Berdasarkan keterangan dari pihak panti asuhan yang sebelumnya menampung Gio dan Damian. Ibu pengurus panti asuhan tersebut seringkali melihat Damian yang masih berumur 6 tahun pada waktu itu. Dirinya terus menerus membunuh serangga dan bahkan hewan-hewan yang dipeliharanya pada saat itu. Melihat apa yang dilakukannya, ibu panti terkejut setengah mati namun Damian mampu memanipulasi orang dewasa tersebut seakan itu adalah kecelakaan. Semenjak saat itu, dirinya tidak dicurigai apa pun dan dinyatakan sehat secara jasmani dan rohani seperti anak-anak yang lainnya tidak terkecuali dengan Gio. Perbedaan mereka berdua yang cukup berbanding terbalik. Namun, seakan Damian sangat terobsesi kepada kakak kandungnya tersebut. Mereka ditemukan pengurus panti di balik pintu dan sampai detik ini tidak diketahui siapa orang tua kandungnya. Di sana hanya tertulis nama dari kedua bayi yang ada di dalam keranjang penuh dengan selimut. Sampai suatu ketika, Gio sudah berusia 10 tahun sedangkan Damian 9
Sebastian yang diam-diam membidik kepala Damian namun tidak bisa menembaknya karena orang itu terus bergerak dan kemungkinan hanya akan meleset akhirnya dirinya mengincar jantungnya dan tidak perlu menunggu lama untuk menembaknya. Suara tembakan terdengar dan ternyata mengenai sasaran. Alison yang terkejut akan hal itu kemudian dirinya menghentikan serangannya dan menodong Demian dengan pistolnya lagi. Damian yang sudah terluka kini dirinya tidak bisa lagi menghindari serangan seperti sebelumnya. Sebastian yang keberadaannya sudah diketahui, dirinya mencoba untuk berpindah namun itu terlambat karena Demian dengan cepat menembakan peluru menggunakan pistol tanpa suara ke arahnya dan tepat di kepalanya. Gio yang menyaksikan kematian Sebastian membuat dirinya merasa frustasi dan langsung datang ke arahnya sambil melihat jasadnya.“Pengganggu.”“Keparat! Beraninya kau membunuh Sebastian.”“Ah, aku benci drama.”Meski jantun
Keesokan harinya. Pihak kepolisian yang sedang mengadakan upacara pemakaman Sebastian yang dihadiri oleh banyak orang. Kesedihan yang terpancar di mata mereka semua membuat tangisan yang tidak bisa berhenti. Sementara itu, Gio yang sedang berdiri di depan makamnya Damian dan meletakan bunga. Meskipun dirinya kehilangan hal-hal yang paling berharga dan bahkan kenyataan pahit yang harus ditelannya. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Hidup terus berjalan. Tidak ada waktu untuk terus tenggelam dalam kesedihan. Berita yang tersebar di media bahwa kasus pembunuhan berantai yang sudah memakan banyak korban dan bahkan terjadi selama ini membuat semua orang merasa lega. Kasus pembunuhan yang terjadi di 5 tahun yang lalu pun sudah terungkap bahwa pelaku adalah orang yang sama. Mendengar berita yang sangat menggemparkan itu, beberapa dari wartawan sungguh tidak menyangka begitu juga dengan publik. Freya yang saat ini masih dalam perawatan karena luka yang dialaminya sangat parah
Dalam sebuah pertanyaan besar keberadaan diriku menjadi sebuah teka-teki. Ruangan kehampaan mengikuti setiap langkah kaki selangkah demi selangkah membuat terasa risau. Perlahan seseorang muncul dihadapannya sebuah eksistensi yang tidak dapat dihindari. Sorot matanya begitu tajam senyum manisnya terasa seperti nyata. Lautan merah darah mendominasi keheningan malam mataku tidak dapat kabur dari pandangannya terhipnotis kedalam dimensi entitas tersebut. Wajahku penuh dengan ketakutan detak jantung berdenyut semakin kencang energi dalam diri menjadi tidak terkontrol seketika merasa diri ini sudah kehilangan kendali sepenuhnya. Memori yang terlintas kini sudah usang rasa cemas memenuhi pipiku dalam kegelapan dan bahkan banyang-banyang seseorang dihadapan wajahku terlihat suram. Ketika diriku terombang-ambing dalam kepalsuan tidak lama kemudian tersadar denga nafas sesak. “Aghhhhhhh,” teriak diriku. suaranya memecah ruang kamarku “Ah sial ini mimpi?” “Apa itu? tid
Hari yang cerah ini dengan cepat Gio pergi untuk menemui pasiennya tersebut di sebuah rumah sakit jiwa di dekat daerah tempat tinggalnya itu. Ketika dalam perjalanan menuju ke sana, Gio melihat seorang gadis dengan pakaian seragam baseball di depan dirinya sedang memandangi sebuah toko yang tidak lain adalah toko pernak-pernik ulang tahun. Gio dengan perasaan yang sedikit penasaran akan hal tersebut, tidak lama kemudian dirinya menghampiri gadis tersebut yang sedang berdiri di depan toko itu sambil memandangi ke arah toko tersebut dengan wajah yang terlihat muram. Gadis tersebut berpenampilan cukup menarik dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam dan warna matanya yang berwarna hijau terang membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona. “Permisi, apa yang sedang anda lakukan di depan sini?” ucap Gio kepada gadis tersebut. Dan tidak lama kemudian gadis itu menoleh ke arahnya. “Ah, saya hanya .... tidak. Bukan apa-apa,” ucap gadis itu. seakan dirinya sedang menyem
