Share

BAB 5 Kesalahan Dean

Dean menyadari dia telah berbuat kesalahan. Dia telah menampilkan karakter aslinya! Bagaimana mungkin Dean yang perfekslonis melaku kan kesalahan sefatal ini? Tapi kejadiannya tadi di luar dugaannya hingga saat itu emosinya yang berbicara.

Tentang Elena yang ngerjain dia...oke itu masih bisa di tolerir. Dia masih bisa bermain apik disana. Menghadapi cecunguk—cecunguk itu tak masalah baginya. Dia adalah pemain judo dan tae kwondo level atas, menghadapi preman—preman keroco kayak gitu amatlah mudah.

Tapi saat dia menangkap gelagat tak menguntungkan buat Elena, dia segera menyudahi permainannya. Secepat kilat dia merobohkan lawan—lawannya dan mengkayaki Elena dengan pimpinan preman itu.

Benar saja firasatnya! Bajingan itu hendak memperkosa Elena. Mendadak Dean gelap mata, ia lupa dengan perannya sebagai Erik anak kampungan yang norak abis!

Sejak peristiwa itu, aku sempat bolos kuliah semingguan. Aku malu kalau ketemu si Erik. Gimana enggak malu, aku yang ngerjain dia eh malah dia yang nolongin aku. Jahatya aku.

Bule udah jelasin ke aku kalau preman sewaannya salah nongkrong di gang lain. Alhasil yang aku temuin malah preman asli yang mau merkosa aku!

Aku sebel banget sama si Bule, jadi aku say goodbye aja ama dia. Niatan aku untuk menjadIkannya Lover of the month yang kedua kalinya aku batalin secara sepihak.

Seminguan aku di rumah, enggak ngapævngapain, membuat aku banyak berPIkir. Dan banyak ngelamun. Kok jadinya aku kebayanvbayang si Erik ya? Mampus aku. Ini namanya karma!

Gimana bisa makhluk Erik kayak gitu menguasai benak aku?

Memang Sih dia ganteng. Ehm, kalau diperhatIkan lebih seksama dia ganteng banget, apalagi pas pasang tampang cool seperti saat dia menghajar kepala preman itu. Aku gak sadar jadi terpesona. Tapi, ohmaigod. Ini gak bisa dibiarkan berlarutælarut. Bisa ancur reputasi aku kalau ketahuan naksir makhluk senorak itu! Dia kan kampungan! Kere pula. Mana bisa aku bersanding dengan dia seumur hidup aku?

Bisa mati merana aku.

Kayaknya aku harus mulai milih Lover ofthe month bulan ini. Aku tegesin ya..memilih! Tanpa perlu berburu udah banyak cowok yang ngantri pengin jadi lover of the month aku. Nggak nyombong sih, itu kenyataan.

Seminggu setelah bolos, aku balik kampus lagi. Dan tebak siapa yang aku temuin pertama kali? Yupp, tebakan Kamu bener. Si Erik! "Mbak Enaiii, tunggu aku , Mbak!" Dia teriak sambil berlari dan mengembangkan tangannya kayak mau meluk aku.

Perasaan kok kayak adegan film india apa gitu. Aku langsung berusaha cari tameng. Aku tau Erik seseorang yang ada di depan aku.

Alhasil orang itu yang dapat pelukan hangat si Erik.

"Mbak Ena! kok Kamu  ngapa seh?" protes Erik manja, eh norak.

Orang yang tadi aku jadiin tameng menoleh ke aku. Dhuerr! Aku langsung speechless. Dia dosen wali aku yang killer, Pak Andrew. Ganteng, bodi bagus tapi dingin dan jutek abis. Terutama ama aku penyandang gelar mahasiswa abadi yang diasuh olehnya!

"Nona Elena, daripada anda melaku kan hal—hal tak berguna seperti ini lebih baik anda belajar untuk memusnahkan gelar mahasiswa abadi anda!" kata si killer sebelum ninggalin aku. Tuh kan, nyebelin banget dia.

"Mbak, siapa sih itu? Serem pula," komentar Erik sambil melihat sebal pada Pak Andrew.

"Bukan urusan Lo! Lagipula ngapain juga Kamu mau meluk—meluk aku? Najis tau," omel aku.

