Cara berpacaran Sean dan Sally adalah hal yang membuat Carol mengijinkan putrinya boleh menjalin hubungan dengan Sean. Carol menilai Sean sopan, dewasa bertanggung jawab meskipun usianya baru 18 tahun. Bahkan Carol percaya dengan mereka berdua yang terkadang meninggalkan mereka di rumah tanpa pengawasan karena yakin Sean tidak akan berbuat macam-macam.Pacaran sehat bagi Carol yah seperti ini. Mendatangi rumah pacar, ijin bila ingin pergi. Sean dan Sally selalu mengobrol dan bercanda di ruang tamu sederhana kontrakan Carol.Sejak keluar dari rumah suaminya, hidup Carol dan Sally jauh lebih bahagia. Raka, suami Carol selalu mengirim uang bulanan dan mengunjungi Carol seminggu sekali meskipun Carol terus memintanya untuk menceraikan dirinya namun Raka tetap menolak dengan alasan masih mencintai wanita ini dibandingkan istri sah nya.Kadang Sean meluangkan waktu beberapa jam sambil megajarkan Sally beberapa materi pelajaran yang Sally kurang mengerti. Dan kadang Mark serta Ceri ikut main
Masa indah di sekolah adalah ketika mereka berkumpul berempat dan mengobrol bareng, bercanda dan menjadi diri mereka sendiri.Malam minggu mereka berkumpul bareng dan selalu di rumah Sally. Kadang mereka melakukan double date nonton bareng.Sebulan setelah pendekatan, Mark dan Ceri sudah jadian dan hal itu membuat hubungan mereka berempat semakin erat saking sering pergi bersama-sama.Malam itu Ceri menghubungi Sally untuk memberitahukan niatannya dengan Mark mengenai hubungan mereka berdua di sekolah."Halo, Sal. Besok rencananya gua sama Mark bakalan blak-blakkan di sekolah kalau kita berdua sudah pacaran. Mark bilang dia ngak bisa disuruh pura-pura ngak pacaran sama gua trus lihat gua didekatin sama kakak kelas lain. Daripada dia emosian mendingan pada tahu gitu. Yah gua sih nurut aja, toh nyokap bokap juga tahu gua sama Mark dah jalan.""Iya, Cer. Memang lebih nyaman begitu sih.”Ceri tersadar kalau perkataannya barusan seperti sedang menyindir hubungan Sally dan Sean memukuli bib
Sally mendengus pelan seolah tidak suka dengan reaksi berlebihan Sean saat ia mengusulkan tentang membuka status mereka di sekolah. Memang awalnya Sally sendiri yang meminta dan Sean menuruti kemauannya. Sekarang Sally sendiri harus menahan sesak di hatinya setiap kali ada yang berusaha mendekati pacar tampan dinginnya itu. Apalagi Mira selalu saja jadi penghalang mereka setiap jam istirahat sekolah.Sean tersenyum sambil memegang kedua pipi Sally setengah mencubit gemas pipi bapao Sally."Kamu itu kenapa sih? Lagi mens yah main nuduh tanpa dengar aku bicara dulu langsung ngambekan gini.""Habis pas aku bilang begitu, mata kamu langsung serius kayak orang marah gitu. Gimana aku ngak mikir jelek. Lagian kita sering banget loh berantem gara-gara kamu cemburuan."“Bukannya kamu yang sekarang lagi cemburu nih?” Goda Sean memperlihatkan lesung di pipinya jika tersenyum.“Ish, ngak tahu ah. Nasib punya pacar terlalu cakep banyak fans nya di sekolah. Lagian kamu tuh tebar pesona dikit gitu k
Benar saja Mira langsung mendapat pertanyaan bernada meremehkan dari teman sekelasnya yang juga menyukai Sean namun merasa kalah karena tidak seberani Mira. "Mir, setahu gua loe bilang kalau loe sama Sean itu pacaran trus kenapa sekarang pacar loe bisa gandengan tangan sama anak baru. Loe bener pacaran ngak sih sama Sean?" Seru Karen dengan sengitnya meledek. Demi menutupi rasa malunya, Mira bersandiwara berpura-pura hendak menangis. "Gua sama Sean uda putus dua hari lalu karena Sean katanya ditembak sama anak baru itu. Padahal loe kan tahu gua pacaran sama Sean udah setahunan ini. Yang gua tahu tuh anak suka banget cari perhatian Sean kalau pulang sekolah. Bahkan gua juga baru tahu kemarin tuh anak sering nyamperin rumah Sean." Karen meragukan pembelaan Mira dari picingan matanya sedang menilai apakah teman sekelasnya ini berbohong atau tidak. Mira yang sadar dengan sikap Karen juga tatapan teman-teman yang ikut nimbrung semakin mempertajam sandiwaranya. “Gua sedih banget diginiin
