Share

Rencana Baru.

Pov Julia

"Ah, Mas Riyadi pake acara ngusir segala lagi. Dasar suami gak becus, gak bisa nyenengin istri. Barang mahal di bakar!" batinku.

Aku pun beranjak dari teras rumahku. Aku bingung, belum tau akan kemana. Setelah mas Riyadi mengusirku tadi, aku sedikit lunglai. Ku akui, aku memang sengaja menjalin hubungan dengan seorang pria beristri. Namanya mas Fajar. Karena, aku butuh seseorang untuk memanjakanku. Aku butuh seseorang yang mau memberikan aku barang-barang mewah.

"Aku harus menghubungi Mas Fajar. Aku harus minta rumah kontrakan," batinku, sambil merogoh ponselku dari tas.

Aku pun segera mencari nomor mas Fajar di layar ponselku. Tak lama, aku menemukannya. Kemudian menghubungi nomornya, tak menunggu lama panggilan ku mendapat respon.

["Halo sayang, ada apa malam gini hubungin Mas,"] sapa laki-laki itu.

["Mas, bantuin aku dong. Aku di usir suamiku, sekarang aku gak tau mau kemana lagi Mas,"] ucapku, dengan nada mengiba.

["Kok bisa gitu sayang? Pasti gak hati-hati lagi kan,"] sahutnya.

["Iya, gitu deh. Mana barang-barang yang Mas beliin di bakar lagi,"] rengekku.

["Ya udah, kamu ke sini aja. Mas sekarang lagi ada di luar cari angin,"] titahnya, terdengar lembut.

["Dimana Mas? Oh, apa rencananya tadi mau cari cewek lain ya?"] rajukku, dengan sedikit manja.

["Ya nggak lah sayang. Mas cuma sedikit jenuh sama kerjaan, istri di rumah juga membosankan,"] tuturnya, entah benar atau bohong.

["Share lock dong Mas, biar aku nya bisa otw,"] pintaku.

["Oke sayang, Mas tunggu. Malam ini kita di hotel dulu. Besok Mas cariin kontrakan buat kamu,"] sambutnya.

["Oke Mas, aku pesan grabcar dulu ya,"] sahutku riang.

Setelah mas Fajar mengaktifkan share lokasinya, aku pun menaiki grabcar yang telah tiba sesuai pesanan.

Beberapa saat setelah tiba di tujuan, aku melihat mas Fajar menungguku di lobi hotel. Hotel ini adalah langganan mas Fajar, jadi semua orang yang bekerja di sana sudah mengenal betul mas Fajar. Dengan segala rahasia wanita-wanita nya.

"Mas, udah lama nunggu ya?" sapaku, sambil berjalan menyusulnya.

"Gak kok sayang, cuma sebentar kok. Yok kita ngobrol di dalam," sambut mas Fajar, sambil menenteng koperku.

Setelah cek in di lobby hotel, kami berdua pun beranjak menuju kamar hotel untuk tidur dan segala macamnya.

Untuk sementara, aku bisa melupakan kegundahan di dada. Melupakan masalah rumah tangga yang sedang terjadi. Walau sebenarnya, hati ini masih mencintai mas Riyadi. Tapi, dengan kehadiran mas Fajar yang tanpa sengaja, aku perlahan-lahan bisa menghilangkan rasa yang pernah ada pada mas Riyadi.

"Mas, aku mandi dulu. Nanti aku kembali," pintaku, karena mas Fajar mulai meminta yang ia suka dariku.

"Oke, tapi jangan lama-lama ya sayang. Mas kangen," rayunya, sambil melepaskan pelukan hangatnya.

Tak lama, aku pun menyelesaikan ritual mandi ku. Setelah keluar dari kamar mandi, aku melihat Mas Fajar telah bersiap-siap untuk menghabiskan malamnya denganku.

***

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi. Dari luar hotel aku mendengar alunan suara azan subuh berkumandang. Walau jasmani telah bertabur dosa, entah mengapa rohaniku meronta kala mendengarnya.

Sejenak aku menatap wajah mas Fajar, kekasihku. Aku merasa nyaman, sementara ini. Kemudian aku memperhatikan dompetnya di atas nakas dekat tempat tidur. Ada banyak rupiah dan ATM di sana. Sepintas aku mulai memikirkan arahku ke depannya.

"Aku harus bisa membuat Mas Fajar selalu penasaran denganku. Tak ada salahnya, aku meminta sejumlah uang agar aku carikan sendiri rumah kontrakan," batinku.

Beberapa menit kemudian, mas Fajar pun bangun dari tidurnya. Aku sengaja mendiamkan diri, agar ia menanyaiku. Ia pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak lama, mas Fajar selesai mandi. Kemudian memakai baju dan perlengkapan lainnya.

"Sayang, kamu kok diam aja? Sana mandi dulu biar kita turun untuk sarapan," ucapnya lembut.

"Mas, bisa gak Mas berikan uang untukku. Aku punya teman yang bisa cariin kontrakan," pintaku sebelum pergi mandi.

"Loh, Mas kan bisa carikan sayang?" ungkapnya, sambil memindai wajahku penuh selidik.

"Tapi Mas, aku gak mau nanti kenalan Mas tau kalau Mas punya simpanan lain. Otomatis istri Mas akan tau, kemudian labrak aku gimana?" kilahku, sambil merengek manja.

"Saran kamu betul juga, nanti Mas tarik tunai di atm. Kamu mandi dulu, Mas lapar," ucapnya, sambil membelai rambutku yang acak-acakan.

"Oke Mas, tunggu bentar ya?" sambutku, sambil diam-diam mengulum senyum.

Aku memang harus mengatur siasat agar mas Fajar tak jenuh denganku. Demi kelangsungan hidupku, aku harus bisa membuat mas Fajar semakin perhatian padaku.

***

"Mas, istrinya gak nanyain apa kalau Mas gak pulang?" tanyaku, karena penasaran.

"Gak kok, karena Mas udah bilang ada urusan penting. Jadi, gak masalah," jawabnya santai, sambil mengunyah sarapan.

"Oh, kok bisa ya istri Mas gak punya firasat aneh gitu," ungkapku.

"Kalau istri Mas punya firasat aneh. Gak ada dong yang nemenin kamu," gombalnya.

Beberapa menit kemudian, teman istrinya mas Fajar yang kebetulan sedang cek in di lobby hotel, melihat mas Fajar dari kejauhan.

Mas Fajar pun terperanjat

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status