Share

BAB 2 Clubbing yang Membuat Kehancuran

Tidak lama aku melihat love of the month-ku melintas dan aku meneriakinya. Seketika aku mengesampingkan tunangan katrokku yang memalukan itu, aku langsung menghampiri si Bule yang berhenti saat kuteriaki.

Bule itu Lover of the month aku bulan ini adalah Mathew. Tampan, blasteran, keren, modis dan tajir juga. TOP deh. Mungkin bulan depan aku pertimbangkan tetap dia aja deh untuk jadi lover of the month aku. "Jadi nih Hon ntar malam clubbing?" tanya aku saat kita ketemuan di kampus.

"Terserah Kamu Hon, apa Sih yang enggak buat elho?" rayunya manis.

Ouh, so sweet bule satu ini..

"Tempat biasa ya?" aku mastiin sekali lagi.

"Yupp."

Dia menowel hidung mancung aku dengan gemas trus dia deketin wajahnya ke aku. Saat kita nyaris ciuman, mendadak di tengah—tengah kita muncul sesosok wajah norak dan kampungan!

Shit, aku jadi shock dan nyaris jatuh. Lalu makhluk purba itu nangkap tubuh aku dengan cekatan.

"Ati—ati Mbak, aku  gak mau Kamu  jatuh begini. Bisa babak belur tunanganku yang cantik ini," celetuknya santai.

Aku melotot kesal dibuatnya. Apalagi saat ngelihat si bule jadi shock juga.

"Tunangan....? Kamu? Dia?"

"Bukan!!" jawab aku.

"lyo," jawab si Erik bareng ama aku.

Bule menatap kami galau, lalu dia memandang sinis tangan Erik yang masih bertengger di pinggang aku tanpa permisi. Aku tepis tangan kurang ajar itu dengan kasar! Pengin aku potong aja tangan gak tau diri itu!! Pemilik tangan itu malah lebih gak tau diri, secara paksa dia duduk diantara aku dan si Bule.

"Kenalin Mas, aku  Erik Bin Slamet. Tunangan mbak Ena,

Yayangku ini."

Dia mengulurkan tangannya, tapi Bule gak membalasnya. Dia hanya menatap tangan itu jijik seakan ada ribuan kuman disitu.

"Jangan bohong Lo!" semprot Bule kesal.

"Lho Gimana toh Mas...aku  ini gek pernah bohong. Dosa itu. Kalau tidak percaya tanyakan bapaknya Ena toh." bantah Erik ngotot.

Pengin aku bunuh si Erik saat ini juga! Dasar kampungan dan gak tau diri! Hancur martabat aku gara—gara ulahnya! Aku menggelengkan kepala, berharap Bule paham isyarat aku. Aku angkat jari aku ke dahi dan meletakkan di posisi miring.

Orang gila, itu maksud aku. Bule tersenyum seakan memahaminya.

"Mbak Ena nanti malam mau kemana? Masak aku  gak diajak, aku  ini tunanganmu lho. aku  janji mbek akan selalu jaga mbak Ena." Idih, siapa yang mau mengajak makhluk hina dina model kampungan gini? Gak sudi aku! Tapi Bule punya Pikiran lain.

"Kita mau clubbing. Kamu mau kayak, Erik?"

Bule sengaja ngajakin Erik. Gila! Aku melotot jengkel, tapi Bule hanya mengedipkan matanya sambil tersenyum. Ah, pasti dia punya maksud tersembunyi!

"Klabing itu apa ya mas" tanya Erik bingung.

"Clubbing itu pergi ke tempat yang asik punya. kayakan yuk Din?

Kamu mau kan?" bujuk Bule.

"Asal ada mbak Ena, pergi kemana saja ngkayak Mas," kata Erik pasrah.

Aku sangsi, kehadiran Erik ini bakalan bikin aku seneng atau malah jadi boomerang buat aku!

Jadilah aku, Bule, dan makhluk hina dina itu pergi clubbing.

Pas datang tadi, aku sempat shock lihat dandanan Erik. Jas yang dipakainya kuno kayak kekecilan gitu, pendek dan press body. Warna ungu pula! Sekali lagi aku benci warna ungu tapi dia demen banget warna itu. Gak cocok banget kan kita!

Udah Jasnya warna ungu, dalamannya pakai hem hijau lagi. Euyh, udah gitu hemnya dIkancing sampai titik darah penghabisan, maksud aku sampai mentok abis! Itu udah norak banget kan? belum lagi celana aneh tujuh perlapannya yang warna pink. Ini orang buta warna kali ya!

Pusing aku ngelihatnya!

Trus ada lagi, dia makai dasi kupuækupu yang gedhe warna oranye. Enggak banget kan?!! Dan gongnya ada di kalung rantai norak panjang yang tergantung pada lehernya, itu rantai kereta api atau rantai herder sih? Ck Ck...

"Orang gini Kamu ajak Clubbing? Malu aku datang bareng dia hon," bisik aku ke telinga Bule.

