Dalam sebuah pertanyaan besar keberadaan diriku menjadi sebuah teka-teki. Ruangan kehampaan mengikuti setiap langkah kaki selangkah demi selangkah membuat terasa risau. Perlahan seseorang muncul dihadapannya sebuah eksistensi yang tidak dapat dihindari. Sorot matanya begitu tajam senyum manisnya terasa seperti nyata. Lautan merah darah mendominasi keheningan malam mataku tidak dapat kabur dari pandangannya terhipnotis kedalam dimensi entitas tersebut. Wajahku penuh dengan ketakutan detak jantung berdenyut semakin kencang energi dalam diri menjadi tidak terkontrol seketika merasa diri ini sudah kehilangan kendali sepenuhnya. Memori yang terlintas kini sudah usang rasa cemas memenuhi pipiku dalam kegelapan dan bahkan banyang-banyang seseorang dihadapan wajahku terlihat suram. Ketika diriku terombang-ambing dalam kepalsuan tidak lama kemudian tersadar denga nafas sesak.
“Aghhhhhhh,” teriak diriku. suaranya memecah ruang kamarku
“Ah sial ini mimpi?”
“Apa itu? tidak mungkin.”
Diriku terus bergumam dan tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Saat diriku melihat ke arah jam ternyata masih sangat malam tanpa sadar dia telah terbangun dari sesuatu yang membuatnya tidak bisa lagi memejamkan mata. Dalam hati berharap pergi ke alam mimpi sekali lagi dengan harapan yang menggantung. Kemudian dirinya terlelap detik jam terus berbunyi perlahan di keheningan malam semakin dalam. Ketika hari sudah mulai terang dirinya kemudian terbangun dari tidur dan membukakan jendela. Rumahnya berada di atap sejenis perumahan bergaya modern. Suara berisik tetangga membuat dirinya merasa gaduh dan dengan penampilan pagi hari yang berantakan memakai piama warna hijau keluar dari rumah melihat pemandangan sekitar.
“Oh ngantuk sekali. cuacanya dingin juga lebih baik tidak pergi ke luar saja,” gumam dirinya sambil kembali pergi masuk ke dalam rumahnya
Udara pegunungan memang terasa sangat dingin dan tentunya jika di pagi hari. Dirinya yang hidup di lingkungan seperti ini membuatnya harus menahan diri dari ujian hidup ini. Sudah hampir 2 tahun dirinya tinggal di tempat seperti itu karena pekerjaan. Kota ini bernama Greenhale sebuah kawasan di dataran tinggi Avena negeri yang terkenal dengan keanekaragaman budaya di dalamnya. Orang-orang memanggilku Gio. Karena nama asliku adalah Gio Valkyrie. Diriku bekerja di sebuah instalansi khusus untuk perawatan pasien dengan gangguan jiwa. Semenjak lulus kuliah diriku bekerja di kota ini karena suatu alasan dan sekarang harus terus melakukan pekerjaanku sebagai profesional. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu rasanya baru saja kemarin diriku pindah ke tempat ini dengan cukup merepotkan. Sekarang lingkungan ini terasa begitu nyaman bahkan tidak ingin ku tinggalkan.
TOK TOK TOK
“Iya tunggu sebentar,” ucap Gio
“Kau sudah bangun? Cepat keluar,” sahut seseorang kepada Gio dengan nada tinggi dan terus mengetuk pintunya
“Ada apa bibi?”
“Cepat ke bawah kau pasti belum sarapan kan? Ayo,” ucap orang itu yang ternyata merupakan bibi pemilik rumah lantai bawah. Tanpa berlama-lama Gio kemudian mengikuti bibi tersebut dan dia menuju ke bawah. Di sana sudah ada paman dan juga putranya mereka berdua tinggal bersama dengan bibi itu. Gio kemudian duduk di samping putra bibi tersebut.
“Kau hari ini libur?” tanya paman
“Benar karena ini hari minggu.”
“Kalau begitu cepat makan ini,” ucap bibi sambil membawa semangkuk sup daging berisi sayuran hijau
“Ah iya terimakasih.”
“Makanlah.”
