Share

Bab 5

"Aku tidak melakukan apapun, Er! Tadi memang sempat ada insiden kecil, aku tidak sengaja tersandung, dan Pak Raymond menolongku. Pas itulah tunangan Pak Raymond melihat kita dan terjadi salah paham."

Erryana mengangguk mendengar ucapan Alice.

"Tapi, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Erryana.

"Aku tidak apa-apa, Er. Pak Raymond terus melindungiku, entah apa yang terjadi setelah aku keluar tadi," jawab Alice.

"Sudah, kamu tenang. Semoga mereka baik-baik saja," ucap Erryana dengan mengusap pundak Alice.

*

Jam istirahat tiba, Alice merapikan beberapa berkas dimejanya. 

Sejenak, ia teringat akan ajakan Raymond. Setelah kejadian tadi, Alice yakin kalau Raymond akan membatalkan makan siang dengannya. Alice mengusap wajahnya dan berfikir untuk makan siang bersama Erryana, temannya. Ia bergegas keluar dan berjalan menuju ruangan Erryana. 

Langkahnya terhenti saat terdengar seseorang memanggil namanya.

"Alice!" 

Suara yang sangat Alice kenali. 

Dengan perasaan gugup, Alice menoleh dan terlihat senyum diantara sudut bibirnya. Tatapan Alice melirik ke arah kanan dan kirinya. Tampak pria itu datang sendiri, kemana tunangannya?

Alice menahan untuk tidak menanyakan perihal tersebut. 

"Aku minta maaf atas sikap Olive terhadap kamu tadi. Sekarang, kita jadi makan siang bersama, kan?" ucap Raymond menatap wajah Alice.

"Tidak, Pak. Justru saya yang harus minta maaf karena membuat Pak Raymond dan tunangannya bertengkar," ucap Alice.

Raymond tertegun, ia menaikkan sebelah alisnya.

"Dia bukan tunanganku, Alice! Dia hanya anak teman Ayahku. Ya, kita memang di jodohkan, tetapi aku tidak pernah menerimanya," jelas Raymond.

"Di jodohkan?" tanya Alice.

"Iya, tetapi aku tidak menyukainya. Hanya orang tua yang selalu mendesakku agar mau bertunangan dengannya." 

Mendengar itu, Alice masih menyimpan ragu, apakah benar yang di katakannya?

Akhirnya, ia pun mengangguk dan melangkah bersama bos-nya. Raymond mengajak Alice ke sebuah restoran berbintang di kota Yogyakarta.

Mereka memilih menu yang sama untuk makan siangnya. Sekilas, Alice menangkap mata teduh itu yang diam-diam selalu mencuri pandang. Karena canggung, Alice menggeser duduknya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. 

"Alice, sekali lagi, aku minta maaf atas pertanyaanku kemarin," ucap Raymond.

Tampak raut keseriusan di kedua matanya. Mungkin Raymond merasa kalau Alice tersinggung. Alice menaikkan sudut bibirnya dan mengangguk.

"Saya sudah memaafkan Pak Raymond. Sudah, tidak perlu di bahas lagi. Intinya sekarang, Pak Raymond tahu siapa saya," jelas Alice.

"Permisi, ini makanannya," seorang pelayan lelaki dengan berkumis tipis datang dan meletakkan beberapa makanan dimeja. Beberapa makanan mewah terhidang di sana. Alice mengesampingkan rasa canggungnya karena tergiur melihat makanan tersebut.

Mereka memulai makan siangnya. 

Alice benar-benar menikmatinya saat ini. Sesekali, Raymond menatap wajahnya yang terlihat memerah itu. Rambut hitam panjang natural, seakan menambah keanggunan dimatanya. 

Melihat Alice begitu lahap, Raymond semakin terpesona melihatnya. Meskipun Alice seorang janda, tetapi dimata Raymond, ia seperti gadis polos yang tidak tahu apa-apa.

Setelah selesai makan, mereka tidak langsung kembali ke kantor. Dengan keberaniannya, Raymond meraih kedua tangan Alice. Netra cantik itu terkejut, terasa hangat sentuhan tangan Raymond. Debar jantung Alice menciptakan rasa sesak didadanya. Pikiran Alice mulai berhambur. Apakah dia akan mengatakannya sekarang?

"Alice, aku tidak tahu apakah kamu akan menerimanya atau tidak. Tetapi, aku tidak bisa menahan rasa ini terlalu lama. Sejak kamu bekerja di kantorku, aku selalu penasaran, Alice. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku..,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status