Share

18. Awas Kau, Mentari!

“Tari ....” Ucapan lirih Lucian menghentikan debat kecil antara Mentari dan Anton.

Seuntai rasa syukur dan bahagia menyelusup ke dalam hati Mentari meski tak bisa ia tunjukkan dengan berapi-api. Mentari hanya memandangi Lucian dari tempat duduknya tanpa senyuman untuk mengekspresikan kebahagiaannya. Hanya binar cerah yang terpancar dari mata cokelatnya yang menggambarkan betapa Mentari senang ayahnya sudah bangun dan bisa berbicara lagi kepadanya.

“Iya, Pa.”

“Sedang apa kau di sini?” Suara Lucian terdengar sedikit serak.

Sedang apa? Mentari mengerutkan dahi. “Tari sedang menunggui Papa. Papa sakit.”

“Kau pulang saja. Kau harus mempersiapkan resepsi pernikahanmu.”

Itu lagi. Mentari mendesah kesal. Seketika ia merasa keberadaannya di sana tidak diinginkan. “Tapi Papa kan sedang sakit. Tari—“

“Apakah suamimu tahu kau di sini?” potong Lucian dengan nada menyelidik.

“Kenapa Papa peduli sekali dengan menantu Papa? Dia tahu atau tidak, itu tidak penting, Pa.” Mentari melipat tangan di atas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status