“Mana kemejaku yang putih!?”
Anna yang saat itu sedang mencuci piring, nyaris saja menjatuhkan piring di tangannya karena terkejut mendengar suara Luke yang tiba-tiba sudah menggelegar bagai petir menyambar.
“Sudah aku letakkan di lemari pakaianmu!” jawab Anna dan Luke pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Anna menghela nafasnya pelan. Tetesan demi tetesan air mata, tiba-tiba berjatuhan dari ujung hidungnya yang memerah karena terlalu lama menangis tadi malam. Baru dua hari dia tinggal bersama dan menjadi istri seorang Luxander. Luke sudah menyakitinya luar dan dalam seperti ini. Entah, sampai kapan dia bisa bertahan dan terus menghirup udara? Rasanya, tidak lama lagi, dia akan lebih memilih meng akhiri hidupnya saja.
Anna memilih duduk dan menelungkupkan wajahnya di meja makan. Tubuhnya yang masih terasa sakit dan nyeri di mana-mana, membuatnya tak kuat lama-lama berdiri. Bagaimana dia akan menjalani hari-harinya jika terus seperti ini? Hidup di sini, sama saja hidup dalam neraka. Penuh kesedihan dan dia harus mendapatkan rasa sakit setiap saat.
“Hiks, hiks... Aku tidak kuat Ayah. Bawa aku pergi saja. Aku lelah,” isak Anna. Tak tahan dengan semua kegilaan Luke yang semakin menjadi saja. Tadi malam, Luke bahkan memukulinya seperti binatang. Terhina tanpa perlawanan.
Tap!
Anna mengangkat wajahnya dan mengusap air matanya kasar. Luke tidak boleh melihatnya menangis atau pria gila itu akan semakin berada di atas angin. Sudah cukup Luke membuatnya menangis semalaman.
“Jangan berpura-pura. Aku tidak sudi, mejaku kotor oleh air matamu!” sinis Luke sambil menatap Anna dengan pandangan mencemooh bercampur ke songongannya.
Anna tertawa getir. Tidak ada sedikitkah rasa empati Luke untuk dirinya? Bahkan di bandingkan barang, Luke lebih mengutamakan barang-barangnya. Di bandingkan dirinya yang jelas-jelas manusia. Luke benar-benar kejam.
“Tenang saja. Aku akan membersihkannya. Kalaupun rusak. Aku akan menggantinya dengan yang baru,” jawab Anna seadanya. Tak peduli, apa reaksi Luke nantinya.
“Brengsek!”
Prangggg!
Anna menutup telinga. Kaget saat mendengar bunyi keras yang tiba-tiba memekakkan telinga. Benar Luke tidak memukulnya, tapi apa yang dilakukan Luke sampai membuatnya gemetar. Luke mengamuk dan melempar guci besar di pojok ruangan sampai hancur dan membuat ruangan yang rapi menjadi berantakan.
Luke yang mendengar jawaban Anna, memilih melampiaskan kekesalannya pada guci besar di dekatnya. Bukannya apa, Luke hanya tidak ingin Anna menang dengan mudah. Jika dia membuat Anna terluka parah, tentu Anna akan bersantai di atas ranjangnya. Tapi, Luke memiliki tujuan lain. Membuat Anna terus menderita, adalah tujuan utamanya mengikat Anna dalam pernikahan sialan itu.
Luke mengusap wajahnya kasar. Kenapa saat melihat Anna seperti ini, dia justru tidak tega? Sialan! Anna benar-benar sialan! Batinnya.
Anna melihat Luke pergi dari hadapannya. Seketika, tangisnya kembali tumpah. Sungguh, hatinya tidak sekuat itu. Dia juga wanita berhati lemah yang akan mudah terluka.
“Obati lukamu. Tidak perlu memasakkan makanan untukku. Dan aku sudah memesan makanan untuk kamu makan. Pagi, siang juga malam. “
Anna yang kembali mendengar suara Luke, hanya bisa mengerjapkan matanya--tak percaya. Secepat itukah Luke berubah? Tadi, Luke menjadi suami paling berengsek se dunia. Sekarang, Luke perhatian padanya? Apa kondisi mental Luke masih belum stabil, yang artinya Luke masih setengah gila? Atau, memang hati Luke sedikit tersentuh melihat ketulusannya?
“Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya ingin kamu sembuh sebelum kembali aku lukai, “ ucap Luke membuang muka sambil melipat lengan kemejanya. Melihat tatapan Anna yang tak biasa, membuatnya merasa—entahlah. Dia pun sulit untuk menjelaskannya. Yang jelas, rasa itu adalah bentuk kepuasan karena Anna tak membangkangnya.