"Calm down darling. Wait and see, bakal ada pertunjukan seru!" Bule balas berbisik.

Akhirnya sampailah kita di club. Aku berusaha menjauh sejauh-jauhnya dari si Erik, biar gak ketauan kalau datang bareng ama dia. Tapi sial, si Erik itu malah deketin aku mulu!

"Bbrrrr adem Mbak ase—ne. Untung aku  gunakan jaket ini. Tapi tetep adem Mbak! Ayo peluk aku  biar anget tidak kedinginan Mbak," ucap dia sambil merapat ke aku.

Aku dorong tubuhnya kasar.

"Ih najis! Kamu pikir aku kompor!" maki aku kesal.

Eh dianya malah cengengesan, kayak monyet mabuk aja!

"Mbak Ena itu lucu yo. Mbak Ena kan asli orang, bukan penjelmaan kompor toh."

Dia ini lugu atau bloon sih? Aku gak bisa bedainnya.

Sesampainya di pojok favorit kita, aku langsung duduk di sofa yang biasa aku tempatin. Saat Bule mau duduk di samping aku, eh si Erik nyerobot dengan semena—mena. Kok jadinya aku satu sofa ama makhluk hina dina ini?

"Minggir lo!" aku dorong badannya dengan keras, namun dia gak bergeming sama sekali. Shit!

"Mbak, aku  ini mesti duduk di samping Kamu  Mbak. Aku  ini tunanganmu Lho Mbak," katanya menasihati sok bijak. Rasanya aku pengin tabok mulutnya yang tersenyum tanpa dosa itu. ARGHH! Papa, apa sih salah anakmu ini? Sadis amat papa menghadiahkan makhluk super ngeselin kayak gini!! Keluh aku dalam hati.

Bule memesan minuman dan dia sengaja pesan minuman keras yang paling tinggi kadar alkoholnya! Aku mulai ngerti maksud my lover of the month, dia pengin buat si Erik ini mabuk berat! Abis itu mungkin mau dikerjain gimana, aku juga gak jelas. Tapi diam—diam aku mendukung rencananya.

Rasain Kamu Erik, salah siapa nekat buntutin aku!

Minuman pesanan Bule dating, lalu dia menuangnya di gelas kita bertiga.

"Minum Erik," kata Bule sok baik.

Si Erik mengangkat gelasnya dan mengendus—ngendus isinya kayak anjing.

" Tak mau Mas! Baunya tidak enak. Rasanya pasti juga tidak enak."

Dia meletakkan gelasnya di meja.

"Coba aja Erik, pasti Kamu bakal ketagihan," bujuk Bule. "Tidak Mas! Mau muntah aku  mencium baunya."

Si Erik lalu bergeser hingga duduknya makin dekat ke aku.

"Mbak Ena, musiknya bikin aku  pengin joget. Kayak dangdutan di kampung aku . Joget yuk..biar tidak dingin di sini," ajaknya dengan gaya noraknya.

"Ogah! Najis Kamu ah. Sono jauh—jauh dari aku!"

Aku lagi—lagi mendorong dia, namun lagi—lagi gak berhasil. Ih kok badannya kayak batu banget, susah digerakin! Frustasi aku!

Dengan kesal aku ambil gelas minum aku. Saat aku mau minum, eh

mendadak si Erik merebut gelas aku dan meminumnya hingga tandas. Bule memandang tak percaya. Secara tadi dia gak berhasil membujuk Erik supaya minum. Kini tanpa dipaksa si Erik malah ngabisin minuman aku!

Bule tersenyum licik, dia udah nemuin cara untuk bikin mabok si Erik. Bule terus nuangin minuman keras ke gelas aku dan si Erik yang ngabisin saat aku mau meminumnya. Udah bergelas-gelas, tapi kok si Erik kagak mabokæmabok ya? Malahan aku yang agak mabuk. Padahal aku minum gak banyak banget lho gegara diserobot mulu ama si Erik.

"Elo...elo! Kamu datang darimana Sih wahai makhluk hina dina?" celetuk aku sambil nuding-nuding si Erik.

"Kamu dari planet mana? Ngapain kayak aku mulu? aku benci elo! Aku benci papa!"

Aku mulai nangis. Sungguh, emosi aku jadi gak kekontrol.

"Yallah Mbak Ena, sadar Mbak. Eling Mbak. Nyebut!"

Dia nenepuk-nepuk pipi aku. Aku balas memukul kepalanya dengan kesal.

"Kamu pikir aku kesambet apa!! Dodol!!" maki aku kasar.

" Mbak pulang yuk, Kamu  mabuk Mbak," ajak Erik.

"Pulang sendiri sono! Aku masih mau menikmati malam dengan

Bule, lover of the month aku..hiks!"

Aku berdiri mau beralih ke tempat Bule tapi mendadak badan aku diangkat dan dibawa jalan! Kok aku berasa di pondong kayak karung beras gitu? Ternyata Erik yang ngebawa aku keluar klub tanpa peduli teriakan aku!!

Kemudian aku udah gak ingat apaæapa lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status