"Siapa yang tahu tentang rumah ini selain kamu? Apa ada teman atau keluargamu yang tahu?" tanyaku kepada Kak Dion ketika anak-anak sudah tidur dan saat ini kami tengah makan bersama di ruang tamu. Kak Dion terdiam sejenak, lalu berucap, "Tidak ada yang tahu selain aku. Aku punya banyak Villa dan Ini hanya salah satunya, bukan satu-satunya." Aku mengganggu cepat sambil mengucapkan terima kasih karena dia sudah bergerak lebih dulu sebelum aku mempersiapkannya. Ternyata dia memang benar-benar ingin membantuku terlepas dari Mas Rayan, Karena dia sudah tahu seperti apa pria itu sebenarnya. Aku benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain mengucapkan terima kasih karena dia sudah mengorbankan banyak hal, bahkan sampai harus meninggalkan keluarga Mas Rayan yang selama ini sudah merawatnya. Akan tetapi, aku yakin kali ini orang tua Mas Rayan akan setuju terhadap keputusannya, karena mereka juga sangat ingin aku didampingi. Apalagi anak-anak masih sangat kecil dan aku jug
"Salah satu direktur keuangan PT Hidayah Kontruksi dipecat secara tidak hormat karena dianggap sudah menyelewengkan dana perusahaan."Aku yang sedang ada di dapur buru-buru ke ruang tamu untuk mendengar berita di salah satu stasiun televisi lebih lanjut lagi.Tidak mungkin orang yang dimaksud di dalam berita itu Mas Rayan bukan? Seminggu lalu, Kak Dion memang mengatakan bahwa dirinya akan membuat Mas Rayan kehilangan banyak hartanya. Lima hari yang lalu, dia juga sudah pergi dari sini dan pulang ke rumahnya yang sebenarnya."Rayan Alkes Muhammad, diduga sudah melakukan penyelewengan dana perusahaan. Oleh karena itu, dia langsung diberhentikan secara tidak hormat karena kesalahannya itu. Pihak perusahaan tentu tidak akan membuat keputusan tanpa alasan dan ternyata benar, Rayan Alkes Muhammad punya banyak aset yang bernilai tinggi hingga hampir setara dengan pemegang saham tertinggi di PT Hidayah kontruksi."Aku memantau berita itu dan ternyata Kak Dion benar-benar sudah menjalankan r
"Aku tidak melakukan apa pun! Bahkan satu rupiah pun, aku tidak pernah menyentuh dana perusahaan," teriak Rayan tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan atau yang diputuskan oleh perusahaannya padanya.Dia berulang kali berusaha menemui para pemegang saham dan top direktur, namun tetap saja dia tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan mereka. Semuanya menolak bertemu dengan Rayan karena memang Rayan tidak melakukan kesalahan apa pun, mereka memutuskan itu agar bisa terhindar dari banyak masalah. Ditambah mereka juga tahu kalau Rayan adalah karyawan yang menakutkan dan kaya raya. Dia punya kekuatan sendiri, jadi mereka berpikir seiring berjalannya waktu dia bisa saja menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan itu. Jajaran top serta middle Manager juga para pemegang saham memang sudah menginginkan Rayan mundur dari perusahaan, namun pria itu tidak juga melakukannya. Ia malah menunjukkan kinerjanya yang paling baik. Pihak perusahaan juga merasa dilema, marena kalaupun
"Ahhhhh!" Ratih mengarang kesakitan setelah benda yang dipegangnya berbalik ke arahnya dan melukai tangannya dengan cukup serius.Rayan yang baru saja tiba di pintu masuk segera mendekat ke arah istrinya itu. Dia sangat kaget atas apa yang dialami oleh Ratih, lalu menatap lekat kedua orang tuanya untuk meminta pertanggungjawaban."Apa yang sudah kalian lakukan? Bagaimana bisa kalian melakukan perbuatan keji seperti ini?" tuduhnya membuat kedua pasang mata orang tuanya mebelalak.Mereka sungguh tidak menyangka kalau anak yang mereka banggakan lagi dan lagi menyalahkan keduanya. Padahal, mereka tidak melakukan apa pun."Apa yang kamu maksud?" Papa Rayan bertanya dengan nada bicara yang naik beberapa oktaf."Ini! Memangnya apalagi?"Ketika papanya hendak memberikan penjelasan, dia malah menghubungi dokter keluarga yang rumahnya tidak jauh dari sana. Hal itu membuat orang tuanya Rayan semakin frustasi karena anaknya itu bahkan tidak mau mendengarkan mereka."Iya, Dok, sekarang juga. Darah
