Et dah, berani ngaku-ngaku my boy friend dia...
Sally teringat dengan peristiwa dimana Sean memang pernah meminjam ponselnya dan memasukan nomor kontak Sean ke sana, tapi yang tidak Sally ketahui adalah ternyata Sean memasukkan nomornya ke dalam daftar kontak ponsel Sally. Bodohnya lagi Sally tidak mengecek ponselnya setelah Sean meminjamnya saat itu. "Yah kamu juga ngeselin, ngapain pake nama my boy friend segala simpen nomor kamu di hp aku. Ngagetin aku aja tahu ngak." Ketus Sally merasa malu sendiri memikirkan apa maksud Sean memakai nama itu. "Kan memang aku boy friend kamu, coba diaartiin ke bahasa Indonesia nya deh." Jawab Sean dengan entengnya tanpa merasa bersalah, lebih tepatnya pura-pura polos. Merasa terjebak dengan respon Sean, rasa malu gadis itu semakin menjadi. Emosinya juga naik karena Sally sedang kesal dengan kelakuan kakak tirinya tadi. “Loh, kok malah diam. Coba diartiin, perlu aku kirim kamus?” Goda Sean bahkan terdengar suara kekehan pria itu dan membuat mood Sally semakin kesal saja. "Teman laki-laki. Ud
Tanpa terasa semester pertama tahun ini berakhir, setelah pengambilan rapot semua murid libur dan masuk kembali 2 minggu kemudian. Sean dan Sally juga semakin dekat dan mulai saling nyaman bahkan sesekali Sean berani meminta panggilan video dengan alasan rindu pada Sally sambil bercanda. Sedangkan Sally hanya bisa menerima perlakuan Sean sambil berusaha menahan diri untuk tidak terjebak dalam perasaan lebih dalam lagi pada Sean.Mama Sean berencana membawa Sean ke Amerika untuk liburan dan menikmati salju disana sekaligus melihat universitas di salah satu kota tempat kampus kenamaan yang memang menjadi cita-cita Sean. Samuel, papa kandung Sean mendukung keinginan putra satu-satunya itu meneruskan kuliahnya di universitas pilihan Sean.Sebagai anak dengan berbagai kemudahan fasilitas, Sean selalu menuruti nasihat kedua orang tuanya. Namun tetap saja masih ada kekosongan di hati Sean meskipun dirinya hidup dalam gelimang harta sang ayah.Sean sendiri sudah mengiku
Sally benar-benar bingung harus menanggapi sikap Sean seperti apa. Bersahabat tapi perlakuan Sean semanis gula. Tapi pacaran juga bukan karena Sean tidak pernah mengungkapkan rasa sukanya meskipun sudah beberapa bulan mereka selalu berkomunikasi dengan cara yang sedikit kurang lazim.“Halo… Sally… Kamu masih disana kan?”"Eh iya! Aku bingung sama kamu Sean.”“Bingung kenapa?”“Maaf kalau pertanyaan aku ini agak berani ke kamu. Sebenarnya aku ini siapa buat kamu sampai kamu bilang begini sama aku? Menurut aku kamu juga ngak berhak untuk ngatur aku berteman sama siapa juga kan. Aku juga sama ngak berhak ngatur kamu soal berteman."Sally memberanikan diri memancing Sean untuk memperjelas hubungan mereka. Rasanya aneh saja dia tidak boleh bergaul dengan cowok lain padahal dirinya dan Sean bukan sepasang suami istri. Meskipun mereka pacaran pun Sally merasa masih berhak untuk menentukan dengan siapa dia
Sean menatap tajam wajah Sally. Terlihat dari caranya menatap Sally memberitahu kalau ia tidak suka Sally terus membahas tentang Mira yang memang tidak ada hubungan dengannya sama sekali. "Mau aku buktikan kalo gosip itu salah?" Tantang Sean tersenyum membuat Sally bergidik dengan jantung berdebar antara merasa bersalah juga darahnya berdesir bertatapan sedekat ini. "Ish, apaan sih kamu. Minggir…" Sally mendorong Sean mundur, kulit putih wajahnya berganti kemerahan membuat Sean tersenyum gemas melihat reaksi gadis ini. Untung saja pelayan restoran masuk membubarkan obrolan mereka yang berakhir dengan rasa canggung Sally. Sambil menikmati makanan Sally diam sambil mendengar Sean banyak bercerita tentang dirinya. Inilah yang dimaksud hubungan tidak lazim Sean dengan Sally. Percakapan setiap malam via telepon itu selalu didominasi dengan Sean yang lebih banyak bercertita. Padahal di sekolah sikap keduanya seperti orang yang tidak terlalu dekat meskipun belakangan ini mereka sering mak
