Saat kegalauan melanda, Gibran datang dan menepuk pundakku. "Tidak apa-apa, mah. Lagi pula, Papa akan pulang nanti paling lama seminggu kemudian," ucapnya membuatku sadar bahwa dia juga tidak paham apa yang sedang kita lakukan sekarang. Aku memang tidak bisa berharap banyak padanya karena tahun ini dia baru menginjak usia 9 tahun. Dia belum cukup dewasa untuk mengetahui percakapan atau kenyataan yang harus dihadapi oleh orang dewasa seperti kita. Hal itu membuatku terluka sebagai seorang ibu, karena aku tidak bisa memberikan kasih sayang yang lengkap seperti keluarga seharusnya.Namun ketika membayangkan kalau pada akhirnya Mas Rayan akan tetap cuek kepada anak-anak setelah Ratih melahirkan, aku tidak menyalahkan keputusan ini. Kemarin pun mereka masih bisa menunjukkan cintanya di hadapanku, padahal di saat itu amarahku tengah memuncak dan kebencianku semakin membesar. Namun mereka tidak merasa malu sedikitpun dan menunjukkan kasih sayangnya. Daripada nanti mereka akan semakin terl
"Sudah puas bohongnya?" tanya Ratih tanpa merasa bersalah. Padahal, aku tidak akan berkata seperti itu kepada Delisa jika Ratih tidak memintaku untuk menemaninya lagi. Anehnya, dia masih menuduhku melakukan sesuatu yang tidak-tidak dengan Delisa meskipun aku berada di sampingnya sepanjang hari. Aku sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan, yang jelas aku tidak suka sikapnya yang seperti ini. Namun jika aku mengatakannya secara terang-terangan, dia pasti marah dan tidak akan mengajakku berbicara dalam jangka waktu yang cukup lama. Jadi, aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti permintaannya. Sikap manja inilah yang membuat kedua orang tuaku semakin membenci Ratih, sikapnya ini jauh berbanding terbalik dengan sikap Delisa yang dewasa dan keibuan. Namun aku juga tidak bisa melakukan apa pun, karena kalau dinasehati sedikit saja, dia akan marah besar. Dia akan menganggap perkataanku seolah adalah bom baginya. Aku sendiri tidak tahu kenapa dia berpikir seperti
Karena jalan utama di sebelah utara rusak, jalan yang aku lalui sekarang sangat macet karena kendaraan yang padat dan aku hanya bisa mengemudi dengan sangat pelan. Aku sangat tidak suka situasi seperti ini karena membuatku terlambat bertemu dengan Delisa dan anak-anak. Semoga mereka sedang bersenang-senang dan bahagia ketika aku datang nanti. Intinya, ada banyak harapan yang semoga menjadi kenyataan.Aku merasa heran kenapa Bella dan yang lainnya masih belum menghubungiku hari ini. Biasanya mereka tidak seperti ini karena biasanya di jam segini Bella sudah mengirimkan banyak foto terkait aktivitas yang dilakukan oleh Delisa atau jika tidak, dikirim oleh yang lainnya. Baik di waktu pagi, makan siang, ataupun sore hari. Namun hari ini benar-benar tidak ada pesan dari mereka sama sekali. Meskipun pikiranku terarah kepada hal yang tidak-tidak, aku berusaha untuk berpikir positif karena tidak mungkin terjadi sesuatu pada mereka saat aku berada di dekatnya.Setelah memilih untuk melewati
"Sudah tahu punya istri lebih satu dan tidak bisa berbuat adil itu adalah dosa yang tidak terkira dan bisa mengantarkan dirimu ke gerbang kehancuran, tetapi masih coba-coba untuk melakukannya. Sekarang rasakan saja," gerutu mama membuatku tak bisa berkutik."Makanya kami minta kamu untuk berpikir matang, karena apa? Karena kami tidak mau hal yang sama, kehancuran beberapa tahun lalu yang menimpa papamu kembali ke anak-anak Mama. Mama ingin semuanya cukup sampai di sana saja dan tidak akan yang mengalaminya lagi, namun ternyata kamu malah menginginkan hal demikian kembali terjadi. Itu pun kepada dirimu sendiri," lanjutnya.Setelah menghancurkan banyak barang di rumah, aku langsung pergi ke rumah orang tuaku. Siapa tahu dia datang ke sini lebih dulu dan mengatakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Namun baru saja sampai di sini, aku sudah mendapatkan tatapan sinis dari semua orang.Ternyata mereka semua sudah menduga aku akan mengalami kejadian ini. Ah, sialan! Ini semua gara-gara Rat