"Kangen aku  Mbak. Seminggu gak pernah Kamu  dunia tersas sepiiiii banget mbak

"Gombal Lo!" kata aku sambil mukul lengannya.

Eh, kok aku mulai pegang—pegang dia? Ih, najis. Di lain pihak, Si Erik ngelus—elus lengannya, di tempat bekas aku mukul dia. Seakan mensyukuri berkah yang dia terima karena aku sentuh.

"Lah kenapa mbak bolos kuliah seminggu minggu?" tanya Erik sambil menjejeri langkah aku.

"Aku menghindari lo," jawab aku jujur. Si Erik Mikir aku bercanda kali, dia balas memukul ringan lengan aku.

"Ih mbak Ena becanda ae. Serius mbak, kok bolos kuliah kenapa?"

"Kamu aku serius, aku malas ketemu lo!"

"Taku t kenapa marang aku  ya?" balas Erik pede abis.

Perkataannya menohok batin aku, masa sih gitu? Arghhh! Imposible, bantah hati aku. Masa selera aku serendah itu sampai naksir makhluk senorak ini? Itu degradasi

Liat aja dandanannya hari ini.. celana komprang panjang tujuh perlapan warna ungu (warna yang paling aku benci!), kemeja warna hijau pupus yang tertutup kancing hingga kayak nyekek leher, rambut lepek licin belah tengah. Pokoknya norak abis seperti biasanya!

Tapi entah mengapa wajahnya masih terlihat ganteng di mata aku. Hadehhh, kayaknya Otak aku mulai korslet! Kenapa juga aku mulai mengaku i kelebihan makhluk hina dina ini?!

Si Erik cengar--cengir ngelihat aku merhatiin penampilannya.

"Gimana mbak, ganteng toh aku?  Gini- gini di kampung aku  ini

idola Lho mbak. Di kos iya. MbaFmbak pembantu itu podo naksir aku .

Mereka itu sampe kirim surat cinta loh."

"Siapa suruh Kamu cerita? aku gak pengin tau, rik! " potong aku sebal.

Kurang kerjaan amat ngedengerin kisah cinta si Erik dengan para pembokat di kosnya!

"Yaallah mbak, cemburu yo?" Ia terkinik norak.

Nyebelin kan? Gak tau diri banget kan? Pengin aku dus-in aja nih orang terus dinirim ke planet Mars sono!

Aku cepatin jalan aku eh dia juga cepetin jalannya. Gak sadar ya kalau diusir?

"Mbak, mbak, aku  mau ngomong. Penting Mbak!"

Penting? Apa mau batalin tunangan? Itu harapan aku juga.

Spontan aku berhenti hingga Erik menabrak aku dengan gemilang. "Mbak Ena! Brenti kok gak ngomong toh. Nabrak ini," rengeknya manja.

"Kamu mau ngomong apa, Rik? Mau batalin tunangan?"

"Yaallah Mbak, tidak mungkin itu! Haram itu."

Ah, luruh sudah harapan aku.

"Trus Kamu mau ngomong apa?" tanya aku gak semangat.

" Itu Mbak. Bapak dan Ibu mau datang Mbak. Pengin datang lihat Kamu  Mbak "

"Trus urusan apa ama aku? ”

"Lho Gimana loh mbak? bapak ku dan ibuku mau ketemu Kamu ."

"Hah?! Ogah! Aku gak ada urusan ama nyokap bokap Kamu Erik!" tolak aku mentah-mentah.

"Gimana toh mbak? orang tuwaku  itu kan calon mertua Kamu  kan."

Masa bodo! Aku gak bakalan nemuin ortu si Erik. Pasti sama noraknya ama anaknya! Ngadepin satu aja bikin pusing pala Barbie, tambah dua lagi. Amslong aku!

Lagi—lagi aku hanya bisa pasrah. Bokap berhasil maksain aku nemuin ortunya si Erik! Sialnya mereka bertiga, Erik dan kedua ortunya, diminta Papa nginap di rumah aku. Shit! Mau gak mau aku harus bertatap muka dengan trKamu kampungan itu. Papa sih pakai ngancam segala, kalau aku gak mau nemuin dan nemanin mereka aku bakalan diturung di rumah! Tuh kan kejam ya bokap aku!

Biarin. Aku akan kerjain mereka semua!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status