Mereka tiba di pantai dan ternyata Sean menyewa sebuah pantai pribadi. Di sana tersedia sebuah gajebo yang terbuat dari bamboo beserta cemilan seolah-olah Sean memang sudah memesan tempat ini sebelum mengajak Sally. Sayangnya bagi Sally waktunya tidak tepat untuk membahagiakan hatinya yang tengah mendung diselimuti awan kekecewaan karena kejujuran Sean di toko perhiasan tadi."Wah indah banget pantai nya trus kenapa kita di sini, padahal di Jakarta kan juga ada pantai gratis cuma bayar loket masuk aja. Jadi ga perlu keluar uang." Protes Sally sebagai luapan jengahnya ingin cepat pergi dari tempat romantis yang menyiksa perasaannya sekarang ini."Aku ngak suka keramaian, Sal. Di sini lebih nyaman buat ngobrol tanpa diganggu siapapun."Pandangannya menatap ke depan menikmati karya sang pencipta. Sedikit mendongakkan wajahnya sambil terpejam merasakan hembusan angin yang meniup di kulit dan mulai membuat helaian rambutnya berkibaran. Sean menoleh tersenyum mengagumi waja
Seperti janjinya pada mama Sally, jam enam tepat Sean mengajak Sally pulang agar sampai rumah tepat waktu. Kali ini ia menggandeng tangan Sally dan tidak melepaskannya selama perjalanan. Untuk pertama kalinya Sean mengerti apa itu jatuh cinta pada pandangan pertama tepat setelah menatap binar mata Sally saat pertama kali memasuki gerbang sekolah.Sayangnya mereka dihadapkan pada kenyataan dalam setengah tahun lagi mereka harus berhubungan jarak jauh dan sebenarnya hal tersebut mengganggu pikiran mereka masing-masing.Sally hanya tersenyum dalam hatinya ia senang sekali mendapat tempat spesial di hati pria tampan pujaan banyak gadis di sekolahnya. Siapa yang tidak terbuai dengan ketampanan Sean di sekolah apalagi pria ini terkenal dengan wajah kulkasnya itu yang justru menambah kadar ketampanan Sean.‘Sekolah!’ Pikirannya langsung tertuju pada Mira, gadis yang paling kentara mendekati Sean. Apa jadinya kalau fans garis keras Sean tahu tentang
Hampir saja keduanya terlambat sampai di sekolah karena Sally meminta Sean berhenti satu blok sebelum ke arah sekolah, ia tidak mau orang lain melihat mereka berdua turun dari parkiran mobil di sekolah. Sean sebenarnya tidak mau, tapi karena Sally memintanya demikian, Sean hanya bisa menurut saja karena terlanjur menyetujui kemauan Sally untuk menutupi hubungan mereka.Benar saja firasat Sally, baru saja Sean turun dari mobil pria tampan itu langsung mencuri perhatian para gadis. Sudah tampan ternyata juga kaya melihat mobil jenis sedan berlogo bulat yang dipakainya. Semakin bersemangat para gadis SMA di sana ingin mendapatkan perhatian Sean.Sally yang baru saja memasuki gerbang sekolah melihat pacarnya sedang dikagumi hanya tersenyum sambil bersyukur dengan keputusannya. Kalau tidak rasanya bisa pindah sekolah kalau sampai dimusuhi gadis satu sekolah karena tahu dia jadi pacarnya Sean.Melihat Sean turun dari mobil Mark menghampiri dan merangkul Sean sambil menyeringai jahil. "Cie c
Cara berpacaran Sean dan Sally adalah hal yang membuat Carol mengijinkan putrinya boleh menjalin hubungan dengan Sean. Carol menilai Sean sopan, dewasa bertanggung jawab meskipun usianya baru 18 tahun. Bahkan Carol percaya dengan mereka berdua yang terkadang meninggalkan mereka di rumah tanpa pengawasan karena yakin Sean tidak akan berbuat macam-macam.Pacaran sehat bagi Carol yah seperti ini. Mendatangi rumah pacar, ijin bila ingin pergi. Sean dan Sally selalu mengobrol dan bercanda di ruang tamu sederhana kontrakan Carol.Sejak keluar dari rumah suaminya, hidup Carol dan Sally jauh lebih bahagia. Raka, suami Carol selalu mengirim uang bulanan dan mengunjungi Carol seminggu sekali meskipun Carol terus memintanya untuk menceraikan dirinya namun Raka tetap menolak dengan alasan masih mencintai wanita ini dibandingkan istri sah nya.Kadang Sean meluangkan waktu beberapa jam sambil megajarkan Sally beberapa materi pelajaran yang Sally kurang mengerti. Dan kadang Mark serta Ceri ikut main