Yuna masih terkejut ketika Wano memanggilnya.Kemudian Yuna berjalan ke sisi ranjang Wano sambil menatap kosong ke arahnya, "Lukaku baik-baik saja, lukamu lebih parah dan butuh istirahat."Wano menarik Yuna ke dalam pelukannya dan tanpa ragu membuka baju wanita itu.Selembar kain kasa menempel di punggung putih Yuna.Permukaan kulit Yuna di bawah kain itu rusak dan bahkan tanda lahir kelopak mawar itu pun tidak bisa dilihat.Wano merasakan rasa sakit di hatinya ketika melihat luka Yuna.Wano tahu penyerangan ini diarahkan pada Yuna.Tujuan utama penyerangan adalah untuk menghancurkan tanda lahir Yuna.Jadi selain Wano dan Yudi, ada orang lain yang tahu Yuna adalah anak perempuan Maya.Jemari dingin Wano mengusap lembut kulit Yuna.Suara Wano terdengar serak, "Apa sakit sekali?"Yuna menggeleng lembut, "Dokter bilang kalau kamu nggak cepat mencucinya dengan air, luka ini bisa lebih parah."Yang bisa Yuna pikirkan saat ini hanyalah Wano dengan satu tangan menutup lukanya yang terus menge
Wendy memberikan sebuah kotak kue kecil pada Yuna, sambil tersenyum lalu berbisik di telinganya, "Jangan biarkan Wano mendapatkanmu dengan mudah, sudah sifat alami pria menyia-nyiakan apa yang bisa dengan mudah mereka dapatkan, mengerti?"Wendy sudah berlalu pergi sebelum Yuna bisa bereaksi.Wendy segera menelepon neneknya ketika melangkah keluar."Nenek tidur yang tenang, kulihat barusan Wano dan Yuna sedang berpelukan dan sepertinya nggak lama mereka akan tidur bersama lagi 'kan?Mendengar kabar Wendy membuat Marisa sangat bersemangat."Bagus sekali, rencana ini mulai berjalan. Besok semua orang di keluarga kita akan pergi berlibur dan para pelayan akan kuliburkan, aku nggak percaya cucu menantuku akan membiarkan cucuku menderita."Wendy mengagumi rencana Marisa.Seperti sebuah kalimat, siapa yang tidak berani mengambil resiko tidak akan bisa meraih hal besar.Hanya saja di sini Yuna adalah kelinci kecil polos dan Wano adiknya adalah serigala jahat.Yuna berdiri tidak bergerak lebih
Tanpa menunggu reaksi Yuna, Wano langsung menggenggam tangan Yuna dan menyusupkannya ke dalam piyamanya.Yuna terkejut dengan suhu panas tubuh Wano dan langsung menarik kembali tangannya.Wajahnya memerah, suaranya pun parau."Wano, kalau kamu macam-macam, aku nggak akan peduli lagi padamu!"Dia baru saja kehilangan kendali, jadi dia tidak akan membiarkan dirinya terjatuh ke dalam perangkap Wano lagi.Melihat bibir mungil Yuna yang sedikit memerah setelah dicium olehnya, Wano seketika tersenyum puas."Yuna, kamu masih punya perasaan padaku. Kamu juga tadi menikmatinya, 'kan?""Hentikan omong kosongmu!" Yuna kemudian meraih bantal dan melemparkannya kepada Wano.Melihat Yuna yang begitu marah, membuat Wano lagi-lagi tersenyum puas.Dia memang ingin membuat Yuna kehilangan kesabaran seperti ini.Namun, ketika ingin menghindari bantal yang dilempar Yuna, Wano malah tak sengaja menyentuh lukanya.Rasa sakit itu membuatnya mendesah secara mendadak.Dia langsung memohon dengan suara memelas,
Di sisi lain.Wano baru saja hendak mengambil telepon untuk menelepon Yuna. Dia ingin bertanya mengapa Yuna belum kembali.Pintu ruang rawat tiba-tiba terbuka.Qirana mendorong kursi roda Vina dan berdiri di depan pintu.Tidak terlihat bayangan dari pengusirannya semalam, wajahnya tetap tersenyum dengan indahnya."Kak Wano, bibi memintaku mengantarnya ke sini untuk melihatmu."Suasana hati Wano yang baik langsung sirna oleh kedatangan mereka.Wano kemudian berkata dengan agak kesal, "Baru aja sadar. Kalau nggak istirahat dengan baik, nanti bisa kenapa-napa."Meskipun wajah Vina tampak murung, tetapi dia berbicara dengan penuh semangat.Vina menatap luka-luka di tubuh Wano, lalu berkata, "Apa kamu rela mati begitu saja cuma gara-gara Yuna? Dia hanya bisa menyusahkanmu, 'kan? Kenapa kamu begitu tergila-gila padanya?"Mata Wano seketika berkilat dingin."Dia wanitaku, terserah bagaimana aku mau memperlakukannya. Aku bebas menentukan hidup dan matiku, jadi orang lain nggak perlu ikut campu
