Celine menatap kejauhan rumah milik Dominic. Dia merasa gelisah dan tidak tenang. Celine penasaran, tapi dia ragu untuk mendekat. Ada banyak rasa takut yang menguasainya. Setelah satu minggu lalu berbincang ringan dengan mantan managernya, Celine memutuskan untuk melihat keadaan Dominic dari jauh. Sayangnya, dari jarak seperti ini, dia tidak menemukan siapa pun dan tidak tahu keadaan Dominic.Haruskah dia melangkah lebih dekat?Tidak, Celine merasa bersalah. Dia payah. Dia sudah berjanji untuk pergi dan tidak berhubungan lagi dengan Dominic. Lelaki itu juga pasti sudah membaca surat yang dia titipkan pada Marta. Bagaimana mungkin dia membatalkan niatnya dan menjilat ludahnya sendiri? Jangan konyol! Dia tidak boleh kembali kembali pada Dominic.Kepalanya terus berusaha menahannya dan memintanya untuk berbalik pergi meninggalkan rumah yang ada di seberang jalan. Namun hatinya menyuruhnya tetap melangkah. Pergi menemui Dominic dan memastikan keadaannya. Kepalanya terasa
Celine tersenyum menatap anaknya yang tidur nyenyak bersama Dominic. Arion benar-benar tampak sangat akrab dengan lelaki itu. Celine tidak percaya, hubungan Dominic dengan Arion bisa sedekat ini. Haruskah dia menikah dengan Dominic? Tapi Celine belum melupakan Rayyan, suaminya yang meninggal karena menyelamatkannya. Semua itu membuatnya kembali sedih.Air mata tanpa sadar kembali menetes. Celine mengusapnya kasar dan berbalik untuk pergi. Namun saat dia akan menutup pintu, terlihat Dominic yang terbangun. Lelaki itu mengusap matanya dan menoleh. Lalu bangkit dan menghampirinya."Celine?""Maaf, apa aku membangunkanmu?" tanyanya dengan wajah tidak enak ketika Dominic berjalan mendekat. Celine bisa melihat wajah lelaki itu yang tampak mengantuk. Dia merasa bersalah karena mengganggunya."Tidak, maaf aku ketiduran. Aku tidak sengaja." Dominic tersenyum seraya menutup pintu kamar dan membiarkan Arion sendiri."Kenapa minta maaf? Tidurlah kembali, seperti yang ka
Celine terdiam menatap pantulan dirinya depan cermin. Dia tengah mencocokkan gaun pernikahannya dengan Dominic. Setelah lebih dari tiga bulan sejak kematian Rayyan dan persiapan pernikahan, dia akhirnya akan segera menyandang status sebagai istri dari Dominic. Lelaki yang dia cintai sekaligus ayah dari anaknya.Pandangan Celine kemudian terpaku pada perutnya yang membesar. Dia mengusap lembut calon anaknya. Gaun pengantin itu sengaja dibuat besar di bagian perut dan tidak terlalu ketat agar dia tidak terlalu sesak karena perutnya yang buncit. Celine harap dia tidak akan menyesal dengan pilihannya. Dia juga berharap Dominic mengubah sikap buruknya. Meski memang, lelaki itu menjadi lebih perhatian padanya. Namun kadang kala, Dominic keras kepala dan masih tidak mau mengalah dalam beberapa hal. Terutama masalah Dominic yang berubah menjadi sangat overprotektif. Baik padanya atau pada Arion. Dia kadang harus memasang ekspresi marah dulu agar Dominic mengalah.Celine
Cup.Sebuah kecupan lembut menyentak kesadaran Celine dari lamunannya. Dia menoleh ke arah suaminya yang kini memeluk erat tubuhnya. Bibirnya mengukir senyum manis ketika Dominic mencuri satu ciuman di sana. Sungguh, Celine tidak percaya dengan kenyataan bahwa kini dia menikah dengan lelaki licik yang menjeratnya.Pernikahan yang melelahkan tadi pagi, membuat Celine akhirnya bisa beristirahat sejenak setelah pesta resepsi dan segala adat istiadatnya. Meski sekarang, dia tentu akan melaksanakan kewajibannya sebagai istri Dominic. Melayani suaminya."Kenapa kau belum tidur? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Dominic sambil meletakkan kepalanya di pundak Celine. Dia meraih tangan istrinya, namun Dominic mengernyit bingung menyadari ada sesuatu yang dipegang oleh Celine. Dia menarik benda itu dan melihatnya. Membuat Celine mau tak mau ikut berbalik. "Apa ini?""Itu—""Rayyan?"Dominic menatap benda yang ternyata adalah foto Rayyan dan Celine dengan Arion. Ke