Anna hanya mengangguk. Apa pun alasannya, setidaknya, hati Luke sudah bisa dia sentuh. “Terima kasih,” jawab Anna. “dia pasti akan tersentuh dan luluh dengan sendirinya, “ lanjutnya dan mendapat kekehan sinis dari Luke.
“Jangan bermimpi terlalu tinggi. Kamu akan tumbang dan tidak akan bisa bangkit lagi saat terjatuh.”
“Tapi, kamu juga manusia. Sekecil apa pun, kamu pasti punya rasa simpati.”
“Tentu. Tapi, tidak untukmu!” bentakan Luke kali ini membuat Anna menarik kerah kemeja Luke dan menyentaknya sedikit keras.
“Apa yang salah dari memberiku kesempatan untuk berubah Luke? Kamu juga pernah jadi penjahat! Kita pernah berada di posisi yang sama dan saat itu Peter memberikan kamu kesempatan untuk berubah. Tapi kenapa, untukku kesempatan itu tidak ada?!”
“Jangan melewati batasanmu Anna!” tegas Luke. Beraninya Anna membanding-bandingkannya dengan Peter? Tentu saja hal itu membuktikan, jika Anna masih menyimpan rencana jahat untuk merebut Peter dari Jasmine dan menghancurkan rumah tangga mereka. Tidak. Luke tidak akan mengampuni Anna untuk itu.
“Kenapa? Aku hanya ingin meminta kesempatan. Kesempatan untuk berubah. Aku tidak meminta banyak. Aku hanya ingin, kamu menerimaku sebagai istrimu. Istri yang kamu cintai. Hiks... Hiks....”
Isakan Anna, malah membuat Luke menyeret tubuh Anna ke dalam kamar mandi dan..
Byurrrr!
Luke menyiram tubuh Anna dengan air dingin, yang seketika membuat kulit tubuh Anna semakin terasa nyeri.
“Lihat dirimu!” teriak Luke sambil menunjuk tubuh basah kuyup Anna lewat kaca besar di depannya. “Apa yang bisa di banggakan dari wanita jalang sepertimu? Huh?!” lirih Luke sambil menarik rambut Anna dengan kasar.
“Sa-kit Luke. Tolong, lepaskan, hiks ... Hiks ... “ lirih Anna mengiba. Sungguh, rasanya setiap inci kulitnya terasa nyeri.
Luke tertawa licik. “Hati yang tulus, atau wanita baik-baik?” ucap Luke.
“Bukan seperti itu caranya Luke,” jawab Anna nyaris tak terdengar. Dia mengerti apa maksud Luke lewat perkataannya yang sinis.
“Lalu seperti apa? Apa aku harus lebih dulu membayarmu baru kamu akan mau melayaniku?”
Plak!
Entah kekuatan dari mana, Anna berhasil lepas dan melayangkan satu tamparan untuk mulut suaminya yang sangat tidak bermoral.
“Bedakan aku dengan para pelacurmu itu!” teriak Anna dengan marah. Boleh saja Luke menyamakannya dengan ular, iblis atau apa pun. Tapi, jika Luke menganggapnya sebagai pelacur, maaf. Dia tidak akan bisa menerima itu. Bagaimana pun statusnya adalah sebagai seorang istri sekarang. Walaupun Luke menganggapnya sebagai budak penjaga rumahnya saja.
“Se besar apa pun kebencianmu padaku, Tolong. Hormati status kita. Aku bukan pelacur yang bisa kamu paksa untuk memuaskan nafsumu itu, Luxander! Hiks.. Hiks.... “
Tubuh Anna jatuh ke lantai. Anna menangis pilu dengan ke tidak berdayaanya. Kenapa karma harus mempermainkan hatinya seperti ini? Tidak. Bukan balasan seperti ini yang dia mau. Dia akan menerima apa pun sakit yang di dapatkan tubuhnya. Tapi, jika hatinya yang harus bermain peran, lambat laun, dia pasti akan menyerah.
“Baik. Kamu yang memintaku untuk melakukannya. Jadi, siapkan dirimu!” tegas Luke, membuat Anna menengadah. Dia belum mengerti dengan maksud perkataan Luke tadi.
“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Anna.
“Menghormati statusmu dengan membawa pelacur ke rumah ini untuk bisa aku tiduri!”
Braakkk!
Luke keluar dari kamar mandi, setelah menendang pintu dengan keras.
Anna kembali berurai air mata. Bukan itu maksudnya. Dia ingin Luke mengambil hak nya dengan kerelaan hatinya. Bukan dengan jalan ingin memperkosanya seperti semalam. Lalu, apa Luke akan kembali membuat nya kembali terluka?
Ya Tuhan, tolong berikan sedikit kelembutan di hatinya ... batin Anna sambil memeluk tubuhnya yang Luke pukul semalam karena penolakannya.
