Share

Bab 2

Deru suara mobil terdengar jelas dibalik gemuruhnya hujan. 

Karena penasaran, netra cantik itu memperjelas penglihatannya.

Sedetik saja, sebuah mobil berwarna merah berhenti di depannya. 

Alice yang tengah duduk di haltepun mengamati mobil itu. Terlihat seseorang keluar dengan memakai payung berlari mendekat.

Dengan tatapan pasti, Alice membulatkan matanya karena yang datang adalah Raymond, bos-nya di kantor.

"Pak Raymond?" Alice mengernyitkan dahi. 

"Ayo masuk! Saya antar kamu pulang," ucap Raymond.

Sedikit ragu, kesal dan tidak nyaman karena pulang tanpa pamit. Tetapi, karena hujan semakin deras dan tak kunjung ada bus datang, Alice menerima tawaran Raymond untuk diantarkan pulang. Alice pun mengangguk, mereka melangkah bersama di bawah payung menuju mobil.

Suasana dingin kota Yogyakarta mulai terasa. 

Hujan dengan intensitas sedang membuat kota tidak terlalu ramai. Hanya beberapa kendaraan saja yang mengisi jalanan. 

Raymond membukakan pintu untuk wanita tersebut masuk.

Ia berlari ke arah kemudi dan mulai melajukan mobilnya menembus derasnya hujan. 

Alice menatap lurus tanpa ada percakapan diantara keduanya. Beberapa menit berlalu, mereka sampai di depan rumah Alice.

"Terimakasih, Pak," ucap Alice.

"Iya sama-sama,"  

Raymond tersenyum melihat wanita di sampingnya. Setelah melepas sabuk pengaman, Alice hendak membuka pintu mobil. Namun, genggaman dalam pintu mobilnya terhenti saat Raymond memanggil namanya.

"Alice," 

Alice menoleh dan tidak sengaja, tatapan mereka kini beradu.

Mata teduh itu terasa begitu dekat.

Alice mengalihkan pandangannya sejenak dan kembali bersikap biasa. Rasa canggungnya benar-benar membuat Alice tak nyaman berlama-lama menatap bos-nya itu.

"Iya, kenapa, Pak?" tanya Alice.

"Apakah kamu, sudah memiliki pasangan?"

Pertanyaan singkat yang mampu membuat Alice terpaku. Selama ini, Raymond memang selalu memberikan perhatian-perhatian kecil untuknya. Tetapi, ia belum mengetahui status Alice.

Alice baru satu bulan bekerja di perusahaan Raymond. Dan selama itu juga, Raymond selalu dekat dengannya hingga membuat Olive cemburu. 

"Saya.. seorang janda, Pak." jawab Alice.

Dengan pelan tapi pasti, Alice mengatakan statusnya kepada Raymond.

Raut wajah Raymond berubah kaku. Alice menaikkan sudut bibirnya dan mulai membuka pintu mobil. Ia menutup kembali dan tak menghiraukan akan reaksi bos-nya itu. 

"Alice, tunggu!" seru Raymond.

Sontak, langkah Alice terhenti. Raymond kembali memanggil dan berlari ke arahnya. Alice mengernyitkan dahi menatap bos-nya itu.

"Ada apa lagi, Pak?" tanya Alice.

"Maaf atas pertanyaan aku tadi, aku tidak bermaksud..," ucapan Raymond terpotong menatap Alice.

"Iya, tidak apa-apa. Saya masuk dulu," ucap Alice.

Ia berlalu meninggalkan Raymond yang masih berdiri menatapnya. 

Seketika, Alice kembali mengingat nasib buruknya.

Wanita berambut panjang lurus itu, harus menjadi seorang janda beranak satu di usianya yang masih 24 tahun.

Saat ia memasukki rumah, langkahnya terhenti ketika seorang anak lelaki berlari ke arahnya.

Seorang anak lelaki berambut pirang dengan kulit putih dan berhidung mancung.

Dia adalah Reno, anak Alice satu-satunya.

Seketika, sakit di tangannya sirna begitu saja. Balita yang genap berusia dua tahun itu, selalu menjadi penyembuh dalam hidupnya. 

Alice tinggal bersama Reno dan Ibunya, Rima.

Ia ditinggalkan ayah dan suaminya karena terlibat kecelakaan dua tahun lalu. Peristiwa itu, tepat ketika Alice tengah mengandung Reno. 

Kehidupan Alice kian berubah, ia harus menjadi tulang punggung demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

Ibunya datang dari arah dapur dan kaget melihat Alice.

"Alice, kamu sudah pulang, Nak?" tanya Ibu Rima.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status