Mereka sudah seperti keluarga sendiri kebaikan hati mereka terus membuatku merasa tidak enak. Tapi itu semua dilakukan bukan karena mengasihani diriku melainkan kebaikan tulus mereka. Bibi bernama Marganerth dan paman bernama Epson dan putra satu-satunya mereka yang masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi di kota ini bernama Claude. Dia memang cukup dekat denganku dan sudah ku anggap sebagai adiku sendiri. Keluarga ini memang menghuni rumah bagian bawah sedangkan diriku di atasnya. Untuk pergi mengunjungiku hanya perlu menaiki anak tangga yang ada di samping rumah ini. Perumahan di daerah ini memang cukup unik tidak seperti kebanyakan yang terasa umum dan membosankan. Namun di sini sangat berbeda. Setelah diriku menghabiskan sarapan bersama keluarga paman Epson tidak lama kemudian diriku pergi ke luar sambil melihat sekitar. Di hari minggu orang-orang masih terlihat sibuk dan memang tidak pernah tidak seperti itu. Sejak diriku kemari suasana tempat ini sangat indah dan juga cocok untuk dijadikan kediaman ketika pensiun. Sangat sempurna meski berada di dataran tinggi tapi ini lah keindahan yang sebenarnya bahkan diriku juga tidak percaya bisa berada di tempat ini.
“Gio.”
“Ya?”
“Selamat pagi. Apa kabarmu?” ucap seseorang kepada diriku dari seberang dia datang ke arah Gio sambil berjabat tangan
“Selamat pagi juga paman. Saya dalam keadaan baik,” ucap Gio dengan ramah. Ternyata orang itu merupakan tetangganya dan dia bekerja di sebuah restoran dan juga pemiliknya. Orang ini bernama Joan dan dia memang terkenal dengan keramahannya. Penduduk asli kota ini tidak seperti Gio yang merupakan pendatang asing.
“Apa kau mau mampir ke restoranku?”
“Ah iya nanti di lain waktu saya akan mampir ke sana.”
“Kalau begitu akan ku tunggu kedatanganmu.”
“Iya paman dengan senang hati.”
“Kau tidak bekerja hari ini? Oh ya ini kan hari libur kalau begitu sampai nanti.”
“Iya paman sampai nanti.”
Rasanya memang akan sangat tidak sopan jika tidak bersapa dengan orang di sekitar meski kenyataan yang sebenarnya bahwa Gio adalah seorang introvert. Dirinya lebih suka menghabiskan waktu sendirian bahkan berjalan-jalan di sekitar kompleks seperti ini merupakan hal yang langka dalam hidupnya. Tidak lama lagi dia harus pulang karena ada yang harus dia kerjakan. Gio kemudian pergi ke rumahnya dan tepat di dalam rumahnya dia membersihkan area rumah karena sebelumnya dia tidak sempat dan langsung pergi ke rumah bibi Margareth. Gio memang orang yang cukup berantakan tapi itu tidak terlalu parah. Dengan terpaksa dirinya kemudian membersihkan lantai dan dilanjutkan dengan memcuci piring. Waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi. Dia kemudian pergi mandi dan setelahnya kembali bersantai sambil menonton acara tv kesukaannya. Tidak sampai di situ dia juga sering kali mengecek ponselnya karena sewaktu-waktu sering ada pesan masuk dan tidak lain merupakan orang yang ingin berkonsultasi kepada dirinya. Menjadi psikiater membuat dirinya merasa bahwa kondisi mental seseorang jauh lebih penting dibandingkan dengan kesenangan dirinya sendiri. Dan benar saja ketika Gio membuka ponselnya ada pesan masuk dari seseorang dia mengalami sedikit masalah dengan dirinya kemudian dia memutuskan untuk melakukan konsultasi kepada dirinya. Dengan cepat Gio membalas pesan tersebut dan langsung mengatur jadwal pertemuan mereka.
“Wah orang ini sepertinya mengalami sesuatu yang cukup serius. Jika di lihat dari semua yang dia tulis,” guman Gio sambil terus melihat isi pesan.