***
Anna menutup dadanya yang terbuka dengan bantal. Piama tidurnya yang berpotongan dada rendah dengan serat kain yang agak transparan, tentu saja akan membuat hasrat kelelakian pria mana pun termasuk Luke tergoda.
Tentu saja Anna sangat ketakutan. Melihat sorot mata tajam Luke yang menakutkan, sepertinya akan terjadi sesuatu padanya malam ini.
“Luke, ini tidak benar, “ lirih Anna dengan suara bergetar.
Sungguh, siapa pun tolong Aku dari suami berengsek ini. Batin Anna.
Anna menutup dadanya yang terbuka dengan bantal. Piama tidurnya yang berpotongan dada rendah dengan serat kain yang agak transparan, tentu saja akan membuat hasrat kelelakian pria mana pun termasuk Luke tergoda.“Luke. Ini tidak benar.” Suara Anna bergetar. Sungguh, dia sangat ketakutan sekarang. Apa yang akan Luke lakukan, dia belum siap. Hubungannya dengan Luke hanya sebatas status saja. Demi menutupi niat Luke untuk membalas dendam. Jadi, untuk memberikan Luke hak sebagai suaminya, dia tidak mungkin bisa memberikan.Luke menyeringai—kejam. Tak peduli dengan teriakan Anna, Luke malah melepaskan kaos putihnya dan bertelanjang dada. Dengan beringas, Luke menarik kaki Anna sampai-sampai Anna jatuh telentang di bawah kungkungan tubuh Luke yang besar dan kekar.“Luke! Apa yang kamu inginkan?” ucap Anna sambil memberi sekat pembatas antara tubuhnya dan Luke dengan mendorong dada Luke dengan ke dua tangannya. 
Anna meneliti wanita, ahh—tepatnya, Pelacur suaminya yang saat ini sedang duduk manis di depannya.. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, penampilan wanita itu, memang menunjukkan siapa dirinya, dan apa statusnya. Jadi tidak mungkin, jika Luke hanya berniat membohonginya. Wanita bernama Selena itu, benar-benar pelacur yang Luke sewa untuk menggantikan tugas yang seharusnya dilakukan olehnya sebagai seorang istri.Anna menarik nafasnya pelan. Boleh saja Luke menganggapnya sebagai pembantu, budak atau apa. Luke membencinya, juga tidak masalah. Tapi, membawa seorang wanita bayaran ke dalam rumah, saat dirinya masih sah sebagai istri dan nyonya penguasa rumah, tentu sangat tidak sopan dan tidak adil untuknya.“Sebaiknya kamu pergi. Tuan rumah yang ingin kamu kunjungi, sedang tidak ada di rumah,” ucap Anna dengan ramah, meskipun saat ini, dia sangat ingin mencakar wajah wanita yang sok cantik di depannya kini. Bagaimana tidak? Sejak datang beber
Sepanjang perjalanan, Anna membuang muka sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang memadati kota. Di sampingnya, Luke sedang fokus menyetir dengan tampang sangarnya. Jangan tanya, bagaimana takutnya Anna sekarang. Gerak-gerik Luke, menandakan jika sebentar lagi dia akan mendapatkan hukuman.Sungguh Anna tak menyangka, Luke akan berada di mansion utama. Dia kira, Luke sedang di kantor atau di club bersenang-senang dengan makhluk jadi-jadian seperti Selena.Anna melirik Luke kilas. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara dari kubunya maupun dari pihak si menakutkan. Sehingga, suasana di dalam mobil semakin terasa mencekam.Menyadari, jika Anna menatapnya, secara mendadak, Luke menginjak rem dan .... dug! Anna yang tidak siap, harus terantuk ke dashboard mobil.“Aduh! Kamu sudah gila ya?” sungut Anna sambil mengusap keningnya yang merah.Luke menoleh dengan matanya yang tajam. Seringaian t
Luke sudah sampai di rumah. Dalam hatinya, sama sekali tak terbesit keinginan untuk menunggu atau memutar arah untuk menjemput Anna. Biarlah wanita itu mendapatkan hukuman atas kelancangannya. Anna sudah melewati batas, hanya gara-gara perhatiannya tadi pagi. Anna kira, dia akan luluh begitu saja? Cuih! Mimpi!Luke membuka pintu. Dan pemandangan di depannya, membuat bibirnya sedikit tertarik membuat senyuman tipis. Rasa kesal dan kepenatannya menghilang seketika. Selena, pelacur sexi yang dia booking untuk memuaskan sekaligus tinggal di rumahnya, sudah menunggunya dengan pose sexi. Wajah Selena yang cantik dengan gaun tidur merahnya yang berpotongan dada rendah dengan panjang sampai paha, membuat Luke bangga pada dirinya sendiri. Dia tidak salah memilih jalang, untuk membalas penolakan Anna. Selena tak kalah cantik dari Anna, walaupun sisi memesona Anna—sangat alamiah.Luke menutup pintu dan Selena sudah memeluknya dari belakang. Tubuhnya