Tanpa memberitahu Dion, Delisa dan Via mulai bersiap diam-diam untuk meninggalkan rumah itu. Ditambah Dion juga tidak menempatkan satu orang pun untuk berjaga di rumah itu dan juga untuk menjadi kaki tangannya.Akan tetapi, ada beberapa hal yang membuat Delisa ragu dan hal itu dia katakan kepada Via."Aku takutnya meski Mas Rayan tidak tahu, namun Ratih tahu. Dia lebih berbahaya daripada ayahnya anak-anak," ucapnya gamang.Via pun terdiam. Lalu, dia menghubungi seseorang dari ponselnya selama lima menit dan kembali sambil mengatakan berita gembira."Papaku yang akan jemput kita langsung. Walau keduanya tahu di mana keberadaan kita dan anak-anak, tidak akan bisa berbuat apa-apa,” ucapnya membuat Delisa tersenyum lebar, namun hal itu tidak lama. Karena setelahnya Delisa kembali mengeluarkan senyuman yang hambar."Aku tidak enak jika melibatkan terlalu banyak orang, ditambah di rumah papamu juga ada istri muda dan anak-anaknya," ucap Delisa membuat Via juga ikut menundukkan kepalanya, n
Rina menjatuhkan dirinya di lantai, seolah Via sudah melukainya. Melihat hal itu, Dion mendadak marah."Apa yang kau lakukan?" teriak Dion sambil buru-buru membantu Rina untuk bangun."Memangnya aku melakukan apa? Bukankah aku hanya tidak sengaja menyiramkan air yang berada di gelas ini?" tanya Via sambil memutarkan kedua bola matanya malas."Padahal, jelas sekali Dion dan yang lainnya ada di sana. Bukankah seharusnya mereka melihat akting daripada wanita ini? Kenapa aku yang disalahkan?" batin Via geram."Kau mendorongnya!" bentak Dion dan itu membuat Delisa tak terima."Jangan berbicara keras di sini! Anak-anak sedang tidur!" ucap Delisa mengingatkan."Aku tidak akan seperti ini kalau temanmu ini tidak kelewatan," sentak Dion tidak kalah murka meskipun saat ini yang berbicara adalah Delisa.Melihat perubahan dalam diri Dion, Delisa tertawa kecil. Lalu, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi papa mertuanya."Aku mau membawa anak-anak pergi sekarang, Pa! Berkas perceraian juga sudah
"De, kamu enggak merasa ada yang aneh gitu dengan suamimu?" tanya Via-sahabatku.Aku mengangguk cepat. "Dia masih bersikap seperti dulu kita baru menikah. Jadi untuk apa aku curiga?"Via lagi-lagi hanya mengusap wajahnya dengan kasar.Dalam satu bulan ini, dia sudah mengajakku bertemu sekitar enam atau tujuh kali. Namun aku hanya bisa bertemu dengannya hari ini di sebuah mall yang tidak jauh dari rumah. Bukan karena aku tidak rindu dengan sahabat, hanya saja aku tidak suka kalau setiap bertemu dengannya, dia selalu melayangkan pertanyaan yang sama.Yaitu tentang kecurigaan pada suamiku. Suami yang sangat menyayangi aku serta anak-anak, tidak pernah marah, kurang memberikan uang, atau yang lainnya. Dia benar-benar suami yang nyaris sempurna membuatku merasa apa yang dikatakan Via sangat tidak masuk akal."Ada apa? Cerita saja kalau memang ada sesuatu. Mungkin nanti kamu akan merasa lega," ucapku lagi berusaha memberinya solusi karena wajah Via terlihat sangat tertekan.Wajah Via menja
Hari yang dijanjikan pun tiba dan anak-anak langsung aku mandikan dengan kedua tanganku sendiri meski ada pengasuhnya. Entah kenapa sejak berbicara dengan Via beberapa hari lalu, kalau semua orang yang bekerja di sini adalah orang-orang suamiku, aku enggan untuk berbicara banyak dengan mereka.Sekarang suamiku masih dinas yang katanya memang dua Minggu. Itu permintaan atasannya atau top manajer di perusahaannya. Aku juga tidak bertanya lagi karena dari sejak dulu juga memang selalu begini."Kita mau ke mana, Ma?" tanya anak lelakiku yang baru keluar dari kamarnya. Dia adalah anak pertama, sekarang usianya sudah menginjak delapan tahun."Jalan-jalan, Bang. Emang enggak mau kali-kali jalan sama Mama?" Aku malah kembali bertanya dengan senyuman yang merekah.Sejujurnya bukan hanya anak-anak yang terlihat tidak biasa ketika aku memutuskan untuk memandikan kedua si kecil, namun para pekerja juga begitu. Mereka menatapku dengan penuh keanehan seperti aku baru melakukan hal yang langka."Gi