Hari yang cerah ini dengan cepat Gio pergi untuk menemui pasiennya tersebut di sebuah rumah sakit jiwa di dekat daerah tempat tinggalnya itu. Ketika dalam perjalanan menuju ke sana, Gio melihat seorang gadis dengan pakaian seragam baseball di depan dirinya sedang memandangi sebuah toko yang tidak lain adalah toko pernak-pernik ulang tahun. Gio dengan perasaan yang sedikit penasaran akan hal tersebut, tidak lama kemudian dirinya menghampiri gadis tersebut yang sedang berdiri di depan toko itu sambil memandangi ke arah toko tersebut dengan wajah yang terlihat muram. Gadis tersebut berpenampilan cukup menarik dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam dan warna matanya yang berwarna hijau terang membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona. “Permisi, apa yang sedang anda lakukan di depan sini?” ucap Gio kepada gadis tersebut. Dan tidak lama kemudian gadis itu menoleh ke arahnya. “Ah, saya hanya .... tidak. Bukan apa-apa,” ucap gadis itu. seakan dirinya sedang menyem
Mereka berdua menghabiskan waktu di cafe tersebut dengan menikmati secangkir kopi. Suasana cafe yang cukup tenang, membuat keduanya semakin menarik untuk mengobrol. Gio memang jarang sekali memenui teman dan hanya fokus dengan pekerjaannya di wailayah ini. Cukup jauh dari tempat tinggal Gio dengan rumah sakit. Karenanya dia selalu pergi mennggunakan taxi. Di sela-sela obrolan mereka mengenai pekerjaan, di sudut kursi sebelah timur seseorang memperhatikan mereka berdua. Orang itu terus mengawasi mereka hingga akhirnya Dion menyadari keberadaannya. Begitu Dion menghampirinya ternyata orang itu justru pergi dengan cepat. Mereka berdua yang merasa aneh kemudian kembali duduk dan mengobrol lagi. Dalam pikiran Gio, orang itu seperti memiliki sebuah masalah. “Hey, kau akhir pekan ada jadwal?” tanya Dion “Kebetulan tidak. Ada apa?” “Bagaimana kalau pergi memancing dan berkemah bersama dengan yang lainnya. Ku dengar mereka akan pergi berlibur musim panas. Apa kau akan
Gio sekang saat ini sudah berada di kediamannya yang sebelumnya berada di sebuah tempat makan karena hujan. Dirinya sudah berada di sofa sambil menonton acara televisi. Di sana, dirinya hanya terdiam menyaksikan acara. Kali ini jam sudah menujukan pukul 8 malam. Selama dirinya berada di rumah memang yang terlintas adalah kebosanan. Setelah selesai menonton televisi dia memutuskan untuk membuka obrolan di forum internet. Di sana banyak sekali orang yang tergabung di forum diskusinya. Gio dengan semangat melihat pemabahasan yang sedang panas di dalam forum itu dan ternyata kebanyakan hanya berisi pengelaman kerja. Tidak hanya itu saja, Gio juga kemudian di kejutkan dengan sebuah berita di internet yang tertulis seorang gadis bunuh diri setelah dia habis liburan di pantai. Di dalam artikel tersebut memuat berita itu beberapa jam yang lalu. Setelah di perhatikan ternyata wanita itu memang melakukan tindakan tersebut karena memiliki tekanan yang luar biasa dalam hidupnya. “Ini...
Lilian yang terus memandangi gadis kacamata itu kemudian dia pergi meninggalkannya karena bosan. Gadis berkacamata itu kemudian mengikutinya dan akhirnya mereka berdua bekerjasama untuk mencari dimana Eri bersembunyi. Sebelum dirinya pindah ke sekolah ini, Eri memang selalu menghilang di tengah-tengah jam sekolah. Orang-orang yang mendiskriminasinya tidak pernah merasa senang akan keberadaannya semenjak Eri di nyatakan mengalami depresi. Lilian yang mengetahui fakta itu dengan wajah terkejut mendadak diam. Gadis berkacamata itu bernama Diana. Dia sudah bisa menebak reaksi Lilian begitu mengetahui kebenarannya. Namun, semua itu tidak mengubah apa pun. Lilian tetap ingin berteman dengan Eri walau dia sudah mendengar kabar tidak menyenangkan tentangnya. Dengan senyuman cerah di wajahnya membuat Diana merasa terharu dan kemudian dia meminta maaf atas semua perbuatannya. “Kau tidak perlu meminta maaf kepadaku. Minta maaf lah kepada Eri. Dia sangat menderita bukan diriku,” ucap Li