Beberapa jam sebelumnya ...Alex yang tadi sempat melihat kedatangan Anna, bergegas untuk masuk ke dalam mansion. Entah bagaimana reaksi Queen atau Katherine melihat Anna berada di sana. Yang pastinya, istrinya Rose lah yang akan menjadi penengah di antara mereka.“Sweety, di mana Anna? Tadi, aku melihatnya datang?” tanya Alex begitu mendapati ruang tamu mansion nya, sudah sepi. Hanya ada Rose yang sedang merapikan mainan Davio yang tercecer di sofa.Rose duduk di sofa, lalu menepuk-nepuk sofa di sampingnya. Mengisyaratkan agar Alex duduk bersamanya.Alex tersenyum geli, kemudian mengikuti perintah wanita yang sudah menjadi ibu dari anaknya itu. “Kau semakin manis, Sweety,” Cup! ucap Alex sambil mengecup pipi kiri Rose.Rose sedikit tersentak, lalu memukul dada Alex dan celingak-celinguk tak jelas. “Alex! Ingat umur. Jangan bertingkah sep
“Anna bagaimana keadaanmu?” tanya Alex yang saat ini duduk di kursi di sebelah ranjang yang di tiduri Anna. Benar. Orang yang sudah menolong Anna dari kejahatan preman jalanan itu, adalah ayah mertuanya sendiri. Entah bagaimana ayah mertuanya itu, bisa berada di sana dan menolongnya? Sedangkan Luke? Bahkan sampai saat ini, Luke belum juga menjemputnya. Dasar suami brengsek! Anna yakin. Luke pasti sedang bersenang-senang dengan wanita jalang bernama Selena itu di rumahnya, tanpa peduli tragedi apa yang menimpanya karena Luke tinggalkan di jalanan. Sialan!Anna meringis pelan. Wajahnya juga terasa ngilu. Bahkan sudut bibirnya terasa nyeri. Preman-preman jalanan itu, benar-benar berniat menghancurkan dirinya. “Aku baik Paman. Terima kasih banyak sudah menyelamatkan hidupku.”Alex tersenyum tipis. “Sama-sama Nak. Oiya, kakimu belum boleh di gerakkan. Tulangnya sedikit retak
Luke yang penasaran, turun dari mobil dan menghampiri polisi yang sedang mengevakuasi korban. “Ada apa Pak?” tanya Luke yang melihat tiga orang korban tertembak. Tampaknya para preman jalanan. Kondisi mereka sangat mengenaskan dengan luka tembak di kepala.“Kasus pembunuhan Tuan,” jawab polisi itu.“Siapa korbannya?”“Seorang wanita muda!”Jawaban polisi itu, mendadak membuat jantung Luke berdebar kencang. Pembunuhan wanita Muda? Apakah Anna? Pikirnya berkecamuk.“Siapa mereka?” tanya Luke lagi. Dia harus memastikan, untuk membuang jauh rasa khawatirnya. Khawatir? Tentu saja. Jika terjadi sesuatu pada Anna, ayahnya—Alex . Pasti akan mencekiknya.“Mereka para preman jalanan yang meresahkan masyarakat. Mereka sudah lama kami incar tapi selalu lolos dari pengejaran. Mereka ini, suka mencopet, memuku
Peter dan Alex sedang menertawakan kebodohan Luke lewat CCTV yang Peter kirim lewat seorang opsir polisi. Saat ini, mereka sedang berada di balkon kamar yang di tempati Anna dan menikmati tontonan gratis itu.“Dad, aku pergi dulu. Sebentar lagi, Luke akan datang. Aku tidak mau Luke berpikiran yang tidak-tidak jika melihatku berada di sini,” ucap Peter.Alex mengangguk dan menepuk pundak Peter pelan. “Baiklah. Terima kasih sudah mau menyadarkan Luke, Nak.”Peter tersenyum kilas. “Aku tidak mau, jika suatu hari nanti Luke menyesal Dad. Aku yakin. Suatu hari nanti Anna akan bisa meluluhkan kerasnya hati Luke dan rumah tangga mereka akan bahagia. ”“Ya, semoga saja.”Peter keluar dari kamar itu. Sebelumnya, dia masih sempat melihat ke arah Anna yang melihatnya dengan sorot mata yang masih menyimpan—kekaguman terhadapnya.“Terima kasih sudah mau menolongku. Meskipun sel