WARNING : Silakan baca di apk-nya, ya. Biar tulisannya cantik. —— "Mayat!" jerit tertahan seorang wanita saat ia tidak sengaja melihat sesosok tubuh teronggok di jalan yang sedang dilewatinya. Tubuh seorang pria penuh darah, membuat pupil matanya membesar. Suasana malam dengan hujan rintik-rintik menyebabkan gang sempit itu jarang dilewati orang. Tidak ada seorang pun yang bisa dimintai pertolongan.Sejenak, terlintas di benaknya untuk mengabaikan sosok yang sudah dianggap mayat itu. Bisa saja orang yang ada di depannya mati karena pembunuhan. Melihat banyaknya luka yang mirip seperti bekas tusuk benda tajam. Akan sangat bahaya jika dia ikut terlibat masalah karena hal ini. Tidak, hidupnya sudah cukup rumit untuk menambah sebuah masalah dari orang asing.Alhasil, dengan segala pertimbangan dan mengabaikan hati nuraninya, Celine berniat pergi dan melangkahi mayat tersebut. Dia harus buru-buru pulang sebelum membuat suami dan anaknya khawatir. S
"Mama! Mama pulang," seru anak kecil laki-laki berusia sekitar enam tahun begitu melihat Celine, sang ibu datang. Dia berniat untuk memeluknya, namun Celine yang basah karena terguyur hujan, berusaha menjauhkannya."Baju Mama basah, Sayang."Anak kecil bernama Arion itu mencebikkan bibirnya. Kedua tangannya terlipat di dada. Dia merajuk karena ibunya tidak ingin dipeluk, tetapi Celine yang sudah mengetahui tabiat anaknya, mulai menurunkan tubuhnya dan mensejajarkan diri dengan Arion. Mengusap kepalanya dengan lembut seraya memberinya kecupan hangat di pipi.Barulah Arion tersenyum kembali, sampai keduanya kemudian masuk ke dalam dan mengunci pintu. "Papa mana, Sayang?""Papa lagi masak, Ma." Tangan kecil Arion menggenggam erat tangan Celine dan mengajaknya berjalan ke arah dapur.Di sana, terlihatlah Rayyan, suaminya tengah memasak. Laki-laki itu tampak sedikit kesulitan dengan salah satu kakinya yang menggunakan kruk. Membuat Celine yang melihatnya merasa k
Celine membuka pintu gubuk, tempat dia meninggalkan laki-laki asing kemarin dengan hati-hati. Sesuai janjinya, dia datang untuk memastikan keadaannya sembari membawa makanan dan beberapa perban serta obat-obatan. Entah keberuntungan atau apa, hari ini dan besok adalah hari di mana dia mengambil cuti. Celine lelah karena hampir tidak pernah mendapat hari libur. Dia juga ingin berkumpul dengan keluarganya. Meski saat ini, setelah menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya, dia menyempatkan diri untuk datang dan melihat keadaan laki-laki ini.Masih sama.Laki-laki tersebut masih terbaring dengan kain yang kemarin membalut lukanya dan jaket miliknya yang menjadi selimut. "Kau masih hidup, ya?" ujar Celine saat tangannya menyentuh kening si laki-laki dan terasa hangat.Bibir yang kemarin pucat karena kehabisan darah juga sudah tampak sedikit memerah. Ini pertanda bagus. Tak menyangka jika apa yang dilakukannya cukup berhasil. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. C
Celine menatap anaknya yang tertidur setelah lelah bermain seharian. Wacananya untuk mengajak Arion main di taman tidak bisa terealisasi, karena dia tidak mungkin meninggalkan Rayyan di rumah. Alhasil, dia menemani anaknya bermain di rumah dengan mobil-mobilan yang baru dia belikan. Menyanyikan lagu tidur seperti biasa, sampai akhirnya Rayyan datang dengan kruk di tangan kanannya. Berjalan pelan menuju ke arahnya."Arion sudah tidur?""Ya, dia pasti lelah." Celine terkekeh melihat anaknya yang tidur di pangkuannya."Harusnya kamu pergi bersamanya, tidak usah memedulikanku." Rayyan mengusap Arion dan mengecup kening putranya. Lalu beralih mengecup bibir Celine. Merasa kasihan melihat istrinya yang kelelahan seperti ini. Padahal Celine mengambil cuti untuk beristirahat. Namun istrinya justru malah kelelahan seperti ini."Kamu bicara apa, Rayyan. Aku sengaja mengambil cuti agar bisa bersama kalian." Celine berdecak kesal mendengar suaminya yang selalu mengatakan unt