"Siapa yang tahu tentang rumah ini selain kamu? Apa ada teman atau keluargamu yang tahu?" tanyaku kepada Kak Dion ketika anak-anak sudah tidur dan saat ini kami tengah makan bersama di ruang tamu. Kak Dion terdiam sejenak, lalu berucap, "Tidak ada yang tahu selain aku. Aku punya banyak Villa dan Ini hanya salah satunya, bukan satu-satunya." Aku mengganggu cepat sambil mengucapkan terima kasih karena dia sudah bergerak lebih dulu sebelum aku mempersiapkannya. Ternyata dia memang benar-benar ingin membantuku terlepas dari Mas Rayan, Karena dia sudah tahu seperti apa pria itu sebenarnya. Aku benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain mengucapkan terima kasih karena dia sudah mengorbankan banyak hal, bahkan sampai harus meninggalkan keluarga Mas Rayan yang selama ini sudah merawatnya. Akan tetapi, aku yakin kali ini orang tua Mas Rayan akan setuju terhadap keputusannya, karena mereka juga sangat ingin aku didampingi. Apalagi anak-anak masih sangat kecil dan aku jug
"Salah satu direktur keuangan PT Hidayah Kontruksi dipecat secara tidak hormat karena dianggap sudah menyelewengkan dana perusahaan."Aku yang sedang ada di dapur buru-buru ke ruang tamu untuk mendengar berita di salah satu stasiun televisi lebih lanjut lagi.Tidak mungkin orang yang dimaksud di dalam berita itu Mas Rayan bukan? Seminggu lalu, Kak Dion memang mengatakan bahwa dirinya akan membuat Mas Rayan kehilangan banyak hartanya. Lima hari yang lalu, dia juga sudah pergi dari sini dan pulang ke rumahnya yang sebenarnya."Rayan Alkes Muhammad, diduga sudah melakukan penyelewengan dana perusahaan. Oleh karena itu, dia langsung diberhentikan secara tidak hormat karena kesalahannya itu. Pihak perusahaan tentu tidak akan membuat keputusan tanpa alasan dan ternyata benar, Rayan Alkes Muhammad punya banyak aset yang bernilai tinggi hingga hampir setara dengan pemegang saham tertinggi di PT Hidayah kontruksi."Aku memantau berita itu dan ternyata Kak Dion benar-benar sudah menjalankan r
"Aku tidak melakukan apa pun! Bahkan satu rupiah pun, aku tidak pernah menyentuh dana perusahaan," teriak Rayan tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan atau yang diputuskan oleh perusahaannya padanya.Dia berulang kali berusaha menemui para pemegang saham dan top direktur, namun tetap saja dia tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan mereka. Semuanya menolak bertemu dengan Rayan karena memang Rayan tidak melakukan kesalahan apa pun, mereka memutuskan itu agar bisa terhindar dari banyak masalah. Ditambah mereka juga tahu kalau Rayan adalah karyawan yang menakutkan dan kaya raya. Dia punya kekuatan sendiri, jadi mereka berpikir seiring berjalannya waktu dia bisa saja menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan itu. Jajaran top serta middle Manager juga para pemegang saham memang sudah menginginkan Rayan mundur dari perusahaan, namun pria itu tidak juga melakukannya. Ia malah menunjukkan kinerjanya yang paling baik. Pihak perusahaan juga merasa dilema, marena kalaupun
"Ahhhhh!" Ratih mengarang kesakitan setelah benda yang dipegangnya berbalik ke arahnya dan melukai tangannya dengan cukup serius.Rayan yang baru saja tiba di pintu masuk segera mendekat ke arah istrinya itu. Dia sangat kaget atas apa yang dialami oleh Ratih, lalu menatap lekat kedua orang tuanya untuk meminta pertanggungjawaban."Apa yang sudah kalian lakukan? Bagaimana bisa kalian melakukan perbuatan keji seperti ini?" tuduhnya membuat kedua pasang mata orang tuanya mebelalak.Mereka sungguh tidak menyangka kalau anak yang mereka banggakan lagi dan lagi menyalahkan keduanya. Padahal, mereka tidak melakukan apa pun."Apa yang kamu maksud?" Papa Rayan bertanya dengan nada bicara yang naik beberapa oktaf."Ini! Memangnya apalagi?"Ketika papanya hendak memberikan penjelasan, dia malah menghubungi dokter keluarga yang rumahnya tidak jauh dari sana. Hal itu membuat orang tuanya Rayan semakin frustasi karena anaknya itu bahkan tidak mau mendengarkan mereka."Iya, Dok, sekarang juga. Darah