Mark, Sean, Ceri kini sedang berkumpul di rumah Sally. Mereka membahas rencana Sean dan Mark yang akan ke Amerika untuk kuliah dan mereka akan berangkat dua minggu ke depan. Dua gadis ini akan berpacaran jarak jauh dengan pacar mereka dan berjanji akan bertemu lagi setelah lulus.“Kalau sempat waktu liburan kita usahakan balik ke Jakarta.” Sahut Sean sambil membelai rambut Sally, ia yang mulai merasa berat meninggalkan pacarnya disini.Sean memang tidak tenang meninggalkan Sally. Bukan karena tidak percaya, mungkin khawatir lebih tepatnya karena John masih sering mengganggu Sally bahkan terkesan mencari ribut dengan Sean di sekolah. Sally meminta agar Sean menahan diri dengan alasan kelulusan mereka sudah dekat dan jangan sampai karena ini Sean harus terkena masalah. Lagipula sebisa mungkin Sean memang tidak mau merepotkan apalagi membuat malu ibu tiri ataupun ayahnya. Keberangkatan Mark dan Sean hanya pihak kepala sekolah dan wali kelas saja yang tahu, karena memang sengaja tidak ing
Menikmati debaran karena ciuman pertama yang dirasakan Sally juga Sean merupakan pengalaman baru bagi mereka berdua berkutat dengan kegilaan yang memutari kepala mereka untuk tetap bersikap waras dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang semakin dalam.Kejadian waktu itu nyatanya memberikan Sean pelajaran bahwa berduaan tanpa pengawasan orang dewasa dalam berpacaran di usia mereka nyatanya memang berbahaya. Jadi Sean sedikit menyenangkan hati dengan kepergiannya kali ini dengan alasan demi menghindari dosa kalau terus berdekatan dengan Sally.Ciuman pertama yang berakhir menjadi ciuman panas hanya dalam waktu satu jam itu nyatanya berhasil menuntun tangan Sean menyentuh benda kembar milik Sally meskipun dari sisi luarnya saja dan hal itu menjadi ultimatum keras bagi Sean mengutuki dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga keliaran sisi laki-lakinya itu.Jadwal keberangkatan Sean dan Mark hari Minggu pagi. Dua hari sebelumnya Sean, Sally, Mark juga Ceri melakukan kencan ganda terakhir seb
Sean dan Mark akhirnya tiba Boston Airport setelah menempuh 25 jam perjalanan, disana sudah malam karena rentang perbedaan waktu 11 jam dengan Jakarta. Sepanjang perjalanan di pesawat yang dilakukan Sean hanya memejamkan mata, makan, ke kamar mandi kemudian tidur lagi disertai dengusan nafas kasar sebagai tanda sedang menyimpan sesaknya sendiri.Karena lelah keduanya langsung masuk ke dalam mobil jemputan yang memang sudah disediakan Samuel menuju rumah yang dibeli papa Sean. Orang tua Sean akan datang 2 hari kemudian untuk mengatur hal lainnya menyangkut persiapan kuliah mereka.Pagi ini saat melihat Sean sudah terlihat normal kembali, Mark memberanikan diri kembali bertanya kepada sahabatnya. Perihal mereka sampai di Amerika sudah Mark sampaikan pada pacarnya sebelum mereka sampai di rumah."Sean, Ceri cerita ke gua kalau loe tiba-tiba ngamuk ke Sally dan bilang ke dia jangan ke bandara kemarin. Sebenernya ada apa, Sean? Sally juga bingung dia punya salah apa sama loe, setidaknya an
John pikir Sally sedang sendirian di rumah makanya ia nekat membekap mulut gadis itu. Namun perhitungannya salah ketika mendengar suara pintu gerbang dibuka. Cepat-cepat pria itu melepaskan tangannya dan melepaskan Sally. Carol yang baru membuka pintu dibuat terkejut melihat kehadiran seorang pria dalam rumahnya. Terlebih menatap wajah meringis putrinya yang meyiratkan sikap tidak nyamannya membuat Carol menatap tajam pria tersebut. "Malam tante, saya John teman Sally." Menyapa wanita yang diyakini sebagai ibu Sally. Carol langsung memperlihatkan rasa tidak sukanya pada John menatap mata putrinya sedang menahan tangis. "Ada apa yah malam-malam bertamu kemari. Kamu bisa bicara di luar kan ngak perlu masuk ke dalam.” Sedangkan Sally memilih diam tidak berani mengatakan apapun pada Carol tentang kekurang ajaran John padanya barusan. "Maaf Tante, saya kemari memang berniat untuk bertemu sama Tante. Ada yang ingin saya bicarakan mengenai hubungan saya dengan Sally.” Bukannya merasa