Mereka berdua menghabiskan waktu di cafe tersebut dengan menikmati secangkir kopi. Suasana cafe yang cukup tenang, membuat keduanya semakin menarik untuk mengobrol. Gio memang jarang sekali memenui teman dan hanya fokus dengan pekerjaannya di wailayah ini. Cukup jauh dari tempat tinggal Gio dengan rumah sakit. Karenanya dia selalu pergi mennggunakan taxi. Di sela-sela obrolan mereka mengenai pekerjaan, di sudut kursi sebelah timur seseorang memperhatikan mereka berdua. Orang itu terus mengawasi mereka hingga akhirnya Dion menyadari keberadaannya. Begitu Dion menghampirinya ternyata orang itu justru pergi dengan cepat. Mereka berdua yang merasa aneh kemudian kembali duduk dan mengobrol lagi. Dalam pikiran Gio, orang itu seperti memiliki sebuah masalah. “Hey, kau akhir pekan ada jadwal?” tanya Dion “Kebetulan tidak. Ada apa?” “Bagaimana kalau pergi memancing dan berkemah bersama dengan yang lainnya. Ku dengar mereka akan pergi berlibur musim panas. Apa kau akan
Gio sekang saat ini sudah berada di kediamannya yang sebelumnya berada di sebuah tempat makan karena hujan. Dirinya sudah berada di sofa sambil menonton acara televisi. Di sana, dirinya hanya terdiam menyaksikan acara. Kali ini jam sudah menujukan pukul 8 malam. Selama dirinya berada di rumah memang yang terlintas adalah kebosanan. Setelah selesai menonton televisi dia memutuskan untuk membuka obrolan di forum internet. Di sana banyak sekali orang yang tergabung di forum diskusinya. Gio dengan semangat melihat pemabahasan yang sedang panas di dalam forum itu dan ternyata kebanyakan hanya berisi pengelaman kerja. Tidak hanya itu saja, Gio juga kemudian di kejutkan dengan sebuah berita di internet yang tertulis seorang gadis bunuh diri setelah dia habis liburan di pantai. Di dalam artikel tersebut memuat berita itu beberapa jam yang lalu. Setelah di perhatikan ternyata wanita itu memang melakukan tindakan tersebut karena memiliki tekanan yang luar biasa dalam hidupnya. “Ini...
Lilian yang terus memandangi gadis kacamata itu kemudian dia pergi meninggalkannya karena bosan. Gadis berkacamata itu kemudian mengikutinya dan akhirnya mereka berdua bekerjasama untuk mencari dimana Eri bersembunyi. Sebelum dirinya pindah ke sekolah ini, Eri memang selalu menghilang di tengah-tengah jam sekolah. Orang-orang yang mendiskriminasinya tidak pernah merasa senang akan keberadaannya semenjak Eri di nyatakan mengalami depresi. Lilian yang mengetahui fakta itu dengan wajah terkejut mendadak diam. Gadis berkacamata itu bernama Diana. Dia sudah bisa menebak reaksi Lilian begitu mengetahui kebenarannya. Namun, semua itu tidak mengubah apa pun. Lilian tetap ingin berteman dengan Eri walau dia sudah mendengar kabar tidak menyenangkan tentangnya. Dengan senyuman cerah di wajahnya membuat Diana merasa terharu dan kemudian dia meminta maaf atas semua perbuatannya. “Kau tidak perlu meminta maaf kepadaku. Minta maaf lah kepada Eri. Dia sangat menderita bukan diriku,” ucap Li
Di dalam kamar mandi yang ada di rumahnya Eri, di sana rupanya terlihat dirinya sedang berada di bak mandi dengan darah yang bercucuran di sana sini. Semuanya begitu mengerikan hingga membuat mereka yang melihatnya langsung terkejut setengah mati. Selama ini mereka mencari keberadaannya dan ternyata tidak di temukan. Namun, kali ini mereka menemukan sesuatu yang merngerikan dan saat itu juga langsung memanggil polisi. Tidak lama setelahnya, polisi sudah datang ke lokasi dan ternyata mereka langsung melakukan penyelidikan. Selama penyelidikan berlangsung, semua orang yang ada di lokasi tersebut di minta untuk pergi. Korban kemudian di bawa untuk di lakukan otopsi. Dari apa yang di sampaikan oleh saksi, mereka menemukannya sudah dalam kondisi yang mengerikan dan itu membuat mereka tidak bisa mengatakan apa-apa karena masih panik akan kejadian yang menimpa Eri. “Mustahil. Kenapa ini bisa terjadi,” ucap Diana dengan gemetar “Ini, tidak. Mereka yang seharusnya menerima ba