Di dalam kamar mandi yang ada di rumahnya Eri, di sana rupanya terlihat dirinya sedang berada di bak mandi dengan darah yang bercucuran di sana sini. Semuanya begitu mengerikan hingga membuat mereka yang melihatnya langsung terkejut setengah mati. Selama ini mereka mencari keberadaannya dan ternyata tidak di temukan. Namun, kali ini mereka menemukan sesuatu yang merngerikan dan saat itu juga langsung memanggil polisi. Tidak lama setelahnya, polisi sudah datang ke lokasi dan ternyata mereka langsung melakukan penyelidikan. Selama penyelidikan berlangsung, semua orang yang ada di lokasi tersebut di minta untuk pergi. Korban kemudian di bawa untuk di lakukan otopsi. Dari apa yang di sampaikan oleh saksi, mereka menemukannya sudah dalam kondisi yang mengerikan dan itu membuat mereka tidak bisa mengatakan apa-apa karena masih panik akan kejadian yang menimpa Eri. “Mustahil. Kenapa ini bisa terjadi,” ucap Diana dengan gemetar “Ini, tidak. Mereka yang seharusnya menerima ba
Setelah berita kematian murid sekolah menengah yang bernama Eri Noel itu menjadi perbicangan publik membuat reputasi sekolah itu pun hancur dan sekarang mereka semua yang terlibat diskriminasinya terus di jatuhi hukuman walau mereka masih anak di bawah umur. Beberapa orang menilai itu adalah hal yang wajar. Karena mereka melakukan tindakan kejahatan yang menyebabkan orang lain meninggal dunia. Selama kabar ini terus menyebar kini pihak kepolisian mulai membersihkan area tempat bunuh diri dan seorang wanita tua yang merupakan pemilik kawasan rumah itu langsung menjualnya namun kepada orang luar yang tidak mengetahui apa yang telah terjadi di sana. Saat ini keadaan sudah lumayan membaik dan membuat Lilian dengan Diana merasa lega. Mereka berdua kemudian setelah menjadi saksi banyak sekali wartawan yang mendatangi mereka. Tidak hanya itu saja, beberapa orang juga menilai bahwa mereka memang anak baik yang seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Tidak lama setelahnya, berita tersebut men
Saat ini, di kediaman keluarganya Diana. Di sana terlihat banyak keluarganya yang terdiri dari empat orang anggota keluarga tersebut kemudian mereka terlihat khawatir dengan anak perempuan mereka yang beberapa jam yang lalu pergi dari rumahnya dan tidak tahu kemana. Mereka yang semakin cemas kemudian melaporkannya kepada polisi. Di saat itu pula, mereka mulai melakukan pencarian mengenai keberadaan anak tersebut. Semua orang di keluarganya tersebut sangat panik dan tidak sedikit dari mereka merasa tenang. Kali ini tim polisi melakukan pencarian kesana kemari namun juga tidak menemukan hasil. Sampai pada akhirnya, keluarga mereka memutuskan agar polisi terus mencari keberadaan anak itu. Di berbagai sudut kota sudah di telusuri dan ternyata tidak ada. Anak itu tidak lain adalah anak yang beberapa waktu itu terkenal karena melaporkan kematian temannya yang bunuh diri beberapa hari yang lalu. Saat ini, hujan yang masih turun dengan deras membuat polisi kesulitan ketika melakukan p
Gio yang berada di dalam mimpi tersebut yang di penuhi dengan ketakuatan dalam dirinya membuatnya tidak bisa bergerak walau dirinya sangat menginginkan hal tersebut. Semua badannya seakan membeku dan dia mencoba untuk berteriak namun sia-sia. Tidak lama setelahnya dirinya kemudian berhasil menggerakan tubuhnya dan kemudian berlari menuju ke arah cahaya yang ada di belakangnya itu. dia terus berlari ke arahnya tapi ternyata tidak pernah sampai. Hingga pada akhirnya dia melihat sebuah jembatan yang ada di pijakannya dan kemudian runtuh. Dia mencoba untuk menyelamatkan dirinya dengan berpegangan kepada besi jembatan itu tapi sayangnya itu tidak berguna dan kemudian dia terjatuh ke bawah sambil berteriak. Tidak lama kemudian dia tersadar dari mimpinya dan sekarang sudah pagi. Gio baru sadar bahwa dirinya selama semalaman hanya tidur di sofa dan mengalami mimpi buruk. Melihat jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, dia kemudian membuka gorden ruang tengahnya itu dan bergegas untuk mandi lalu