Setelah mengatakannya, dia pergi bersama Qirana.Vina tak berani menyerangnya dengan berlebihan karena Yuna dilindungi oleh Wano.Selain itu, sekarang Yogi tidak berniat menceraikan Vina lagi karena dia telah menyelamatkan Marisa, jadi dia tak ingin memperbesar masalah ini.Saat ini, tugas utamanya adalah mempertahankan posisi sebagai Nyonya Lasegaf.Mengenai Yuna, dia akan membalasnya suatu hari nanti.Melihat Yuna masuk, Wano menatapnya dengan khawatir, "Kamu ke mana saja? Kenapa lama sekali?""Cuma jalan-jalan saja."Melihat Yuna yang menghindar dan tak berani menatapnya, Wano merasa ada yang tak beres.Dia langsung mendengus dingin, kemudian berkata, "Yuna, sakit."Yuna buru-buru lari mendekat dan hendak memeriksa luka Wano. Akan tetapi, tangan Yuna dicekal oleh Wano.Barulah saat itu, Wano menyadari adanya bekas tangan di wajah Yuna.Sorot matanya seketika menjadi dingin, lalu dia mendongakkan kepala Yuna dan bertanya dengan tegas, "Siapa yang memukulmu?"Yuna menunduk dan tak ber
Wano melihat hasil tes itu dengan wajah yang semakin muram.Tampaknya, ini bukanlah kasus penipuan sederhana, tetapi pembunuhan yang direncanakan dengan matang.Mungkin saja ketika mereka merencanakan kecelakaan mobil Maya, tujuan utamanya adalah membunuh dua orang dalam sekali gerak.Setelah itu, mereka sengaja mengirim Qirana menuju Keluarga Sudrajat sebagai putri Maya.Mungkin mereka tak menyangka bahwa Yuna mampu bertahan.Jadi, ada seseorang yang membuangnya hingga dia ditemukan oleh Yuli.Setelah memikirkannya, Wano langsung memerintahkan, "Cari Yuli! Dia mungkin mengetahui beberapa kebenaran dari masa lalu."Bahkan, jejak sekecil apa pun mungkin saja akan berguna dalam kasus ini.Zakri mengangguk, "Saya akan segera mengurusnya.""Apa pelakunya sudah mengaku?""Sudah, dia adalah penggemar berat aktris itu. Mereka memiliki grup penggemar. Beberapa orang bahkan sengaja memperkeruh suasana dengan mengirimkan alamat Pengacara Yuna. Dari permukaan, memang kesannya seolah-olah ini ulah
Yanuar melihatnya dengan senang, "Kamu terus saja berpura-pura. Menurutku, kamu ini sudah keterlaluan. Kamu juga nggak memikirkan pekerjaan Yuna. Dengan beradu pendapat sama pengacara, kamu cukup beruntung kalau dia nggak sampai membunuhmu!"Wano merasakan amarah sambil memegangi lukanya, kemudian dia menatap sengit Yanuar, "Diam kamu! Memangnya kamu bakal mati kalau nggak ngomong?""Nggak, kok. Tapi melihat kekalahanmu benar-benar membuatku tertawa, hahaha."Pada saat itu, Qirana membuka pintu dan masuk.Dengan senyum di wajahnya, Qirana mengulurkan undangan kepada Wano dan Yanuar sambil berkata, "Kak Wano, Kak Yanuar, konser pertunjukanku akan diadakan Sabtu depan. Kalian harus hadir, ya!"Tanpa melihat atau bahkan menerima undangannya, Wano langsung menjawab dengan dingin, "Aku sibuk!"Setelah itu, dia memejamkan matanya untuk istirahat.Mata Qirana memerah seketika, raut wajahnya tampak menyedihkan.Yanuar mencoba tersenyum sambil mencairkan suasana, "Qirana, kamu hebat sekali, bah
"Bukankah ini Qirana? Dia rupanya berhubungan dengan banyak pria! Dia mana punya hak untuk bicara tentang kesetiaan cinta begini? Lebih baik mati saja!""Nggak heran kalau Wano nggak menyukainya. Ternyata dia ini kotor sekali. Mana ada pria yang mau dengan pelacur?""Ternyata kita semua tertipu dengan penampilan polosnya. Dia bahkan mengorbankan segalanya demi cinta. Menurutku, dia pasti sudah dijadikan mainan oleh orang lain sampai nggak bisa memiliki anak!"Para tamu di tempat itu seketika menjadi gaduh dan berantakan.Ada banyak kata-kata kasar yang terlontarkan.Qirana yang tidak menyadari keadaan tersebut, masih berdiri di atas panggung dan menerima wawancara dari wartawan. Dia terus menangis pilu karena kesetiaannya pada cinta.Seorang asisten muda tiba-tiba berlari ke atas panggung, lalu berbisik pada telinganya, "Nona Qirana, ada masalah."Dia membawakan Qirana sebuah foto.Setelah melihat foto tersebut, tatapan Qirana yang tadinya penuh senyum seketika terpaku.Mengapa foto-fo