Share

21. Harus Menghilang

“Selamat siang, Pak Lucian.” Kehadiran Rakhan menyelamatkan Mentari dari rasa gugup dan panik.

Mentari menelan kembali umpatannya pada Rakhan yang sempat terucap di dalam hati. Ia memperhatikan langkah Rakhan sampai berhenti berjalan dan berdiri di samping ranjang Lucian, berseberangan dengannya. Namun, Rakhan tak sedikit pun berusaha untuk melihat dan melirik Mentari. Pandangannya hanya tertuju pada Lucian.

“Selamat siang. Apa kabarmu, Nak?” Lucian tampak semringah melihat menantunya. Binar matanya yang cerah mengindikasikan adanya kegembiraan dalam diri pria itu.

Sebaliknya, Mentari merasa sedih dan kasihan melihat ayahnya yang begitu bangga dengan kehadiran Rakhan. Pria itu tidak tahu bagaimana menantu yang selalu ia pedulikan tidak pernah sedikit pun memedulikannya. Keadaan tak seimbang itu yang menyayat-nyayat hati Mentari walaupun ayahnya sudah tidak berlaku adil kepadanya dan Arya.

“Baik.” Rakhan hanya menjawab dengan singkat. Ia bahkan tidak menanyakan kabar Lucian dan ju
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status