena Luke tinggalkan di jalanan. Sialan!Anna meringis pelan. Wajahnya juga terasa ngilu. Bahkan sudut bibirnya terasa nyeri. Preman-preman jalanan itu, benar-benar berniat menghancurkan dirinya. “Aku baik Paman. Terima kasih banyak sudah menyelamatkan hidupku.”Alex tersenyum tipis. “Sama-sama Nak. Oiya, kakimu belum boleh di gerakkan. Tulangnya sedikit retak
Luke yang penasaran, turun dari mobil dan menghampiri polisi yang sedang mengevakuasi korban. “Ada apa Pak?” tanya Luke yang melihat tiga orang korban tertembak. Tampaknya para preman jalanan. Kondisi mereka sangat mengenaskan dengan luka tembak di kepala.“Kasus pembunuhan Tuan,” jawab polisi itu.“Siapa korbannya?”“Seorang wanita muda!”Jawaban polisi itu, mendadak membuat jantung Luke berdebar kencang. Pembunuhan wanita Muda? Apakah Anna? Pikirnya berkecamuk.“Siapa mereka?” tanya Luke lagi. Dia harus memastikan, untuk membuang jauh rasa khawatirnya. Khawatir? Tentu saja. Jika terjadi sesuatu pada Anna, ayahnya—Alex . Pasti akan mencekiknya.“Mereka para preman jalanan yang meresahkan masyarakat. Mereka sudah lama kami incar tapi selalu lolos dari pengejaran. Mereka ini, suka mencopet, memuku
Peter dan Alex sedang menertawakan kebodohan Luke lewat CCTV yang Peter kirim lewat seorang opsir polisi. Saat ini, mereka sedang berada di balkon kamar yang di tempati Anna dan menikmati tontonan gratis itu.“Dad, aku pergi dulu. Sebentar lagi, Luke akan datang. Aku tidak mau Luke berpikiran yang tidak-tidak jika melihatku berada di sini,” ucap Peter.Alex mengangguk dan menepuk pundak Peter pelan. “Baiklah. Terima kasih sudah mau menyadarkan Luke, Nak.”Peter tersenyum kilas. “Aku tidak mau, jika suatu hari nanti Luke menyesal Dad. Aku yakin. Suatu hari nanti Anna akan bisa meluluhkan kerasnya hati Luke dan rumah tangga mereka akan bahagia. ”“Ya, semoga saja.”Peter keluar dari kamar itu. Sebelumnya, dia masih sempat melihat ke arah Anna yang melihatnya dengan sorot mata yang masih menyimpan—kekaguman terhadapnya.“Terima kasih sudah mau menolongku. Meskipun sel
Anna menutup wajahnya yang sembab dengan Make Up tipis. Semalaman, dia tidak bisa tidur karena ter bayangi oleh perkataan Selena yang mengatakan jika saat dirinya bertaruh nyawa, justru Luke sedang berada dalam pelukan wanita jadi-jadian itu.Marah, kesal, kecewa. Entahlah, Anna tak bisa menentukan perasaannya. Hanya saja, dia tidak bisa menghentikan aliran air mata yang dia sesali tak mau berhenti.Jika saja Anna bisa, dengan senang hati Anna akan melempar Selena keluar dari rumahnya dan menutup pintu gerbang rapat-rapat agar wanita tak tahu malu itu tak akan pernah bisa kembali lagi. Tapi, setelahnya, Luke pasti akan melakukan hal yang sama pada dirinya, melihat betapa berharganya Selena di mata suaminya. Lalu, apa yang bisa di lakukannya sekarang? Apa dia bisa melakukan sesuatu? Jawabannya adalah tidak ada. Anna hanya bisa diam dan berpura-pura tuli dengan sekelilingnya. Toh, untuk komen pun hanya akan membuang tenaga, waktu dan kesabarannya mengingat po